“Gunung teu meunang dilebur; Lebak teu meunang diruksak; Pondok teu meunang disambung; Panjang teu meunang dipotong”
Salah satu filsafat hidup dan menjadi filosofi sakral bagi suku Baduy karena berkenaan dengan bagaimana suku Baduy hidup menjaga alam dan kelestarian lingkungan adat hingga menjadi sikap akan penerimaan ketetapan dari Tuhan (sang penguasa alam) dan kedekatannya dengan alam yang merasuk di kehidupan sehari-hari warga Baduy.
Orang Kanekes sapaan warga luar Baduy, kenalnya. Hidup selaras dengan alam dan tradisi yang terus bertahan membuat suku Baduy jauh dari kata modernisasi dalam kehidupan sehari-harinya.
Bukan mereka yang tidak ingin dekat dengan teknologi, tapi merekalah yang menolak atau mengabaikan pengaruh luar. Suku Baduy menjadi salah satu suku di Indonesia yang masih memegang teguh adat istiadat, tinggal di Kaki pegunungan Kendeng, desa Kanekes, Lebak, Banten.
Tantangan Adat dan Penggerakan Ekonomi Baduy
Lahir di tengah lingkungan Baduy dengan kearifan lokal yang dijunjung tinggi, penggunaan teknologi modern bukan tanpa sebab masih sangat dibatasi, hal ini karena sesuai dengan aturan yang berlaku untuk tetap hidup sederhana, selaras dengan alam, meski dunia telah berubah zaman.
Adanya potensi yang terpendam dalam hasil kerajinan masyarakat seperti tenun, tas, dan aksesori dari bahan alami menjadi potensi ekonomi warga Baduy selain bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan.

Tenun Khas Baduy | Foto: Instagram/@baduycraft
Namun, terbatasnya jalur pemasaran membuat kerajinan Baduy hanya mengandalkan pengunjung yang datang langsung ke desa Kanekes. Sebagai masyarakat adat Baduy, Narman tergerak untuk memperkenalkan produk etnik khas Baduy secara lebih luas tak sekadar di wilayah Kanekes saja dengan belajar pemasaran online.
Sempat mendapat teguran dari kokolot (ketua kampung) karena dianggap melanggar aturan larangan teknologi, Narman membuat langkah serius untuk meyakinkan kokolot dengan menjelaskan secara bijak bahwa dirinya belajar pemasaran online bukan untuk mengejar zaman dan merusak adat, tapi untuk memajukan ekonomi Baduy.
Narman tak sembarang menggunakan teknologi khususnya smartphone, bijaknya kokolot (tetua adat) disana menjadikan Narman perlu tetap mengingat untuk menjaga adat dan tradisi agar jangan sampai melanggar aturan adat akibat teknologi di masa kini.
Sebagai masyarakat adat, Narman pula tak pernah mengenyam pendidikan, tapi hal ini bukan menjadi hambatan untuk Narman kenal dengan dunia digital. Antara menjaga adat dan tradisi, di sisi lain ekonomi perlu berkembang di kampungnya, inspirasi datang dari Narman yang mendobrak keterbatasan menjadi peluang dengan tetap tidak ikut terbawa arus modernisasi.
Sedikit demi sedikit hingga melihat adanya lampu hijau dari kokolot, Narman sebagai warga Baduy luar kemudian belajar dunia online secara otodidak, dengan tetap berpegang teguh pada adat.
Aturan adat yang ketat kini tetap bisa dibicarakan selagi mereka yang melakukannya tidak tergerus dan merusak kelestarian adat, maka mengadopsi teknologi dan modernisasi kini diperbolehkan khususnya di Baduy luar.
Tahun 2016, menjadi tahun pertama Narman dalam mencoba memasarkan produknya secara online melalui instagram dan marketplace berkat dorongan dari seorang temannya di luar Baduy.
Menurut Narman, hasil kerajinan lokalnya dari kerja keras para penenun Baduy, perlu mendapatkan harga yang layak, pasar yang lebih luas, dan untuk mengenalkan Baduy ke dunia luar hingga membangkitkan ekonomi masyarakat Baduy.
Akses Sinyal Terbatas Bukan Penghalang untuk Maju

Narman Baduy 'Baduy Craft' | Foto: Instagram/@baduycraft
Berbekal izin dari kokolot dengan menggunakan teknologi tidak di Baduy dalam, Narman perlu berjalan sejauh untuk mendapatkan sinyal, karena tekad kuat dan menjunjung tinggi norma adat, Narman mulai menampakkan kebisaannya di bidang teknologi meski dikenal sebagai suku adat yang terisolir.
Turun kampung ke desa Ciboleger dengan jarak 2 kilometer untuk mendapatkan akses internet dan melayani pelanggan secara online, belum tersedia jasa kurir menjadi perjuangan Narman dalam menjemput sinyal dan customer pada saat itu.
‘Baduy Craft’ menjadi platform online garapannya untuk menghubungkan keunikan dan kualitas kerajinan Baduy dengan pembeli di seluruh Indonesia, bahkan mancanegara.
Dengan alat tradisional, hingga waktu yang tak sebentar dalam membuat kain tenun utuh menjadikan kain tenun Baduy hal ini kaya akan nilai kualitas, detail dan memiliki nilai ekonomi tinggi yang penuh akan makna dan cerita.
Tenun bagi suku Baduy khususnya perempuan menjadi salah satu keahlian yang diajarkan bermakna lolos dari fase anak-anak ke dewasa jika telah mahir. Selain itu, perempuan Baduy yang bisa menenun juga dikategorikan sebagai individu yang penyabar, tanggung jawab, kerja keras, dan disiplin.

Perempuan penenun Baduy | Foto: Instagram/@baduycraft
Termasuk produk etnik yang ikonik dan kaya akan makna, tidak terstruktur, hingga para pengrajin yang membuat kerajinan juga memanfaatkan waktu luang saat libur ke kebun menjadikan produk etnik yang dihasilkan jumlahnya terbatas.
Produk ‘Baduy Craft’ yang dijual juga kebanyakan kain tenun dengan motif dan jenis yang khas, tetapi ada juga produk kerajinan tangan lain seperti tas rajutan, kalung, ikat kepala, dan gelang.
Tekad Narman membuahkan hasil hingga bisnisnya terus berkembang dan ikut meningkatkan perekonomian warga Baduy khususnya Baduy luar. Narman juga turut membuka pelatihan kewirausahaan hingga mengubah pandangan bahwa hidup di pedalaman adat bukan berarti harus tertinggal.
Atas motivasi dan dedikasinya dalam mendirikan ‘Baduy Craft’, pada 2018, Narman dinobatkan sebagai penerima SATU Indonesia Award di bidang kewirausahaan dari PT. Astra International, Tbk.
Dari sini ‘Baduy Craft’ semakin dikenal luas dan diikutkan pula pada expo-expo kewirausahaan garapan Astra. Hal ini membuktikan bahwa kemajuan ekonomi ternyata dapat berjalan beriringan dengan pelestarian budaya dari cahaya internet untuk Baduy tanpa memadamkan tradisi leluhur.
Narman menjadi Pembuka Cakrawala Baduy dari semangat gotong royong hingga inovasi sebagai bentuk penghormatan akan akar tradisi dan menjadikan ‘Baduy Craft’ tetap menghargai kesederhanaan yang turut mensejahterakan bersama.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News