annuqayah pesantren tua di madura yang jadi pelopor pendidikan dan pelestarian lingkungan - News | Good News From Indonesia 2025

Annuqayah, Pesantren Tua di Madura yang Jadi Pelopor Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan

Annuqayah, Pesantren Tua di Madura yang Jadi Pelopor Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan
images info

Annuqayah, Pesantren Tua di Madura yang Jadi Pelopor Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan


Pondok Pesantren Annuqayah adalah salah pusat pendidikan Islam tertua di Madura. Pesantren ini menjadi pelopor pesantren ramah lingkungan. Selain itu, Annuqayah juga melahirkan banyak ulama, sastrawan, serta pemikir Islam Indonesia.

Pondok Pesantren Annuqayah terletak di wilayah pesisir timur Pulau Madura, tepatnya di Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep. Pesantren ini dibangun pada tahun 1887 oleh K.H. Muhammad Ilyas bin Syarqawi. Menariknya, K.H. Muhammad Syarqawi bukan asli Madura. Ia adalah seorang ulama asal Kudus, Jawa Tengah.

Saat itu, Muhammad Syarqawi muda memang suka merantau. Ia menjelajahi berbagai kota untuk menuntut ilmu, mulai dari Madura, Pontianak, Malaysia, Patani, hingga bermukim di Mekkah selama 13 tahun.

baca juga

Ketika kembali ke tanah air, ia membuka pengajian al-Qur’an dan kitab-kitab klasik di Prenduan, Sumenep, Perjalanannya berlanjut. Pada tahun 1887, K.H. Muhammad Syarqawi menetap di Guluk-Guluk didukung oleh H. Abdul Aziz seorang saudagar kaya.

K.H. Abdul Aziz memberikan sebuah lahan sekaligus bahan bangunan bekas kandang kuda. Di lahan yang diberikan itulah K.H. Muhammad Syarqawi mendirikan langgar yang menjadi cikal-bakal Annuqayah.

baca juga

Nama dan Filosofi Annuqayah, hingga Sistem Pendidikan

Nama “Annuqayah” terinspirasi dari sebuah kitab karangan al-Suyuthi, yakni Itmāmu al-Dirāyātī li Qurrāʾ an-Nuqāyā. “Annuqayah” bermakna bersih. Nama ini digunakan dengan harapan agar santri-santrinya memiliki hati yang bersih. Tidak hanya mempelajari dan menguasai berbagai ilmu, tetapi juga mampu menguasai diri sendiri.

Dari awal berdiri sebagai langgar pengajian, Annuqayah tumbuh menjadi lembaga dengan ragam bentuk pendidikan. Pada tahun 1933, Annuqayah membuka madrasah klasik.

Seiring waktu, lembaga ini semakin berkembang. Pada pertengahan abad ke-20, sistem formal seperti Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) dan Madrasah Aliyah (setara SMA) ditetapkan. Meskipun sistem pendidikan formal diterapkan, pondok ini masih mempertahankan metode pengajian kitab kuning.

baca juga

Pondok Pesantren Annuqayah juga memiliki perguruan tinggi. Pada tanggal 13 Oktober 1984, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTIA) dengan Fakultas Syariah, didirikan. Lalu, PTIA diubah menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah) pada 5 September 1986,

Kemudian, pada periode selanjutnya, Pondok Pesantren Annuqayah menambah satu fakultas yaitu fakultas Tarbiyah dengan nama STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Barulah tahun 1996, STISA dan STITA digabung dan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STIKA) dengan status terakreditasi pada bulan November 2000.

Pada tahun 1986, semakin lengkap jenjang pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Annuqayah dengan didirikannya Taman Kanak-kanak Bina Anaprasa. TK ini bekerjasama dengan PKBI dan Japan Internasional Exchange of Culture (JIEC).

baca juga

Sistem Federasi Pondok Pesantren

Yang menarik, Annuqayah tidak hanya memiliki satu asrama atau satu pondok. Setelah pendiri dan memiliki banyak generasi penerus, beberapa pesantren daerah (cabang) didirikan di bawah satu payung Yayasan Annuqayah. Misalnya, daerah Latee yang dibuka oleh adik K.H. Khazin Ilyas, yakni K.H. Abdullah Sajjad pada 1923.

Langkah tersebut kemudian menginspirasi munculnya pesantren-pesantren daerah lain di lingkungan Annuqayah, seperti Lubangsa, Lubangsa Selatan, dan Sumber Dadduwi. Federasi ini terbentuk karena pesantren awal di Lubangsa sudah tidak lagi mampu menampung jumlah santri yang terus meningkat. Lewat model ini, Yayasan Annuqayah tidak hanya menerima santri dari Madura, tetapi seluruh Nusantara.

Saat ini Pondok Pesantren Annuqayah sudah mengelola 19 daerah, yaitu daerah Sawajarin Putra, Sawajarin Putri, Karang Jati Putra, “As-Saudah” Karang Jati Putri, Latee Putra, Latee I Putri, Latee II Putri, Latee Utara, Lubangsa Tengah Putri, Lubangsa Raya Putra, Lubangsa Raya Putri, Lubangsa Selatan Putra, Lubangsa Selatan Putri, Kusuma Bangsa Putra, Kusuma Bangsa Putri, Nirmala Putra, Nirmala Putri, Sumber Dadduwi dan Kebun Jeruk.

baca juga

Annuqayah Ikon Pesantren Berbasis Lingkungan

Salah satu warisan penting dari kepemimpinan kolektif ini adalah komitmen Annuqayah terhadap pelestarian lingkungan. Guluk-Guluk merupakan daerah yang terdiri dari batuan kapur. Oleh karena itu, kawasan tersebut rawan kekeringan.

Untuk mengatasi hal tersebut, para kiai menggerakkan santri dan warga untuk menanam pohon, membuat sumur resapan, dan menjaga sumber air. Atas kerja itu, Pondok Pesantren Annuqayah dianugerahkan Penghargaan Kalpataru sekaligus mendapat predikat penyelamat lingkungan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1981.

Selain itu, salah satu cabang yang berada di daerah Lubangsa juga memiliki sistem pengelolaan sampah, yakni UPT Jatian. Tujuan dibentuknya UPT ini adalah untuk mengajak santri mengolah sampah, termasuk plastik agar tidak menumpuk, dan mencemari lingkungan pesantren. Melalui kegiatan ini juga, para santri maupun masyarakat sekitar diharapkan lebih sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.