Inovasi mahasiswa Indonesia kembali menunjukkan taringnya. Kali ini, tim mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menorehkan prestasi membanggakan melalui gagasan ilmiah yang memadukan kearifan lokal dengan teknologi modern.
Mereka mengembangkan teknologi nanoenkapsulasi meniran (Phyllanthus niruri) sebuah pendekatan baru untuk meningkatkan efisiensi nutrisi pakan ternak melalui optimalisasi senyawa herbal Nusantara. Inovasi ini mengantarkan mereka meraih Juara 2 Kategori Nutrisi dan Teknologi Pakan dalam Kompetisi Nasional Karya Ilmiah Peternakan (KNKIP) 2025 di Universitas Halu Oleo.
Meniran merupakan tanaman herbal yang sudah lama digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Tanaman ini dikenal kaya akan senyawa aktif dengan aktivitas antibakteri, antioksidan, hingga imunomodulator.
Namun, pemanfaatannya dalam nutrisi ternak belum maksimal karena senyawa aktif meniran mudah rusak saat melewati proses pencernaan. Di sinilah ide inovatif mahasiswa UGM bermula. Mereka menyadari bahwa potensi meniran bisa dimaksimalkan jika dilengkapi dengan teknologi nanoenkapsulasi.
Melalui proses nanoenkapsulasi, senyawa aktif meniran diolah menjadi partikel berukuran nano yang lebih stabil dan mudah diserap oleh tubuh ternak. Teknologi ini memungkinkan meniran bekerja lebih efektif dalam meningkatkan performa ternak, terutama pada ayam broiler. Dengan perlindungan kapsul nano, senyawa aktifnya tidak cepat terdegradasi dan dapat mencapai target organ pencernaan dengan lebih efisien. Pendekatan ini dinilai juri sebagai terobosan penting dalam pengembangan feed additive alami di era pembatasan antibiotik pemacu pertumbuhan.
Industri peternakan Indonesia saat ini sedang bergerak menuju sistem produksi yang lebih sehat, aman, dan berkelanjutan. Pembatasan penggunaan antibiotik membuat pencarian alternatif alami menjadi kebutuhan yang mendesak.
Inovasi nanoenkapsulasi meniran besutan mahasiswa UGM menjawab kebutuhan tersebut dengan menawarkan solusi yang tidak hanya berbasis sains, tetapi juga memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia. Kolaborasi antara bahan herbal lokal dan teknologi nano menjadikan inovasi ini memiliki nilai ekonomi dan aplikatif yang tinggi.
Teknologi ini menjadi sangat relevan di tengah upaya global dan nasional untuk mengurangi penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan (AGP) pada ternak. Setelah adanya pembatasan AGP demi keamanan pangan, industri pakan dituntut mencari alternatif feed additive yang aman namun tetap efektif.
Dalam konteks inilah inovasi nanoenkapsulasi meniran memiliki nilai strategis. Ia menawarkan solusi berbasis bahan alami, mudah diaplikasikan, dan tidak menimbulkan residu berbahaya pada produk hewani.
Para juri mencatat bahwa karya ini menunjukkan pemahaman mendalam terhadap tantangan di bidang nutrisi ternak. Nanoenkapsulasi meniran tidak hanya memperbaiki efisiensi pakan, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesehatan ternak secara keseluruhan.
Penggunaan bahan alami membuat inovasi ini lebih ramah lingkungan dan berkontribusi pada produksi ternak yang berkelanjutan. Hal inilah yang mendorong tim UGM dipilih sebagai salah satu pemenang pada kompetisi tingkat nasional tersebut.
Prestasi ini tidak hanya menjadi kemenangan bagi tim mahasiswa, tetapi juga mencerminkan kemampuan generasi muda Indonesia untuk merancang solusi nyata bagi tantangan pangan. Dalam jangka panjang, inovasi seperti ini berpotensi membantu peternak meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi ketergantungan pada antibiotik, dan menghasilkan produk hewani yang lebih aman bagi konsumen.
Keberhasilan tim mahasiswa Fakultas Peternakan UGM ini menjadi inspirasi bahwa inovasi tidak harus berasal dari laboratorium besar atau teknologi mahal. Sering kali, ia lahir dari keberanian melihat kesempatan dalam sesuatu yang sederhana seperti tanaman herbal yang tumbuh di sekitar kita. Dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan kreativitas, bahan lokal seperti meniran dapat menjadi solusi bernilai tinggi untuk masa depan peternakan Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News