Sejak Agustus 2025, publik dihebohkan oleh temuan kasus kontaminasi material radioaktif Sesium-137 (Cs-137) yang berasal dari Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
Temuan ini tentu tidak hanya mengejutkan warga lokal, tapi juga menjadi sorotan dunia ekspor nasional karena dampak negatifnya yang tidak hanya dapat mengancam lingkungan, tetapi juga mengancam keamanan pangan yang berbahaya bagi kesehatan.
Kronologi Kasus
Kasus ini bermula ketika Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menemukan adanya kandungan radioaktif yang melebihi batas maksimum pada udang beku ekspor dari Indonesia. Zat radioaktif tersebut adalah Sesium-137 (Cs-137), salah satu unsur radioaktif buatan yang dapat memancarkan radiasi beta dan gamma berbahaya, dengan jangka waktu paruh hingga 30 tahun.
Temuan ini kemudian langsung memicu gelombang investigasi lanjutan dalam negeri. BAPETEN bersama dengan KLHK, BRIN, KKP, dan berbagai pihak terkait segera melakukan pemeriksaan dan menemukan bahwa sumber cemaran Cs-137 berada di Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande, Serang, Banten.
Hasil uji lab Kementerian Lingkungan Hidup (16/10) menyatakan Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande mencapai tingkat radiasi 33.000 mikrosievert per jam atau sekitar 875.000 kali lebih tinggi dari radiasi alamiah normal. Fakta ini semakin menguatkan adanya potensi-potensi bahaya yang sangat serius, terutama bagi keberlangsungan lingkungan hidup di sekitarnya.
Seiring berlangsungnya penyelidikan, pemerintah kemudian menetapkan Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande sebagai status kejadian khusus cemaran radiasi Cs-137. Hingga saat ini, setidaknya terdapat sepuluh titik kontaminasi yang teridentifikasi di kawasan industri tersebut. Dengan demikian, seluruh aktivitas publik di sekitar kawasan akan diawasi secara ketat melalui sistem monitoring radiasi (Radiation Portal Monitoring).
Apa Itu Cs-137?
Sesium-137 (Cs-137) merupakan salah satu unsur radioaktif buatan yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir dalam reaktor nuklir atau alat industri yang menggunakan sumber radiasi buatan. Zat Cs-137 ini dapat memancarkan radiasi beta dan gamma yang mampu menembus jaringan hingga benda padat dalam jangka waktu paruh sekitar 30 tahun. Dalam jangka panjang, paparan radiasi Cs-137 ini dapat memicu luka radiasi, kerusakan organ, gangguan genetik, hingga meningkatkan risiko kanker.
Cs-137 memiliki sifat mudah larut dalam air, sehingga memungkinkan penyebarannya melalui media air tanah atau air permukaan. Sifatnya yang mudah larut air ini juga memudahkan penyebarannya hingga ke rantai pangan, sehingga dapat membahayakan kesehatan bagi siapapun yang mengonsumsinya.
Dampak Cemaran Cs-137 terhadap Keamanan Pangan
Jika kontaminasi zat radioaktif Cs-137 dapat bertahan di permukaan benda keras hingga puluhan tahun, maka tidak menutup kemungkinan bahwa zat ini juga dapat masuk dan bertahan dalam rantai pangan yang kita konsumsi, sehingga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Ketika tanah atau air tercemar Cs-137, tanaman dapat menyerap partikel radioaktif tersebut melalui akar.
Sementara itu, pada hewan seperti ikan, udang, dan lainnya yang hidup di daerah perairan dalam kawasan tersebut juga dapat menyerap partikel radioaktif ini dengan mudah. Dari proses inilah zat radioaktif Cs-137 mulai masuk ke rantai pangan dan pada akhirnya mengancam kesehatan manusia.
Paparan radiasi gamma dari pangan yang terkontaminasi Cs-137 dapat masuk ke dalam tubuh dan merusak DNA sel. Jika pangan yang terkontaminasi ini dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka panjang, maka zat radioaktif yang terakumulasi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti mutasi genetik, gangguan saraf, kerusakan jaringan dan organ, hingga meningkatnya risiko kanker.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) menyatakan bahwa zat radioaktif Cs-137 yang masuk ke dalam tubuh dapat menetap di otot dan jaringan lunak manusia selama bertahun-tahun, sambil terus melepaskan radiasi sedikit demi sedikit. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap kemungkinan kontaminasi radioaktif pada bahan pangan perlu terus dilakukan secara ketat, rutin, dan berkelanjutan.
Nah, dengan penjelasan di atas, Kawan GNFI kini dapat memahami bagaimana paparan material radioaktif dapat berdampak serius ketika masuk ke dalam rantai pangan. Ke depannya, penting bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan maupun minuman yang dikonsumsi, untuk menghindari risiko penyakit yang ditimbulkan oleh zat radioaktif seperti Cs-137.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News