ini cerita fajri hidayatullah disabilitas yang jadi tim ahli stafsus kemendikdasmen - News | Good News From Indonesia 2025

Ini Cerita Fajri Hidayatullah, Disabilitas yang Jadi Tim Ahli Stafsus Kemendikdasmen

Ini Cerita Fajri Hidayatullah, Disabilitas yang Jadi Tim Ahli Stafsus Kemendikdasmen
images info

Ini Cerita Fajri Hidayatullah, Disabilitas yang Jadi Tim Ahli Stafsus Kemendikdasmen


Fajri Hidayatullah, kini menjadi Tim Ahli Staf Khusus Menteri Bidang Manajemen, Kelembagaan, dan Reformasi Birokrasi Kemendikdasmen. Ia adalah salah satu penyandang disabilitas yang dipercaya menjadi bagian dari pemerintah. Jelas, hal ini seolah menjadi mimpi baginya, sosok yang sempat merasakan diskriminasi.

Fajri lahir pada 1991. Masa kecilnya berjalan biasa saja seperti anak kebanyakan hingga usia 13 tahun. Ia tumbuh dalam keluarga dengan budaya Sumatera yang kuat. 

Akan tetapi, ada satu peristiwa yang menjadi titik balik hidupnya. Ia sempat mengalami demam tinggi saat berusia belasan tahun. Kondisi itu disertai gejala lain sehingga menyebabkan terganggunya penglihatan. Dokter mendiagnosis glaukoma, penyakit yang merusak saraf mata. Sejak saat itu, penglihatannya semakin buram dan perlahan menghilang.

baca juga

Cita-cita menjadi anggota TNI pun gugur. Fajri terpuruk. Selama tujuh tahun ia hanya berada di rumah. Bukan karena tidak mau belajar, melainkan karena tidak ada jalur yang tersedia.

“Mau masuk SLB sudah terlambat usianya, jadi cukup banyak yang dipertimbangkan sehingga pada saat itu memilih di rumah saja,” ujar Fajri.

Hingga suatu malam, ia mendengar sebuah tafsir Al-Qur’an. Isi tafsir itu mengatakan bahwa manusia bernilai karena ilmunya. Kesempurnaan fisik bukan penentu. Dari situ lah Fajri mulai mencari jalan untuk menempuh pendidikan.

baca juga

Hijrah ke Jakarta untuk Belajar

Pada 2011, ia akhirnya memutuskan pindah ke Jakarta. Ia mendengar ada yayasan yang bergerak dalam pemberdayaan disabilitas. Meski demikian, pada waktu itu, ia juga mengalami kendala. Ia sempat ditolak saat ingin belajar di wilayah Jakarta Timur.

Ia kemudian mengikuti program ujian kejar paket di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Depok. Sebagai informasi, SKB Depok adalah pusat pendidikan non-formal yang memberikan kesempatan belajar melalui Paket A, B, hingga C. 

Fajri Tembus Kampus UMJ

Setelah mendapatkan ijazah, Fajri mendaftar kuliah. Ia memilih Prodi Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Ia menyebut, banyak yang meragukan bahwa ia bisa mengikuti perkuliahan.

“Tidak ada sama sekali di dunia bahkan di Indonesia, seorang disabilitas yang tidak melihat mengambil program studi Ilmu Politik… benar-benar ditanya setiap hari ‘Mas, apakah mau pindah prodi?’,” ungkap Fajri.

Fajri memilih tidak banyak menjawab. Ia membuktikan lewat nilai yang didapatkan. Bahkan, ia lulus dalam tiga tahun dua bulan, prestasi yang sulit dicapai mahasiswa reguler. Rektor UMJ kemudian memintanya melanjutkan studi S2.

“Dengan pengujian semester awal IPK saya di atas 3,00. Baru berhenti pertanyaan itu,” tuturnya.

Terjun ke Organisasi dan Advokasi

Selama kuliah, Fajri aktif berorganisasi. Ia terbiasa turun langsung untuk mendampingi adik-adik penyandang disabilitas yang ingin sekolah atau kuliah.

Setelah melewati banyak pengalaman hidup, Fajri semakin mantap menempatkan dirinya dalam perjuangan untuk difabel. Ia tidak ingin berhenti pada pengalaman pribadi dan ingin membuka jalan bagi banyak orang lain. Oleh karena itu, ia terlibat dalam berbagai kegiatan advokasi. 

Di kampus UMJ, Fajri sering mengedukasi mahasiswa, dosen, hingga pimpinan kampus tentang pentingnya menyediakan layanan yang adil bagi mahasiswa difabel. Ia melakukan advokasi, berdiskusi, dan membuka ruang audiensi. Semua itu dilakukan agar lingkungan kampus memahami bahwa mahasiswa difabel juga berhak mendapatkan layanan pendidikan yang setara.

Berkat ketekunannya, ia berhasil mengajak banyak mahasiswa untuk bergabung dan bergerak bersama. Dari kerja kolektif inilah kemudian lahir Disable Care Community (DCC) UMJ pada tahun 2018. Komunitas ini menjadi wadah bagi mahasiswa difabel untuk belajar, berkembang, mendapatkan pendampingan, sekaligus menyalurkan ekspresi dan komunikasi. DCC juga menjadi ruang agar mahasiswa non-difabel lebih memahami teman-teman difabel.

Fajri pun pernah dipercaya menjadi pengurus DPP Pertuni, tepatnya di Departemen Hukum dan Advokasi pada 2019. Ilmu politik yang ia pelajari di bangku kuliah membuatnya lebih memahami bagaimana kebijakan bekerja dan bagaimana hukum dapat digunakan untuk membela hak difabel.

Kiprah Fajri di kampus membuatnya dipercaya masuk dalam proses kaderisasi Muhammadiyah. Di organisasi ini, ia ikut membangun ekosistem yang lebih inklusif. Ia juga menjadi salah satu tokoh yang merintis berdirinya Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (HIDIMU) pada Juni 2021, di bawah Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Muhammadiyah. Fajri juga ikut terlibat pada Muktamar Muhammadiyah & Aisyiyah ke-48 di Solo pada 18–20 November 2022.

“Memang sedari kecil diriku terbiasa dijadikan pemimpin, mas… Mungkin bisa dibilang kalau aku itu sangat vokal kalau urusannya adalah isu difabel. Maka, dari sekian perjuangan itu, muncullah Disable Care Community, Hidimu, dan sebagainya.”

Perjalanan advokasi Fajri yang konsisten akhirnya membawanya ke lingkup pemerintahan. Setelah lama aktif mendorong isu inklusi, terutama melalui Disable Care Community (DCC) dan Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (HIDIMU), ia mulai dilibatkan dalam berbagai diskusi kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan dan kesetaraan akses bagi penyandang disabilitas.

Dari keterlibatan itu, Fajri kemudian dipercaya menjadi Tim Ahli Staf Khusus Menteri Bidang Manajemen, Kelembagaan, dan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.