Ditengah maraknya konsumsi beras di Indonesia, jejak kebangsaan pangan pokok Indonesia makin tergerus nilainya. sagu, sorgum, dan talas, bahan pangan asli Indonesia yang tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga sebagai simbol budaya dan identitas bangsa.
Keberadaan yang semakin menipis akibat pergantian tren kuliner dan globalisasi membuat para petani tidak lagi mau berkecimpung dalam pelestarian pangan lokal dan memilih beralih ke bahan pangan yang lebih digemari.
Krisis ini, akan menjadi ancaman serius jika tidak segera diatasi. Maka dari itu, penting untuk kita sebagai generasi bangsa melacak kembali kearifan pangan lokal sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa.
Mengapa Pangan Lokal Penting untuk Dilestarikan?
Pangan lokal tidak hanya sebagai pemenuhan taraf hidup masyarakat, tetapi juga sebagai pencerminan gaya hidup dan lingkungan masyarakat Indonesia yang beragam.
Contohnya pada sagu, sorgum, dan talas. Ketiganya adalah bentuk dari sumber daya alam Indonesia yang berbeda-beda.
Sagu

Source: Pexels
Sagu dikenal sebagai bahan makanan pokok yang banyak dibudidayakan di Indonesia, khususnya di daerah timur seperti Papua, Maluku, dan Sulawesi.
Sagu biasanya dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai makanan pokok bernama Papeda. Terbuat dari tepung sagu dan kemudian di proses hingga berbentuk bubur kental dan lengket dan disajikan bersama hidangan khas daerah timur yaitu ikan kuah kuning atau sayur ganemo.
Sorgum

Source: Pexels
Sorgum banyak ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mampu tumbuh di daerah yang sangat kering sehingga cocok ditanam pada geografi wilayah NTT. Masyarakat sekitar mengonsumsi sorgum sehari-hari sebagai sumber karbohidrat utama.
Biasanya sorgum akan direndam selama 2 jam untuk membersihkan kotoran dan kemudian dimasak untuk menghasilkan nasi sorghum. Selain itu, masyarakat sekitar biasanya memanfaatkannya menjadi camilan tradisional bernama bolot cucuk.
Talas

Source: Pexels
Talas atau keladi dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia khususnya pada daerah lembab seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra. Talas menjadi sumber karbohidrat alternatif pengganti beras yang lebih kaya gizi.
Selain umbi talas, pemanfaatan bagian lain talas secara umum digunakan pada masakan tradisional seperti sayur lompong, yaitu daun dan batang talas yang dimasak bersama santah dan rempah-rempah. Umbi talas juga dapat diolah menjadi kue tradisional seperti talam talas dan putu ayu.
Cara Bangkitkan Makanan Lokal di Era Kini
Kebijakan ketahanan pangan oleh pemerintah
Salah satu kebijakan pemerintah dalam penggulangan masalah pangan lokal yang saat ini tengah digencarkan ialah diversifikasi pangan. Kebijakan ini sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan oleh satu jenis pangan, contohnya beras.
Permintaan beras yang terus meningkat membuat pemerintah harus memilih jalan yang lebih efisien dari sekadar impor beras.
Selain itu, pengenalan kembali kearifan pangan lokal pada masyarakat dapat dilestarikan melalui kebijakan diversifikasi pangan ini.
Hilirisasi dan inovasi produk
Dalam pengenalan kembali nilai kearifan pangan lokal, penyesuaian terhadap perkembangan zaman haruslah menjadi bahan acuan. Pangan lokal digarap menjadi sesuatu yang dapat menarik minat generasi saat ini. Contohnya seperti inovasi bahan pangan lokal Sorghum yang dapat diolah menjadi cookies dan roti bebas gluten.
Hal ini tentu tidak lepas dari kerja sama antarpetani, UMKM, akademisi, hingga pemerintah. Sekaligus dapat membuka pintu lapangan pekerjaan di Indonesia.
Peran Pemuda dan Kampanye Media Sosial
Salah satu upaya pelestarian pangan lokal ialah mengenalkannya pada generasi muda. Melalui pengenalan atraktif pada generasi muda, dapat menciptakan berbagai peluang lapangan usaha.
Pemuda dapat mempergunakan tools kreatif seperti media sosial sebagai langkah lanjutan hilirisasi sekaligus pengenalan identitas bangsa "gaya baru yang vintage". Contohnya seperti berkolaborasi dengan para influencer lokal untuk ikut andil dalam promosi pangan lokal.
Dalam menjaga dan mempertahankan identitas bangsa, upaya pelestarian pangan lokal tentu sangat penting untuk dilakukan. Pangan lokal tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, namun juga sebagai bentuk warisan budaya.
Aktivitas seperti pemberdayaan komunitas dan pembiasaan hidup masyarakat sangatlah membantu dalam upaya pelestarian ini. Kontribusi pemerintah lewat program diversifikasi pangan hingga hilirisasi penting untuk dipertahankan.
Tak luput dari itu semua, peran generasi muda akan sangat dinantikan untuk menghadirkan inovasi baru dalam upaya menjaga tradisi dan budaya bangsa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News