Brainrot pada Generasi Alpha mencerminkan tantangan nyata dalam penguatan nilai-nilai Pancasila. Paparan berlebihan terhadap konten digital yang cepat, repetitif, dan tidak bermanfaat yang menunjukkan kecenderungan penurunan fungsi otak dalam memilah informasi.
Kondisi ini dapat menyebabkan lemahnya implementasi nilai-nilai Pancasila, terutama di saat anak sudah terbiasa mengonsumsi konten yang tidak memiliki nilai edukatif dan moral.
Jika semakin dibiarkan, kemapuan generasi Alpha dalam membangun kesadaran kebangsaan akan semakin rentan dan integritas karakter semakin rentan.
Siapa itu Generasi Alpha?
Generasi Alpha dengan rentang kelahiran antara 2010–2024 tumbuh sebagai generasi digital pertama yang sejak dini sudah terhubung dengan teknologi canggih. Kemudahan mengakses gawai dapat membentuk pola pikir yang cepat, tetapi sekaligus mengurangi kemampuan komunikasi langsung dan menurunkan sensitivitas terhadap dinamika sosial di sekitarnya.
Oleh karena itu, penguatan karakter melalui pendidikan Pancasila menjadi sangat penting. Sikap bijak dalam memanfaatkan teknologi, kemampuan menyaring informasi, serta menghindari konten yang tidak bermanfaat merupakan upaya penting untuk menjaga jati diri bangsa muda agar tetap sejalan dengan nilai-nilai dan nilai kebangsaan.
Keterkaitan Brainrot dengan Nilai-Nilai Pancasila
1. Sila pertama: Pengguna media digital terutama para generasi Alpha perlu menyaring konten yang ditonton secara kritis agar tidak bertentangan dengan norma moral dan etika yang berlaku. Literasi digital sangat penting untuk menjaga integritas diri di tengah arus informasi yang tidak terkurasi dengan baik.
2. Sila kedua: Interaksi digital harus tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Brainrot sering memicu ejekan dan bullying, sehingga nilai kemanusiaan harus menjadi pedoman dalam menjaga ruang digital yang etis.
3. Sila ketiga: Vitalitas brainrot dapat memperlebar jarak dan memecah belah antargenerasi jika tidak dikelola dengan bijak. Namun, konten digital juga dapat menjadi sarana memperkuat persatuan apabila diarahkan pada kreativitas yang inklusif.
4. Sila keempat: Generasi Alpha dihadapkan pada dilema antara mengikuti tren yang populer tanpa refleksi kritis atau memegang prinsip musyawarah serta tanggung jawab etis terhadap dampak sosial dari aktivitas digital.
5. Sila kelima: Diperlukan pemerataan literasi digital agar seluruh pengguna media sosial terutama generasi Alpha mempu menyaring konten dengan bijak. Tanpa hal tersebut, brainrot dapat memperburuk penurunan fungsi kognitif pada otak dan kesejahteraan bersama.
Keterkaitan Brainrot dengan Nilai Kebangsaan
Nilai kebangsaan mencakup identitas nasional, integritas moral, tanggung jawab warga, dan kemampuan menjaga harmoni sosial. Semua aspek tersebut dapat terganggu ketika generasi Alpha mengonsumsi konten yang tidak bermanfaat secara berlebihan.
Brainrot dapat melemahkan karakter bangsa, menurunkan kemampuan berpikir kritis, serta menggeser budaya lokal. Namun, fenomena ini juga dapat memberikan peluang jika diarahkan pada hal positif.
Konten yang kreatif dan berbasis budaya dapat memperkuat identitas nasional serta dapat mendorong solidaritas sosial.
Bahasa gaul lokal, ekspresi budaya digital, serta narasi positif dapat menjadi sarana dalam memperkaya identitas bangsa dan mempererat hubungan antargenerasi.
Dampak Negatif Brainrot terhadap Nilai Pancasila dan Nilai Kebangsaan
1. Penurunan Literasi Digital: Generasi Alpha sulit membedakan konten viral bermanfaat dan konten hiburan yang tidak mendidik.
2. Kurangnya Kesadaran Identitas Nasional: Konsumsi meme atau tren digital berdurasi cepat secara berlebihan dapat mengirangi keterikatan pada budaya bangsa.
3. Gangguan Kesehatan Mental: Paparan konten tidak bermanfaat secara berlebihan bisa memengaruhi konsentrasi, suasana hati, dan cara berpikir kritis generasi Alpha.
4. Fragmentasi Sosial: Interaksi berpindah dari komunitas lokal yang berbasis kebangsaan ke komunitas meme.
Strategi Penguatan Nilai Pancasila dan Kebangsaan Menghadapi Brainrot
1. Literasi digital harus diperkaya dengan pendidikan karakter berbasis Pancasila agar generasi Alpha mampu menyaring informasi secara kritis.
2. Pembentukan komunitas digital positif yang mendorong dialog inklusif dan memperkuat solidaritas nasional.
3. Memperkuat peran orang tua dan pendidik melalui pengawasan aktif serta komunikasi terbuka terhadap konten yang dikonsumsi anak.
4. Melaksanakan kampanye nasional tentang etika memilih konten melalui kompetisi digital dan produksi konten yang memuat nilai-nilai Pancasila dan nilai kebangsaan.
5. Mengembangkan teknologi moderasi berbasis kecerdasan buatan yang sensitif terhadap konteks budaya digital generasi Alpha.
6. Sekolah dapat mengembangkan program pembelajaran inklusif yang mengajak siswa membuat karya digital kreatif yang mengangkat nilai-nilai Pancasila dan nilai kebangsaan.
Fenomena brainrot pada Generasi Alpha mencerminkan tantangan baru bagi bangsa dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila dan nilai kebangsaan.
Dengan pendidikan karakter berbasis Pancasila, literasi digital yang merata, pengawasan orang tua, serta pengembangan budaya digital positif, brainrot dapat diubah menjadi peluang untuk memperkuat kreativitas, memperkaya identitas nasional, dan mempererat solidaritas antargenerasi.
Dengan demikian, generasi Alpha tetap dapat tumbuh sebagai generasi digital yang cerdas, berkarakter, dan beridentitas kuat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News