“Rasanya kok eman bila kulit bawang putih dicampur dengan sampah organik lainnya,” ujarnya seperti dikutip dari kanal tunashijau.id.
Raihan Jouzu Syamsudin, siswa SMPN 57 Surabaya mengolah kulit bawang putih menjadi tinta. Ia menamai inovasi tersebut sebagai Kubangput Ink, singkatan dari kulit bawang putih.
Raihan membawa inovasi tersebut ke ajang Pangeran Lingkungan Hidup 2024. Ide itu membawanya meraih juara kedua. Bahkan, ia diundang memamerkan karyanya di Musyawarah Nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Munas Apeksi) VII yang berlangsung di Surabaya pada 6–10 Mei 2024.
“Saya sangat senang bisa berbagi informasi tentang produk inovasi kami, menambah pengalaman, dan melihat bagaimana karya-karya kami diterima dengan baik,” ujar Raihan, dikutip dari laman resmi SMPN 57 Surabaya, Kamis (20/11/2025).
Bagi Raihan, pameran itu tidak hanya mengenalkan gagasannya, tetapi juga digunakan untuk menularkan semangat peduli lingkungan, khususnya sesama pelajar. Ia pun membagikan aktivitas sehari-hari seperti membuat kompos dan memilah sampah, lewat akun Instagram-nya, @raihanjouzu_.
“Saya berharap pameran ini bisa menjadi contoh nyata bahwa kita bisa berkontribusi dengan cara yang kreatif dan bermanfaat,” ujarnya.
Selain tinta spidol, Raihan juga memanfaatkan kulit bawang menjadi eco-enzyme. Ini adalah cairan serbaguna hasil fermentasi yang dapat digunakan untuk pembersih atau pupuk.
Ia bahkan sudah merencanakan inovasi berikutnya, yakni toner untuk mesin fotokopi. Jika proyek ini berhasil, pemanfaatan limbah organik akan punya jangkauan yang jauh lebih luas.
Keliling Pasar Kumpulkan Kulit Bawang
Untuk membuat tinta, Raihan butuh bahan baku yang tidak sedikit. Karena itulah ia rajin berkeliling ke pasar-pasar di Surabaya. Dari sana, ia pun mengenal para pedagang bawang putih. Ia tidak hanya meminta kulit tapi juga sekalian mengedukasi mereka tentang manfaat pengelolaan limbah.
Sebelum berjejaring dengan penjual bawang, Raihan pernah hanya mengumpulkan sekitar 300 kilogram selama empat bulan pertama. Padahal, ia membutuhkan sekitar 1.000 kilogram.
Tantangan lainnya adalah sifat kulit bawang putih yang sangat ringan. Oleh karena itu, untuk mencapai target 1.000 kilogram, ia harus mengunjungi banyak tempat dan mencari mitra baru.
Berkat konsistensinya, kini ia punya 25 mitra penyedia kulit bawang putih.
Bagaimana Kulit Bawang Bisa Menjadi Tinta?
Mengapa kulit bawang bisa menjadi tinta? Kulit bawang putih memiliki pigmen alami yang bisa menghasilkan warna coklat kemerahan. Warna itu bisa keluar setelah diproses melalui perebusan dan pengeringan.
Penelitian menunjukkan bahwa bagian terluar bawang putih mengandung flavonoid, fenolik, dan polifenol, yaitu senyawa yang secara alami memiliki kemampuan menyerap cahaya. Senyawa ini yang membuat ekstrak kulit bawang memiliki rona kuning hingga kecoklatan.
Selain itu, bawang putih mengandung berbagai senyawa sulfur seperti alliin dan allicin. Ketika bawang dihancurkan atau dipanaskan, senyawa-senyawa ini bereaksi dengan asam amino dan oksigen. Sejumlah jurnal, termasuk penelitian Roman Kubec dan tim yang dimuat dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry (2017), menjelaskan bahwa reaksi tersebut dapat membentuk molekul berwarna seperti pirrol dan turunannya.
Pada kulit bawang putih, proses ini tidak menghasilkan warna sekuat daging umbinya. Akan tetapi, cukup untuk memberikan pigmentasi ketika kulitnya diekstraksi.
Senyawa antioksidan dalam kulit bawang putih turut berperan menjaga kestabilan warna tersebut. Antioksidan membuat pigmen lebih tahan terhadap oksidasi sehingga tidak cepat memudar. Karena itu, ketika ekstrak kulit bawang dicampur dengan bahan pengental seperti gom arab atau PVA glue, ia dapat berubah menjadi tinta alami yang cukup stabil untuk digunakan pada spidol atau media tulis lainnya.
Prinsip kerja ini lah yang digunakan Raihan. Air rebusan kulit bawang putih ia olah kembali hingga menjadi cairan lebih pekat. Setelah beberapa kali uji coba, lahirlah formula tinta spidol yang cukup stabil dan aman digunakan.
“Anak-anak muda punya peran penting dalam melestarikan lingkungan. Kita bisa mulai dari hal kecil, seperti memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar kita untuk menciptakan produk yang berguna dan ramah lingkungan,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News