putri mardika gerakan emansipasi perempuan indonesia dari batavia - News | Good News From Indonesia 2025

Putri Mardika: Gerakan Emansipasi Perempuan Indonesia dari Batavia

Putri Mardika: Gerakan Emansipasi Perempuan Indonesia dari Batavia
images info

Putri Mardika: Gerakan Emansipasi Perempuan Indonesia dari Batavia


Membicarakan sejarah pergerakan nasional Indonesia tidak akan lengkap tanpa menyinggung peran kaum perempuan.

Eksistensi perempuan dalam perjalanan bangsa mengalami pasang surut, sejak masa kolonial hingga menjelang kemerdekaan.

Jauh sebelum berdirinya organisasi perempuan, perjuangan emansipasi sudah dimulai oleh tokoh-tokoh individual seperti R.A. Kartini (1879–1904), yang dikenal sebagai pelopor kesetaraan perempuan di Indonesia.

Memasuki awal abad ke-20, kesadaran untuk memperjuangkan hak perempuan semakin menguat. Semangat emansipasi tumbuh seiring pengaruh global, sebagaimana disebut dalam surat kabar Soenting Melajoe tahun 1913, bahwa kemajuan di Eropa, Amerika, dan Jepang juga dirasakan oleh kaum perempuan.

Kesadaran tersebut menular ke tanah air, mendorong munculnya gagasan bahwa perempuan Indonesia juga berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan kehidupan sosial.

Dari perjuangan individu, gerakan perempuan bertransformasi menjadi kolektif melalui pembentukan organisasi. Salah satu tonggak penting dalam sejarah ini adalah berdirinya organiasiPutri Mardika pada tahun 1912 di Batavia.

Sebagai organisasi perempuan pertama di Hindia Belanda, Putri Mardika memiliki peran strategis dalam membangkitkan kesadaran kaum perempuan akan pentingnya pendidikan, kebudayaan, dan kemandirian.

Organisasi ini mendapat dukungan penuh dari Budi Utomo, organisasi pergerakan laki-laki pertama di Indonesia, yang menaruh perhatian besar terhadap kemajuan pendidikan bagi kaum bumiputra.

Lahirnya Putri Mardika 

Mengutip dari Jurnal Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, berjudul "Potret Gerakan Perempuan pada Abad ke-20 di Batavia: Poetri Mardika" karya Restu Diniyanti menyebutkan, organisasi Putri Mardika dipelopori oleh perempuan-perempuan visioner seperti R.A. Theresia Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranoto.

Tujuan utama mereka adalah memberikan motivasi kepada perempuan agar berani memperjuangkan peningkatan taraf hidup melalui pendidikan dan kemandirian. Mereka menolak pandangan bahwa perempuan harus terkungkung oleh adat yang membatasi kebebasan belajar dan berpendapat.

Secara filosofis, istilah Mardika berarti merdeka, yang menandakan cita-cita untuk membebaskan perempuan dari belenggu tradisi atau adat yang tidak adil.

Namun, Putri Mardika tidak menolak adat sepenuhnya, mereka hanya menentang adat yang menghambat kemajuan, seperti pernikahan usia dini, larangan sekolah bagi perempuan, dan praktik pergundikan.

Menariknya, organisasi ini bersifat terbuka bagi semua agama dan golongan, menandakan sikap inklusif dalam memperjuangkan kemajuan perempuan tanpa membedakan latar belakang.

Peran Penting Putri Mardika

Putri Mardika menjalankan tiga peran utama yang berpengaruh besar terhadap arah pergerakan perempuan Indonesia.

1. Meningkatkan Akses Pendidikan bagi Perempuan

Bidang pendidikan menjadi fokus utama perjuangan Putri Mardika. Mereka meyakini, seperti halnya pandangan R.A. Kartini, bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemerdekaan perempuan.

Pada masa itu, akses perempuan terhadap sekolah sangat terbatas dan diskriminatif. Putri Mardika berupaya memperbaikinya dengan memberikan bantuan beasiswa kepada anak-anak perempuan dari keluarga tidak mampu.

Antara tahun 1915 hingga 1919, organisasi ini tercatat telah membiayai beberapa siswa untuk bersekolah di lembaga bergengsi seperti HBS, sekolah Belanda, dan Bataviasche Kartinischool.

Sumber dananya berasal dari iuran anggota, donasi masyarakat, serta dukungan kalangan priyayi terpelajar.

Selain itu, karena mayoritas anggotanya beragama Islam, Putri Mardika juga memperjuangkan agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah formal, terutama di Kartini School, untuk memenuhi kebutuhan spiritual siswi-siswinya.

2. Mewacanakan Emansipasi Lewat Surat Kabar

Putri Mardika juga memanfaatkanmedia massa sebagai sarana perjuangan. Pada tahun 1915, mereka menerbitkan surat kabar berjudul Putri Mardika dengan semboyan: “Soerat kabar memperhatikan keadaanja pihak perempoan boemi poetra di Insulinde.”

Media ini menjadi wadah bagi para anggota untuk menulis, berdiskusi, dan menyuarakan gagasan mengenai emansipasi, pendidikan, serta peran perempuan di masyarakat.

Isi surat kabar tersebut meliputi berbagai tema, seperti pentingnya pendidikan, tata kelola rumah tangga, hingga pemikiran modern tentang hak perempuan.

Uniknya, surat kabar ini juga membuka ruang bagi tulisan dari kaum laki-laki yang mendukung perjuangan kesetaraan gender.

Dengan begitu, Putri Mardika berhasil membangun kesadaran baru bahwa perjuangan emansipasi bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi juga bagian dari perjuangan bangsa.

3. Melakukan Propaganda dan Jaringan Organisasi

Sebagai organisasi yang lahir di Batavia, tempay dari pusat pendidikan dan politik kolonial, Putri Mardika berkembang pesat dan dikenal luas.

Mereka aktif mengadakan kegiatan propaganda melalui ceramah, rapat umum, dan kongres di berbagai daerah seperti Buitenzorg (Bogor), Madiun, dan Surabaya.

Tujuan kegiatan ini adalah memperkuat jaringan antarorganisasi, memperluas pengaruh, serta meningkatkan solidaritas perempuan dari berbagai daerah.

Putri Mardika juga menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan Belanda dan organisasi internasional.

Pada tahun 1918, mereka menjadi anggota Nederlandsch Indisch Kongres Voor Opvoeding En Onderwijs, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.

Langkah ini menunjukkan bahwa Putri Mardika tidak hanya berjuang di tingkat lokal, tetapi juga berusaha memengaruhi kebijakan pendidikan kolonial agar lebih berpihak pada perempuan pribumi.

Dampak dan Warisan Perjuangan Putri Mardika

Walau masa aktif organisasi ini tidak berlangsung lama dan tidak diketahui secara pasti kapan berhenti beroperasi, dampak perjuangan Putri Mardika sangat besar terhadap perkembangan gerakan perempuan di Indonesia.

Usaha mereka membuka jalan bagi terbentuknya akses pendidikan yang lebih luas bagi perempuan bumiputra. Setelah perjuangan Putri Mardika, pemerintah kolonial mulai mendirikan sekolah-sekolah khusus perempuan, seperti Kartini Fonds (1913) dan Sekolah Guru di Salatiga (1918).

Lebih jauh, Putri Mardika juga menginspirasi lahirnya berbagai organisasi perempuan di daerah lain, seperti Kautaman Istri, Pengasah Budi, dan Poernahma Sidhi, yang semuanya memiliki tujuan serupa dalam memperjuangkan pendidikan dan martabat perempuan.

Semangat Putri Mardika bahkan turut berkontribusi terhadap terselenggaranya Kongres Perempuan Pertama di Yogyakarta tahun 1928.

Keputusan kongres itu antara lain menolak perkawinan anak dan mengupayakan dana beasiswa bagi anak perempuan selaras dengan cita-cita Putri Mardika.

Perjuangan organisasi ini berhasil mengubah pandangan masyarakat terhadap peran perempuan.

Jika sebelumnya perempuan hanya dianggap sebagai pendamping rumah tangga, kini mereka mulai memperoleh ruang di bidang pendidikan, sosial, dan publik.

Berkat perjuangan Putri Mardika, adat yang mengekang seperti kawin paksa, poligami, dan pelarangan sekolah mulai berkurang.

Putri Mardika bukan hanya organisasi perempuan pertama di Indonesia, tetapi juga fondasi awal gerakan emansipasi nasional.

Melalui kerja nyata dalam bidang pendidikan, media, dan propaganda sosial, mereka menanamkan kesadaran bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk maju.

Meski telah lama bubar, semangat Putri Mardika tetap hidup dalam perjuangan perempuan Indonesia hingga kini.

Mereka bukan sekadar bagian dari sejarah, tetapi mereka adalah bukti bahwa perjuangan menuju kemerdekaan bangsa juga lahir dari tangan-tangan perempuan yang berani bermimpi dan bertindak demi kemajuan bersama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.