Pertambangan merupakan salah satu sektor yang sedang hangat dibicarakan oleh publik dalam negeri. Sektor ini memiliki potensi besar dalam mendongkrak perekonomian Indonesia melalui ekspor bahan mentah atau olahan hasil tambang, seperti nikel dan tembaga.
Di sisi lain efek pasca pertambangan yang cenderung destruktif memunculkan gelombang protes di berbagai forum, terutama di platform online.
Salah satu berita pertambangan yang mendapat sorotan beberapa waktu lalu adalah rencana pembukaan area tambang di Raja Ampat. Publik meyakini bahwa rencana ini dapat berdampak buruk bagi ekosistem perairan di Raja Ampat yang dikenal memiliki biodiversitas dan estetika yang tinggi.
Pada akhirnya pemerintah meredakan isu ini melalui pemberhentian sementara proses pembukaan wilayah tambang di sana.
Lantas bagaimana tambang bisa sebegitu berbahaya bagi lingkungan dan memunculkan polemik yang tak berkesudahan? Utamanya tambang dilakukan dengan mengekstraksi mineral atau batuan alam di dalam tanah.
Keberadaan mineral mineral tersebut jauh berada di kedalaman 500—1.000 meter yang mengharuskan penggalian dan pengerukan tanah dalam skala besar. Tentunya proses ini tidak bisa mengabaikan destruksi pada tanah dan vegetasi di area sekitarnya.
Selain itu polutan berbahaya yang tersimpan dalam tanah menjadi muncul ke permukaan akibat pengerukan ini dan mencemari tanah di sekitar.
Strategi untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui pengembangan teknologi remediasi. Remediasi merupakan proses penghilangan polutan dan pengembalian kondisi tanah tercemar pasca tambang.
Proses remediasi dapat dilakukan secara mekanisme fisika, kimia, biologi, maupun gabungan diantaranta. Mengutip dari Cleanup Technologies, ada beberapa rekomendasi teknologi remediasi lahan bekas tambang yang dapat diterapkan perusahaan atau pengelola tambang.
Teknologi Remediasi untuk Pulihkan Lahan Bekas Tambang
1. Capping, Covers, dan Grading
Teknologi pertama yang umum digunakan dalam remediasi lahan bekas tambang adalah capping atau penutupan lahan.
Teknologi ini dilakukan dengan menutup permukaan tanah yang tercemar menggunakan material seperti tanah bersih, geosintetik, atau tanah liat.
Tujuannya mencegah kontak langsung dan mengurangi infiltrasi air hujan yang dapat menyebarkan polutan. Setelah penutupan, proses grading dilakukan untuk menstabilkan permukaan lahan.
2. Soil Amendments
Pada banyak lokasi tambang, kualitas tanah mengalami degradasi hingga tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan vegetasi. Penambahan bahan seperti kompos, biochar, kapur, atau material organik lain digunakan untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.
Metode ini penting untuk lahan tambang yang mengalami degradasi berat sehingga vegetasi sulit tumbuh.
3. Phytotechnologies
Teknologi berbasis tanaman kini menjadi salah satu pendekatan yang semakin populer dalam remediasi lahan tambang, karena dianggap lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Metode berbasis tanaman ini meliputi fitoekstraksi, fitostabilisasi, dan revegetasi.
Tanaman digunakan untuk menstabilkan tanah, menyerap kontaminan, dan mengembalikan ekosistem secara alami. Teknik ini ramah lingkungan dan ideal untuk pemulihan jangka panjang.
4. Excavation and Disposal
Pada kasus kontaminasi ekstrem, tanah tercemar perlu digali dan dipindahkan ke lokasi pembuangan yang aman. Metode ini dilakukan dengan menggali tanah tercemar dan memindahkannya ke area pembuangan yang telah dipersiapkan, baik di lokasi yang sama maupun di fasilitas pengolahan limbah khusus. Meskipun efektif, metode ini memerlukan biaya besar dan perencanaan ketat.
5. Electrokinetic Remediation
Untuk tanah yang memiliki tingkat permeabilitas rendah seperti lempung, teknologi elektrokinetik menjadi salah satu opsi inovatif. Metode ini memanfaatkan aliran listrik bertegangan rendah untuk menarik ion logam dan kontaminan lain di tanah berpermeabilitas rendah.
Teknologi ini sangat cocok untuk tanah lempung yang sulit ditangani dengan metode lain.
Pemilihan teknologi remediasi harus disesuaikan dengan jenis pencemar, kondisi lahan, dan tujuan pemulihan. Penerapan metode-metode ini diharapkan dapat membantu meminimalkan dampak lingkungan dan memastikan keberlanjutan ekosistem di sekitar wilayah tambang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News