Fenomena Pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tanpa adanya pendidikan, maka suatu individu akan kesulitan dalam menghadapi permasalahan dalam hidup.
Adanya pendidikan juga berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara, karena jika pendidikan dipenuhi oleh seluruh lapisan masyarakat, maka negara Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Masyarakat Indonesia dapat menempuh pendidikan di lingkungan sekolah, dengan berbagai tingkatan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hingga perguruan tinggi.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), tercatat sebanyak 439.049 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Angka tersebut merupakan jumlah yang besar untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan di sekolah.
Namun faktanya, di wilayah terpencil masih banyak anak-anak yang tidak bisa merasakan pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu di Papua Selatan.
Kisah Diana Cristiana Mengabdi di Pedalaman Papua
Berdasarkan permaslahan pendidikan yan ada, seorang pemuda bernama Diana Cristiana Da Costa tergerak untuk melakukan pengabdian di hidupnya, yaitu menjadi guru dalam program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT).
Program GPDT ini dilakukan di Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan, sejak tahun 2018 lalu.
Diana mendapatkan tugas sebagai pengajar di tingkatan Sekolah Dasar (SD) Negeri Atti, yang merupakan satu-satunya sekolah yang ada di Kampung Atti.
Hal yang sangat disayangkan, terdapat sekitar 200 kepala keluarga di Kampung Atti, namun anak-anak di sana tidak bersekolah karena harus membantu orang tua mencari makanan di hutan.
Permasalahan tersebut menjadikan Diana semakin terdorong untuk merubah dan memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak di Kampung Atti.
Dalam prosesnya tentu tidak mudah untuk Diana melakukan adaptasi dalam mengajar di pedalaman Papua.
Diana membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa mengajarkan anak-anak disana dapat membaca, menulis, serta mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya pendidikan.
Sebelumnya, aktivitas belajar-mengajar di Kampung Atti sudah lama berhenti sebelum Diana mengabdi di sana. Hal tersebut dikarenakan jarang guru yang datang dari luar untuk mengajar di Kampung Atti.
Diana pun terus memberikan pengajaran dalam membaca, menulis, dan nasionalisme kepada anak-anak di sana.
Anak-anak di Kampung Atti pun tidak mengenal makna sebuah cita-cita. Melalui program Guru Penggerak Daerah Terpencil, Diana pun terus memberikan edukasi kepada anak-anak agar bisa memiliki impian yang tinggi.
SD Negeri Atti memiliki tiga ruangan kelas yang memiliki fasilitas yang terbatas. Kurangnya bangku dan meja yang tersedia juga menjadikan anak-anak harus duduk di lantai.
Perubahan Baik Bagi Anak-Anak Pedalaman Papua
Seiring berjalannya waktu, anak-anak yang dididik oleh Diana berhasil menunjukkan perubahan yang baik.
Sekolah yang dulunya sempat tidak aktif, kini terus berjalan berkat pengabdian yang dilakukan oleh Diana, sehingga pembelajaran berjalan 80% secara efektif.
Selain itu, anak-anak didikan Diana yang sebelumnya tidak mengenal huruf, kini bisa membaca dan menulis, hingga banyak murid yang berhasil melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan di wilayah pedalaman dapat diatasi dengan baik, jika masyarakat Indonesia bisa memberikan pengajaran yang baik dan tulus di sana.
Dedikasi tinggi yang dilakukan Diana dalam memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak di pedalaman Papua pantas untuk diberikan pujian.
Pada tahun 2023, PT Astra International Tbk memberikan Apresiasi Satu Indonesia Award kepada Diana Cristiana, karena upaya pemberian pendidikan yang baik kepada anak-anak pedalaman Papua.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News