rusmawati pendidik dari pesisir serdang bedagai - News | Good News From Indonesia 2025

Rusmawati, Pendidik dari Pesisir Serdang Bedagai

Rusmawati, Pendidik dari Pesisir Serdang Bedagai
images info

Rusmawati, Pendidik dari Pesisir Serdang Bedagai


Di tengah suara ombak dan aroma asin laut di pesisir Serdang Bedagai, seorang perempuan bernama Rusmawati menjadi harapan baru bagi anak-anak nelayan. Ia membangun Sanggar Belajar Anak sebagai ruang sederhana tempat para anak pesisir belajar.

Dedikasinya terhadap pendidikan dan pemberdayaan masyarakat mengantarkan Rusmawati meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards dari PT Astra International Tbk tahun 2011 untuk kategori Pendidikan.

Penghargaan itu diberikan atas kiprahnya dalam program Membangun Kemandirian Lewat Sanggar Belajar Anak. Di mana memberikan dampak nyata bagi anak-anak dan perempuan di wilayah pesisir Sumatra Utara.

Rusmawati sendiri lahir di Desa Bingkat, Kabupaten Serdang Bedagai pada 2 Februari 1976. Ia tumbuh di lingkungan masyarakat nelayan, di mana pendidikan kerap dianggap hal sekunder.

Banyak anak-anak di kampungnya berhenti sekolah karena harus membantu orang tua di laut dan tanpa akses belajar yang memadai. Dari keprihatinan itu, ia mulai berpikir bahwa perubahan tidak akan datang dari luar, melainkan harus dimulai dari masyarakat sendiri.

Pada akhir 1990-an, Rusmawati mulai mengumpulkan anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Berbekal papan tulis sederhana dan beberapa buku bekas, ia menjadikan teras rumahnya sebagai kelas pertama. Ia juga memanfaatkan teras warga sekitar dan musala.

Di situlah lahir cikal bakal Sanggar Belajar Anak (SBA), sebuah pendidikan nonformal setara Taman Kanak-Kanak, yang kelak berkembang menjadi gerakan sosial.

Konsep sanggar yang dibangun Rusmawati tidak sekadar tempat belajar anak-anak. Ia memadukan pendidikan dengan pemberdayaan masyarakat, terutama bagi para ibu rumah tangga.

Bersama organisasi perempuan Hapsari dan kelompok Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN), ia merancang kegiatan yang mencakup pelatihan wirausaha mikro, kelompok belajar perempuan, serta pelatihan literasi keuangan sederhana.

Selain pendidikan dasar, sanggar juga mengajarkan nilai-nilai karakter dan kemandirian, seperti disiplin, kerja sama, dan cinta lingkungan.

Kerja keras Rusmawati mendapat perhatian publik setelah berbagai media lokal menulis kisah perjuangannya. Pada tahun 2011, PT Astra International memberikan penghargaan SATU Indonesia Awards kepada Rusmawati sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya di bidang pendidikan masyarakat pesisir.

Programnya dinilai berhasil menghadirkan solusi sederhana, murah, dan berkelanjutan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di wilayah terpencil. Melalui pendekatan berbasis komunitas, Rusmawati menunjukkan bahwa akses belajar tidak harus menunggu fasilitas pemerintah, tapi bisa dibangun dari gotong royong dan rasa peduli.

Meski sudah berjalan panjang, perjuangan Rusmawati belum berhenti. Ia masih menghadapi tantangan klasik: minimnya dana operasional, keterbatasan tenaga pengajar, dan belum meratanya fasilitas belajar.

Di tengah segala keterbatasan itu, Rusmawati terus berupaya mencari dukungan dari lembaga pendidikan, perusahaan, dan organisasi sosial. Ia juga aktif berbagi pengalaman di berbagai forum pemberdayaan masyarakat, berharap model sanggar belajar ini bisa direplikasi di daerah pesisir lain.

Dalam ASTRA disebutkan, dari awal berdiri hingga kini, sumber pendanaan Sanggar Belajar Anak (SBA) mencakup honorarium guru dan biaya operasional harian yang berasal dari dukungan Hapsari serta iuran murid yang berkisar antara Rp8.000 hingga Rp10.000 per bulan, ditambah bantuan dari lembaga internasional.

Tak berhenti pada diskusi, para ibu tersebut membentuk kelompok untuk mengelola pinjaman lunak. Dalam 4 tahun terakhir (saat itu), sebanyak 40 ibu rumah tangga menerima pinjaman sebesar Rp1 juta per orang.

Ini dimanfaatkan untuk usaha produktif seperti beternak ayam dan bebek, berkebun sayur di rumah, hingga membuat ikan asin, memberi harapan baru dan senyum bagi para peternak kecil.

Lebih dari sekadar mendirikan sekolah, Rusmawati sedang membangun peradaban kecil dari pinggiran negeri. Ia mengajarkan bahwa perubahan bisa lahir dari tempat yang tak banyak disorot, dari tangan-tangan yang tulus bekerja tanpa pamrih.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.