Beranggotakan lebih dari 500 perempuan dari berbagai daerah di Indonesia, komunitas Safe Dating Space berniat menyelamatkan perempuan. Komunitas bentukan Elinsa Kaban atau yang akrab disapa Elin ini menjadi wadah bagi para pengguna aplikasi kencan. Mereka memanfaatkan komunitas untuk saling berbagi pengalaman sekaligus meningkatkan kewaspadaan terhadap love scam yang kini semakin marak.
Komunitas ini berfokus pada perlindungan perempuan dari modus penipuan yang banyak beroperasi. Melihat dari pola-pola yang digunakan dan dari sebagian kasus yang terungkap, diduga mayoritas penipu yang mengatasnamakan cinta berasal dari Kamboja.
Awal Mula Mendirikan Safe Dating Space
Elin, seorang perempuan berusia 30 tahun, memulai perjalanan menggunakan aplikasi kencan pada 2022 setelah hubungan asmaranya yang telah berjalan selama 4,5 tahun berakhir. Akan tetapi, pada prosesnya, berkenalan dengan orang asing tidak selalu mulus. Pernah ia merasa ada hal-hal janggal saat berkomunikasi via daring.
"Setelah match di dating apps, kami lanjut komunikasi ke WhatsApp. Saya langsung merasa orang ini nggak benar," kenang Elin.
Kenalannya itu, dengan sangat mudah membagikan kartu identitas. Bukannya yakin, Elin justru waspada. Ia paham betul bahwa identitas pribadi adalah bagian dari privasi yang tidak mungkin dapat dibagikan secara sembarangan.
Ia curiga KTP yang dibagikan palsu. Ditambah, kenalannya itu selalu bercerita tentang kisah sedih karena baru saja diceraikan istrinya.
“Tidak mungkin baru kenal langsung mengirimkan KTP,” tambahnya.
Kecurigaan Elin mendorongnya untuk menelusuri lebih lanjut. Elin pun mengecek foto yang digunakan pria itu di aplikasi kencan. Ia menemukan bahwa foto tersebut adalah milik seorang model asal Filipina. Ia menduga, laki-laki tersebut mencuri dan memanfaatkan foto tersebut untuk mengaburkan identitas aslinya dan menipu banyak orang.
Selain itu, hasil penelusuran nomor teleponnya menunjukkan bahwa pria tersebut berasal dari Malaysia, dengan identitas yang sama sekali berbeda.
Beruntung bagi Elin, dia berhasil menyadari penipuan ini sejak awal dan memutuskan untuk menghentikan hubungan tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit perempuan yang kurang beruntung, dan menjadi korban penipuan dengan kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Mendirikan Komunitas Safe Dating Space
Untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran tentang bahaya penipuan asmara, Elin memutuskan untuk mendirikan komunitas Safe Dating Space di WhatsApp pada November 2024. Tujuannya adalah agar perempuan yang menggunakan aplikasi kencan bisa saling berbagi pengalaman, mengenali tanda-tanda penipuan, dan saling memberi dukungan.
Komunitas ini telah berkembang pesat dengan lebih dari 500 anggota dari berbagai wilayah Indonesia. Anggotanya pun beragam dengan rentang usia antara 25 hingga 47 tahun.
"Di sini, kita saling berbagi pengalaman, belajar mengenali red flags dan green flags, serta mendukung satu sama lain untuk tetap waras, kuat, dan berdaya," kata Elin.
Bagi anggotanya, Safe Dating Space telah menjadi sisterhood yang memberikan dukungan emosional. Elin mengungkapkan, ketika ada anggota yang akhirnya menemukan pasangan yang tepat, seluruh komunitas turut merayakannya dengan bahagia.
Menumbuhkan "Sisterhood" di Tengah Dunia Kencan Digital
Perjalanan Elin dalam dunia aplikasi kencan pada akhirnya menjadi bahan edukasi. Ia kerap membagikan pengalaman sekaligus edukasi tentang motif love scam di sosial media, khususnya TikTok. Apa yang dilakukan Elin berdasar. Sebab, TikTok telah menjadi platform peringkat keempat yang kerap digunakan masyarakat. Ia berharap konten-kontennya bisa menyasar lebih banyak orang.
"Banyak yang DM tanya, 'ini scammer bukan sih?' Untuk beberapa kasus saya balas, tapi saya tidak 24 jam buka TikTok. Beberapa orang juga komen telah ditipu scammer," terangnya, dikutip dari CNA.
Dari situ, Elin mulai membangun komunitas WhatsApp yang pada akhirnya melahirkan lebih banyak percakapan dan berbagi cerita mengenai penipuan yang mereka alami. Bahkan, beberapa anggota komunitas pernah mengungkapkan bahwa mereka kehilangan uang hingga ratusan juta rupiah karena penipu yang beroperasi di aplikasi kencan.
“Total kerugian bisa sampai Rp3 miliar. Ada yang tertipu hingga Rp250 juta,” jelas Elin.
Rise and Heal, Komunitas Korban KDRT
Dalam pengalaman Elin, korban penipuan yang paling rentan adalah perempuan yang berusia matang, baik yang lajang, sudah pernah menikah, atau orang tua tunggal. Mereka menjadi target empuk para scammer karena sering kali merasa kesepian dan membutuhkan pasangan hidup. Selain itu, perempuan yang lebih mapan secara ekonomi juga rentan dijadikan sasaran oleh penipu yang ingin meraup keuntungan.
Para penipu ini pun tidak segan untuk mengirimkan buket bunga atau memberikan apa saja. Tujuannya, agar para korban merasa diperjuangkan.
"Yang pertama kali diincar adalah mental korbannya, lalu setelah luluh, uangnya diincar," tambah Elin.
Sudah jatuh, ketimpa tangga pula. Setelah tertipu, para korban yang sudah dewasa ini juga kerap mendapat hujatan dari masyarakat.
"Mereka direndahkan dengan kata-kata 'lo udah tua masih juga kena tipu', disalahkan oleh keluarga. Akhirnya banyak dari mereka yang memendam perasaan, bahkan ada yang mencoba bunuh diri," jelas Elin.
Oleh karena itu, Elin kemudian membuat grup bagi anggota komunitas yang pernah menikah atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Ia menamainya Rise and Heal. Di grup tersebut para korban saling support satu sama lain.
Ke Depan: Membangun Ruang Aman untuk Perempuan
Ke depan, Elin berharap komunitas ini bisa terus berkembang, memberikan edukasi tentang penipuan online, serta menjadi ruang yang lebih besar untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung.
Ia bahkan bermimpi untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat menjadi ruang aman bagi perempuan dalam mencari pasangan tanpa merasa terhakimi atau takut dieksploitasi.
"We are in this journey together, tetap berhati-hati dan semangat. Jangan malu mencari jodoh di dating apps, karena itu adalah bagian dari ikhtiar,” tandas Elin.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News