Laga final Development Basketball League (DBL) Jakarta bukan sekadar persaingan untuk menentukan SMA mana yang paling jago basket di Jakarta. Lebih dari itu, final DBL Jakarta adalah panggung drama.
Drama di final DBL Jakarta baru saja terjadi pada Jumat (22/11/2025) lalu. Dalam laga putri yang mempertemukan SMAN 70 dan SMA Jubilee, kedua tim harus bermain hingga babak overtime hingga akhirnya SMA Jubilee mengunci kemenangan dengan skor 36-32. Sementara itu, laga putra antara SMA Jubilee melawan SMA Bukit Sion berakhir dengan kemenangan 60-52 bagi SMA Bukit Sion.
Selama beberapa menit saat pengujung laga SMAN 70 versus SMA Jubilee berlangsung, Indonesia Arena tempat digelarnya laga pun diliputi suasana menegangkan. Karena drama ini pula, CEO dan pendiri DBL, Azrul Ananda, menyebutnya sebagai pertunjukkan yang luar biasa.
"Entah bagaimana dalam beberapa tahun terakhir ini setiap finalnya di Indonesia Arena selalu jadi show yang luar biasa," ujar Azrul kepada awak media usai laga.
"Hari ini terulang lagi. Tahun lalu ending-nya seperti itu, tahun ini ending-nya overtime," lanjutnya.
Indonesia Arena telah digunakan untuk perhelatan final DBL Jakarta sejak 2023. Merujuk kepada apa yang disampaikan Azrul, final tahun lalu pun tak kalah dramatis sehingga Indonesia Arena tak ubahnya seperti panggung drama setiap final DBL digelar.
"Kalah atau menang, anak-anak itu superhero semua." pungkas Azrul memuji perjuangan para pemain yang berjibaku di lapangan.

Melihat Drama di Final DBL Jakarta
Seperti apa drama di final DBL Jakarta tahun lalu yang disinggung Azrul?
Tahun lalu, final DBL Jakarta juga mempertemukan SMAN 70 dan SMA Jubilee. Meski demikian, hasilnya berbeda. Pemenangnya adalah SMAN 70 dengan torehan skor 38-37.
Saat itu, kedua tim langsung tampil ngegas sejak sejak quarter pertama. Sepanjang laga, penonton disuguhkan permainan ngotot dan aksi kejar-kejaran skor yang begitu ketat. Saat laga berjalan pada quarter keempat, papan skor menunjukkan angka 37-36 bagi keunggulan SMA Jubilee.
Hanya butuh hitungan detik sebelum laga usai dan SMA Jubilee keluar sebagai juara. Akan tetapi, di sinilah kemudian drama menegangkan terjadi. Pemain SMAN 70, Shinta Salsabila, melepas tembakan tripoin yang diblok oleh Raden Imeldy dari Jubilee.
Wasit melakukan official video review untuk membuat keputusan terhadap block terasebut. Hasilnya, tiga free throw diberikan untuk Shinta yang mana dua di antaranya berhasil masuk. Jadilah, SMAN 70 membalikkan keunggulan dan memenangkan laga.
Tak laga tim putri, laga final putra antara SMA Jubilee melawan SMA Bukit Sion tahun lalu juga dramatis. Pada detik-detik akhir quarter keempat, SMA Bukit Sion unggul tipis 49-48 sementara SMA Jubilee terus menekan. Akhirnya, SMA Bukit Sion mengunci kemenangan lewat dua free throw.
Nah, tahun ini, drama yang terjadi adalah skor imbang 29-29 antara SMAN 70 dan SMA Jubilee saat quater keempat habis. Dengan kedudukan sama kuat, laga harus dilanjutkan hingga babak overtime yang kemudian berakhir dengan kemenangan 36-32 bagi SMA Jubilee.
Bukan cuma penonton yang dibuat tegang, para pemain pun merasakan hal yang sama. Di tengah situasi tersebut, pemain SMA Jubilee, Tasya Kusuma Dewi, mengaku berusaha untuk tetap menikmati laga.
“Aku sih nggak terlalu mikirin poin atau enggaknya, yang penting enjoy, nggak usah mikirin sekitar. Fokus, karena tujuannya menang, menang, dan menang saja,” ucapnya.
Tasya tak menampik perasaannya bergejolak saat di lapangan. Bukan lagi tegang, melainkan sampai sempat ada rasa takut kalah. Meski demikian, ia terus bertekad untuk tidak menyerah.
Tak bisa dipungkiri, rasa takut kalah sempat muncul. Tapi ia dan rekan-rekannya sepakat tidak boleh menyerah sebelum buzzer berbunyi.
“Kita sempat down, tapi tetap percaya satu sama lain, percaya sama coach, percaya sama pola yang dikasih coach. Dan akhirnya terbukti (menang)," pungkas Tasya.