Rangkaian kegiatan Sahabat Jiwa yang diinisiasi oleh Departemen Sosial dan Pengembangan Masyarakat (Sospemas) BEM FEMA IPB bersama Humanies Project memasuki hari ketiga dengan semangat yang semakin menguat.
Setelah membuka ruang ekspresi di hari pertama dan menanamkan gaya hidup sehat di hari kedua, kini kegiatan hari ketiga berfokus pada pemberdayaan teman istimewa melalui pelatihan hidroponik sederhana menggunakan media galon bekas di Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Hari ini bukan hanya tentang bagaimana bibit tumbuh menjadi tanaman, tetapi juga bagaimana seseorang tumbuh melalui proses belajar, kerja bersama, dan rasa dihargai. Penanaman hidroponik dihadirkan sebagai simbol bahwa setiap jiwa memiliki potensi untuk berkembang jika diberi ruang dan kesempatan.

Pemilihan hidroponik sebagai kegiatan inti bukan tanpa alasan. Metode tanam yang sederhana, murah, dan ramah lingkungan ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempelajari keterampilan baru yang bisa mereka terapkan langsung dalam keseharian.
“Kami ingin mengenalkan keterampilan sederhana yang bisa mereka lakukan sendiri,” tutur Riri, fasilitator dari HIMASIERA IPB yang mendampingi proses pembuatan hidroponik. “Hidroponik ini bukan hanya soal bertani, tapi cara untuk membuat mereka merasa mampu, mandiri, dan percaya pada proses.”
Kegiatan ini juga sejalan dengan nilai pemberdayaan dan keberlanjutan yang diusung BEM FEMA IPB, di mana para peserta didorong untuk mengenal aktivitas produktif yang berpotensi bernilai ekonomi.
Kolaborasi antara BEM FEMA IPB, Humanies Project, dan Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin menciptakan ruang belajar yang hangat dan inklusif. Pendekatan lintas lembaga ini menghadirkan pengalaman belajar yang tidak hanya edukatif, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan sosial para teman istimewa.
“Teman-teman di sini senang sekali kalau diajak interaksi atau praktik langsung,” ujar Ibu Eva, pengurus yayasan.“ Kegiatan hidroponik ini membuat mereka merasa dilibatkan, dan punya aktivitas yang bisa mereka rawat setiap hari.”
Sinergi ini menjadi jembatan antara dunia kampus, masyarakat, dan komunitas sosial dalam mendorong proses pemulihan dan peningkatan kemandirian bagi para penghuni yayasan.

Caption
Kegiatan dimulai dengan pengenalan dasar hidroponik oleh tim HIMASIERA, meliputi fungsi nutrisi, cara kerja media tanam, dan alat sederhana yang dibutuhkan. Peserta kemudian mengikuti tahapan praktik langsung. Suasana pun terasa hidup. Para peserta tampak antusias ada yang tertawa saat air tumpah, ada yang menatap kagum pada bibit mungil yang baru mereka tanam.
"Aku senang bisa menanam sendiri,” ujar K, salah satu teman istimewa dengan senyum lebar. “Biasanya dulu nanam di tanah, sekarang pakai air. Dulu aku nanam kangkung sama bayam.”

Dokumentasi kegiatan pribadi
Ungkapan sederhana itu menggambarkan rasa percaya diri yang tumbuh melalui kegiatan ini. Dari sehelai daun kecil, mereka belajar tentang kesabaran, tanggung jawab, dan makna merawat sesuatu.
Bagi fasilitator, hidroponik adalah media refleksi kehidupan.
“Kami ingin mereka melihat bahwa sesuatu yang kecil pun bisa tumbuh kalau dirawat,” ujar fasilitator HIMASIERA lainnya. “Sama seperti diri mereka tumbuh butuh waktu, tapi selalu mungkin.”
Beberapa peserta bahkan kembali mendekat untuk memastikan rakitannya aman. Ada yang memegang bibitnya dengan hati-hati seolah menjaga sesuatu yang berharga. Dari sana terlihat bahwa proses belajar tidak berhenti di teori, tetapi menjadi perjalanan empati dan keberdayaan.
Kegiatan hidroponik menjadi bukti bahwa pemberdayaan tidak selalu harus besar dan megah.

Dokumentasi Kegiatan Pribadi
“Kegiatan seperti ini sangat berarti,” ujar Ibu E selaku pengurus yayasan dengan mata berkaca.“ Mereka belajar merawat sesuatu, punya kegiatan rutin, dan yang paling penting, mereka merasa mampu.”
Dengan keterampilan baru ini, para peserta diharapkan dapat meneruskan praktik hidroponik sebagai kegiatan produktif harian di yayasan. Penanaman galon-galon kecil itu kini menjadi simbol harapan baru bahwa setiap jiwa berhak tumbuh, meski perlahan.

Dokumentasi pribadi kegiatan
Kegiatan ditutup dengan makan dan dokumentasi penuh kebahagiaan. Para peserta berfoto bersama. Dari media air itu, tumbuhlah bukan hanya tanaman, tetapi juga kepercayaan diri dan rasa berarti.
“Hari ini, mereka tidak hanya menanam sayuran,” tutur Pengurus BEM FEMA IPB. “Mereka menanam harapan dan keyakinan bahwa setiap manusia, seberapapun terbatasnya, bisa tumbuh dan berdaya.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News