Gliding atau terbang layang menjadi salah satu olahraga yang sangat menantang bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, ketika melakukan olahraga ini, Kawan akan terbang dari ketinggian dengan menggunakan pesawat yang tidak bertenaga.
Pesawat yang dikendarai akan melayang begitu saja di udara hingga mencapai landasan pacu yang sudah ditentukan. Tidak heran, dibutuhkan keahlian bahkan lisensi khusus agar Kawan bisa melakoni olahraga yang satu ini.
Tahukah Kawan, pendidikan yang ditujukan untuk melatih para penerbang terbang layang atau gliding di Indonesia sudah ada sejak lama. Salah satu pusat pelatihan terbang layang ini pernah dibuka di Yogyakarta pada 1958.
Pada saat peresmiannya, pembukaan pendidikan terbang layang ini bahkan dihadiri langsung oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang menjabat waktu itu. Lantas bagaimana momen pembukaan pendidikan terbang layang di Yogyakarta yang terjadi pada 1958 tersebut.
Mengenal Gliding atau Terbang Layang
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian awal, terbang layang atau gliding merupakan salah satu olahraga yang menggunakan pesawat tanpa tenaga dalam proses aktivitasnya. Pesawat yang digunakan untuk olahraga ini disebut dengan nama glider.
Kemunculan olahraga ini tentu tidak lepas dari adanya penemuan pesawat yang mulai berkembang sejak pertengahan abad ke-19. Setelah terjadinya Perang Dunia I, pesawat layang mulai digunakan untuk aktivitas olahraga, khususnya di wilayah Jerman pada waktu itu.
Perkembangan olahraga ini sendiri sudah cukup lama di dunia. Bahkan olahraga terbang layang diketahui sudah berkembang cukup pesat di dunia pada 1930-an.
Tidak sembarangan orang bisa menjadi penerbang glider begitu saja. Dibutuhkan pendidikan serta pengalaman tertentu agar seseorang bisa menekuni olahraga tersebut.
Peresmian Pendidikan Terbang Layang di Yogyakarta 1958
Dikutip dari artikel "Peresmian Pendidikan Terbang-Lajang" dalam surat kabar Nasional edisi 16 Mei 1958, peresmian Pusat Pendidikan Terbang Layang (Glider Training) di Yogyakarta terjadi pada Rabu, 14 Mei 1958. Peresmian ini dilakukan di Pangkalan Udara Adisutjipto pada waktu itu.
Pembukaan ini dihadiri langsung oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Kol. Hardjolukito. Dalam pidato pembukaan, Wakil KSAU menegaskan bahwa kondisi negara yang masing genting pada waktu itu tidak menjadi penghalang untuk melanjutkan pembangunan ke depannya.
Negara Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadikan alat transportasi sebagai sarana penting untuk berbagai keperluan. Oleh sebab itu dengan hadirnya Pusat Pendidikan Terbang Layang tersebut, akan muncul kader-kader penerbang yang bisa menyebarkan wawasannya kepada generasi muda.
Dalam upacara pembukaan tersebut juga ditampilkan demonstrasi terbang layang oleh para instruktur. Demonstrasi terbang ini dimulai di ketinggian lebih kurang 3 ribu kaki sebelum mendarat di Pangkalan Udara Adisutjipto.
Rangkaian upacara peresmian kemudian ditutup dengan pemutaran film yang mengangkat tema seputar terbang layang atau gliding.
Peresmian ini juga menjadi tanda dibukanya angkatan pertama bagi para calon penerbang terbang layang. Terdapat 11 siswa yang diterima sebagai pelajar angkatan pertama pada pembukaan Pusat Pendidikan Terbang Layang tersebut.
Para siswa ini akan menjalani pelatihan selama enam bulan penuh yang dilangsungkan di Pangkalan Udara Adisutjipto. Terdapat 7 pesawatglider yang digunakan selama masa pelatihan.
Dari 7 pesawat tersebut, satu di antaranya merupakan hasil produksi Indonesia. Sementara itu, 6 pesawat glider lainnya berasal dari Amerika Serikat.
Pendidikan yang diinisiasi atas kerja sama Angkatan Udara Republik Indonesia dengan Kementerian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan ini bertujuan untuk mencetak para instruktur terbang. Nantinya lulusan angkatan pertama dari Pusat Pendidikan Terbang Layang ini akan disebar ke berbagai sekolah menengah yang ada di Indonesia pada waktu itu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News