“Pertama kaget, nggak nyangka bisa jadi dukuh. Ini amanah besar dari warga,” kata Sito.
Namanya Sito Apri Nurrochim. Ia adalah mahasiswa semester tiga Program Studi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Sejak 6 Oktober 2025, ia resmi menjabat Dukuh Padukuhan Kajor, menjadikannya dukuh termuda di Kabupaten Sleman.
Dalam struktur pemerintahan desa, dukuh adalah perangkat desa yang memimpin wilayah tingkat dusun. Di Sleman, wilayah ini disebut padukuhan, yaitu bagian administratif di bawah desa/kalurahan.
Tugas dukuh mencakup pelayanan administratif, pengorganisasian warga, hingga koordinasi kegiatan sosial. Perannya sangat strategis dalam pemerintahan, karena posisinya paling dekat dengan masyarakat.
Berawal dari Dorongan Orang Terdekat
Memang, Sito masih tidak menyangka jika dirinya terpilih menjadi dukuh. Sebab, sejak awal ia mengaku tak berminat mencalonkan diri. Akan tetapi, banyak pihak yang percaya ia mampu. Dorongan pun datang dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, warga, hingga teman-temannya.
“Awalnya saya ditawari teman, rekan-rekan kalurahan, tokoh masyarakat, dan warga untuk maju sebagai dukuh,” ujarnya.
Kakaknya, yang menjabat Jogoboyo, perangkat desa yang mengurusi ketertiban dan keamanan adalah pendorong terbesarnya. Dukungan inilah yang mampu meyakinkan Sito untuk maju. Hingga pada akhirnya, pada Juli 2025, Sito maju mencalonkan diri sebagai Dukuh Padukuhan Kajor.
Seleksi Ketat dan Syarat Teknis
Menurut Peraturan Kabupaten Sleman Nomor 10 Tahun 2019, calon dukuh wajib mengantongi dukungan minimal 15 persen dari jumlah warga di padukuhan. Untuk memenuhi persyaratan itu, Sito harus sowan ke rumah-rumah warga untuk mengumpulkan KTP sebagai bukti dukungan.
Masyarakat pun terbuka bahkan mendukung atas keputusan tersebut. Sito mampu melengkapi syarat berkas pencalonan.
Setelah syarat awal terpenuhi, ia menjalani serangkaian tes, seperti seleksi administrasi, tes tertulis, ujian pidato, keterampilan komputer, dan wawancara. Seluruh penilaian dilakukan oleh Universitas APMD, sesuai aturan kabupaten.

Sito Apri, dukuh termuda di Sleman, bersama dengan ibu PKK © Kumparan
“Tes hanya satu hari dan hasilnya langsung diumumkan. Alhamdulillah saya memperoleh nilai tertinggi,” katanya.
Akan tetapi, kesulitan terbesar yang dirasakan Sito adalah berbahasa. Ia mengaku belum fasih berbahasa Jawa, sehingga perlu berlatih keras di sela kuliah dan pekerjaannya sebagai barista.
“Agak kewalahan, tapi bisa teratasi,” ujarnya singkat.
Setelah resmi terpilih dan mengalahkan lawannya yang berusia 30 tahun, Sito memutuskan berhenti menjadi barista. Ia merasa cukup memikul dua tanggung jawab sekaligus, yakni kuliah dan pelayanan warga.
“Saya pikir, kuliah dan jadi pamong sudah cukup. Barista saya tinggalkan,” tutur dia.
Potensi di Kajor dan Rencana Inovasi
Padukuhan Kajor terdiri dari tiga wilayah, yakni Guyangan, Kenteng, dan Kajor. Masing-masing punya karakter budaya yang masih hidup, seperti kesenian bregodo, tari tradisional, jatilan, jemparingan, dan UMKM ketupat.
Sito melihat potensi ini sebagai peluang wisata budaya. Ia berkomitmen untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi tersebut.
“Banyak potensi di Kajor, dari budaya sampai ekonomi. PR kami adalah mengembangkannya,” tuturnya.
Selain itu, ia juga ingin memperkenalkan digitalisasi pelayanan desa. Hal ini dilakukan agar prosedur pelayanan lebih praktis bagi generasi muda.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News