Istilah pelari kalcer kini sedang banyak disebut-sebut. Lantas, sebenarnya apa itu pelari kalcer dan mengapa fenomena kemunculannya bisa terjadi?
Kawan yang aktif dalam olahraga lari mungkin tak asing dengan lagu berjudul "Pelari Kalcer" yang dibawakan oleh Sastra Silalahi dan Mamang Kesbor. Lagu tersebut bercerita tentang sosok seorang pelari kalcer dengan berbagai lika-liku kehidupannya saat melakukan aktivitas lari.
"Panggil aku pelari kalcer, panggil aku pelari konten. Nggak apa-apa pace keong, yang penting gayaku paten." demikian petikan lirik lagu tersebut.
Pada dasarnya, pelari kalcer adalah kelompok atau individu yang menjadikan aktivitas lari sebagai bentuk ekspresi identitas dan bagian dari gaya hidup modern. Demikian seperti ditulis Adithya Yohannes Manurung dkk, dalam tulisannya yang dipublikasikan di JIMU: Jurnal Ilmiah Multidisipliner.
Dalam tulisannya, Manurung dkk juga menjelaskan bahwa fenomena pelari kalcer adalah wujud berubahnya olahraga lari dari yang awalnya semata aktivitas fisik menjadi budaya dan gaya hidup. Sementara itu, pelari kalcer sendiri bukan sekadar sebutan, melainkan suatu identitas tersendiri.
Budaya dan Gaya Hidup Pelari Kalcer
Menurut Manurung dkk, salah satu hal yang menunjukkan bahwa lari kini telah menjadi budaya dan gaya hidup adalah perilaku konsumtif terhadap perlengkapan lari dan partisipasi dalam kegiatan komunitas. Sebagaimana diketahui, saat ini komunitas lari memang menjamur, berbagai perlengkapan lari yang diproduksi jenama dalam dan luar negeri pun ramai diperjualbelikan.
Dulu, lari identik dengan olahraga murah dan sederhana. Saat ini, tersedia berbagai peralatan lari mulai dari sepatu, pakaian olahraga, hingga jam dari yang harganya murah meriah hingga mencapai jutaan rupiah. Modelnya pun bermacam-macam.
Nah, berbagai perlengkapan dan aksesoris tersebut tidak hanya digunakan untuk menunjang performa saat berlari. Lebih dari itu, lewat barang-barang tersebutlah pelari menampilkan citra dirinya.
Citra tersebut kemudian dibawa ke dalam komunitas berisi para pelari. Menariknya, ada pula komunitas yang dikhususkan untuk pengguna barang merek tertentu, misalnya sepatu. Dengan demikian, aktivitas konsumsi kini secara tidak langsung bisa menjadi syarat untuk bergabung dengan suatu komunitas lari.
Identitas dan Self Branding Pelari Kalcer
Sebagaimang disinggung sebelumnya, pelari kalcer bukan sekadar sebutan, melainkan adalah identitas tersendiri. Identitas itu sendiri dibentuk melalui simbol-simbol visual seperti penggunaan perlengkapan olahraga bermerek, keterlibatan dalam komunitas, serta representasi diri di media sosial.
"Aktivitas lari tidak lagi dipandang sebatas upaya menjaga kebugaran fisik, melainkan telah menjadi sarana untuk menegaskan identitas diri, menampilkan eksistensi sosial, serta membangun gaya hidup modern yang selaras dengan nilai-nilai urban," tulis Manurung dkk.
Identitas pelari kalcer tentu tidak cukup hanya ditunjukkan di tempatnya berlari, melainkan juga media sosial. Berbagai Platform seperti Instagram, Strava, dan TikTok memungkinkan pelari untuk memamerkan dokumentasi aktivitas dan pencapaian mereka kepada orang lain.
Lewat media sosial, pelari bisa mengunggah informasi mengenai aktivitas lari yang dilakukan seseorang mulai dari lokasi, durasi, jarak, hingga kecepatan. Foto-foto dan video saat mereka berlari dalam balutan outfit nan stylish pun tak ketinggalan ditampilkan.
Bukan tanpa alasan pelari membuat unggahan tentang pace, jarak tempuh, atau foto. Tujuannya, mendapatkan pengakuan sosial dan membangun citra positif sebagai individu yang aktif, sehat, dan berprestasi.
Dengan demikian, lari menjadi cara agar seseorang bisa dilihat, diakui, dan diingat. Setiap pencapaian mereka dalam berlari pun dibagikan sebagai bentuk aktualisasi diri.
"Aktivitas lari pun bertransformasi menjadi ajang representasi diri, di mana performa, perlengkapan, dan gaya berpakaian memiliki peran penting dalam membangun citra pelari," tulis Manurung dkk lagi.
Lantas, apakah Kawan juga sudah turut menjadi pelari kalcer dengan menggunakan perlengkapan kece dan mengunggah konten medsos yang keren nan estetik?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News