festival aren musang bukti kolaborasi kebudayaan dan pesan ekologis - News | Good News From Indonesia 2025

Festival Aren Musang Bukti Kolaborasi Kebudayaan dan Pesan Ekologis

Festival Aren Musang Bukti Kolaborasi Kebudayaan dan Pesan Ekologis
images info

Festival Aren Musang Bukti Kolaborasi Kebudayaan dan Pesan Ekologis


Desa Budaya Cibaliung bersama Ekosistem Boeatan Tjibalioeng akan mengadakan Festival Aren Musang bertajuk “Menari Nira; Tuntung Pucuk, Tuntung Akar, Talaga Ngembeng” di Kampung Gula, Babakan Sabrang, Desa Cibaliung Pandeglang.

Acara yang akan berlangsung pada 22—23 November ini didiukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa.

Festival yang lahir dari kolaborasi masyarakat sekitar tersebut berupaya mengangkat nilai-nilai ekologis dari budaya gula aren yang sudah mengakar di masyarakat. Diketahui, Masyarakat Cibaliung menjadi salah satu sentra penghasil gula aren yang digunakan dalam berbagai olahan masakan

Pendamping Kebudayaan Desa sekaligus Inisiator Festival Rizal Mahfud bercerita tentang asal usul aren musang di Cibaliung. “Musang berperan sebagai penjaga keseimbangan alam,” tuturnya.

baca juga

Dari musang, Rizal mencontohkan memiliki perilaku yang mencerminkan keluhuran nilai. “Mereka hanya memakan buah terbaik, dan hasilnya ditanam kembali untuk menumbuhkan pohon aren baru,” tuturnya.

Rizal menambahkan, pohon aren tidak hanya memiliki makna ekonomis bagi masyarakat, tetapi juga menjadi simbol kehidupan. Keberadaan pohon aren melambangkan sistem nilai dan pengetahuan yang tumbuh dan saling menopang di tengah-tengah masyarakat adat.

Meskipun memiliki peran yang signifikan dan manfaat bagi masyarakat, Rizal menilai keberadaan musang dan pohon aren di Cibaliung kini menghadapi ancaman. “Masih banyak terjadi perburuan musang di beberapa daerah,” tuturnya.

Perburuan ini, lanjutnya menyebabkan regenerasi pohon aren terganggu. Musang yang menjadi penyebar bibit aren alami diburu sehingga praktis pohon aren tidak mampu berkembang biak.

Selain itu, masyarakat juga mulai meninggalkan kebiasaan menanam pohon kawao. Padahal, keberadaan nira dan kawao tidak bisa dipisahkan sebab akar dari pohon kawao juga digunakan sebagai bahan pengawet alami bagi gula aren.

“Banyak bagian dari pohon kawao juga digunakan untuk keperluan warga Cibaliung,” tambah Rizal.

Ilustrasi pembuatan gula aren musang. Foto: Desa Budaya Cibaliung

Semula, Rizal menyebut masyarakat sekitar memiliki praktik menyanyikan kidung (lagu) tradisional yang liriknya menggambarkan proses pembuatan dan panen aren. Akan tetapi, seiring dengan modernisasi dan bergesernya lapangan pekerjaan, anak-anak muda mulai tidak terbiasa dan tidak mengetahui kebiasaan tersebut sehingga kidung-kidung tradisional terancam punah.

Padahal, kidung yang dilantunkan bukan sekadar nyanyian semata. Lirik-liriknya menyaratkan keluhuran serta filosofi mendalam yang terkandung dalam praktik pembuatan gula aren.

Atas berbagai masalah di atas, Rizal bekerja sama dengan pegiat budaya dan komunitas lokal membentuk Festival Aren Musang sebagai sebuah respons terhadap krisis ekologi, pengetahuan, dan budaya yang kini melanda masyarakat Cibaliung.

Selama 2 hari pengunjung dapat menikmati berbagai acara dan kegiatan, mulai dari riset tentang gula aren sampai pertunjukan kebudayaan. Berbagai pertunjukan yang bisa dinikmati antara lain wayang daun aren, menari nira, konser suara desa.

Rizal menyebut, selama jalannya acara pihaknya juga mengundang seniman lokal Banten untuk melakukan residensi dan studi tentang gula aren di Cibaliung. Hasil residensi ini nantinya akan ditampilkan juga dalam puncak acara Festival Aren Musang.

baca juga

Tidak hanya pertunjukan kesenian, pengunjung juga bisa menghadiri berbagai diskusi bertajuk studi sudut desa, kreasi kuliner berbahan gula aren, serta pembahasan tentang sastra lisan aren.

Warga yang tertarik untuk mengikuti kegiatan ini bisa datang ke Desa Cibaliung, Kabupaten Pandeglang pada 22—23 November. Panitia kegiatan juga menyediakan paket festival yang memberikan fasilitas jemputan dari Pandeglang menuju lokasi acara. Informasi lebih lengkap dapat mengunjungi akun Instagram @desabudaya_cibaliung.

Informasi kegiatan Festival Aren Musang dapat dilihat melalui Instagram @desabudaya_cibaliung. Foto: Desa Budaya Cibaliung

Rizal berharap agar festival ini dapat menjadi ruang perenungan dan tindakan, tempat di mana manusia, hewan, dan pohon saling menyapa dalam kesadaran yang sama: menjaga bumi berarti menjaga kehidupan.

“Festival ini juga menjadi ruang promosi yang lebih luas bagi produk unggulan baru Aren Musang Cibaliung yang mendukung pengembangan komoditas hasil bumi di Kabupaten Pandeglang,” tuturnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

GF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.