Ada sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat yang mengisahkan tentang legenda Bujang Lunang. Legenda ini berkisah tentang seorang pemuda yang berhasil meraih sukses di daerah perantauan dan kembali pulang untuk memimpin kampung halamannya.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda Bujang Lunang tersebut?
Legenda Bujang Lunang, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
Disitat dari buku Ceritera Rakyat Daerah Sumatera Barat, alkisah pada zaman dahulu terdapat sebuah nagari di daerah Pesisir Selatan yang bernama Lunang. Dulunya nagari ini hanya didiami oleh sebuah keluarga kecil saja.
Si Labai dan istrinya, Rubiah merupakan orang pertama yang mendiami daerah tersebut. Si Labai mendapatkan ilham dalam mimpinya terkait daerah yang sangat subur tersebut.
Nama Lunang juga diambil dari nama anak si Labai, yakni Bujang Lunang. Setelah kelahiran Bujang Lunang, makin ramai orang-orang yang datang dan ikut menetap di nagari tersebut.
Masyarakat yang ada sangat menghormati keluarga si Labai. Bahkan mereka sudah menganggap si Labai sebagai pemimpin mereka.
Malang bagi Bujang Lunang, belum lagi dia menginjak usia dewasa, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Pada usia Bujang Luang yang ke-12, si Labai dan Rubiah meninggal dunia.
Sejak saat itu, Bujang Lunang hidup seorang diri. Namun dia tidak hidup dalam kondisi yang berkekurangan.
Sebab semua masyarakat yang ada di Nagari Lunang sudah seperti orang tuanya sendiri. Masyarakat yang ada di sana sangat peduli dan tidak membiarkan Bujang Lunang berkekurangan sedikitpun.
Namun muncul perasaan tidak enak hati dari Bujang Lunang ketika dia beranjak dewasa. Bujang Lunang merasa tidak ingin menjadi beban dari masyarakat Nagari Lunang yang dia sayangi.
Bujang Lunang kemudian memutuskan untuk pergi merantau dari sana. Berbekal ilmu silat yang diajarkan ayahnya ketika kecil, berangkatlah Bujang Lunang merantau meninggalkan Nagari Lunang.
Muko-Muko menjadi daerah tujuan yang ingin didatangi Bujang Lunang. Berhari-hari dia melakukan perjalanan menuju daerah perantauan tersebut.
Di tengah perjalanan, Bujang Lunang dihadang oleh sekelompok penyamun di daerah Lubuk Pinang. Penyamun ini mengancam akan menghabisi Bujang Lunang di sana.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Bujang Lunang bisa mengalahkan kelompok penyamun tersebut dengan mudah.
Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, sampailah Bujang Lunang di Muko-Muko. Di kota yang ramai ini, Bujang Lunang mencoba mengadu nasib di sana.
Bujang Lunang bekerja di sebuah toko milik pedagang yang ada di sana. Bujang Lunang yang dikenal pekerja keras dan baik hati membuat dirinya disukai banyak orang.
Lambat laun, Bujang Lunang berhasil menjalankan sebuah usaha. Bahkan, Bujang Lunang menemukan dambaan hati dan menikah dengan seorang gadis bernama Putri Rambut Pirang.
Suatu waktu, muncul kerinduan Bujang Lunang dengan kampung halamannya. Dia pun menceritakan perasaan ini kepada sang istri.
Putri Rambut Pirang kemudian mengajak Bujang Lunang untuk kembali pulang dan menetap di sana. Akhirnya berangkatlah Bujang Lunang bersama sang istri kembali ke Nagari Lunang.
Kedatangan Bujang Lunang tentu disambut dengan gembira oleh masyarakat Nagari Lunang. Apalagi Bujang Lunang sudah sukses dan memiliki seorang istri yang cantik rupawan.
Akhirnya masyarakat Nagari Lunang memutuskan untuk mengangkat Bujang Lunang sebagai pemimpin mereka. Jadilah Bujang Lunang sebagai wali nagari kedua di daerah tersebut setelah sebelumnya dipimpin oleh sang ayah, si Labai.
Di bawah kepemimpinan Bujang Lunang, Nagari Lunang tumbuh menjadi daerah yang aman dan tentram. Masyarakat yang ada di sana juga hidup makmur dan sejahtera.
Itulah kisah dari legenda Bujang Lunang, salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sumatera Barat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News