Pada Sabtu 29 November 2025, Pendopo Wakil Bupati Banyumas dipenuhi keceriaan anak-anak, melalui gelaran Wayang Day, sebuah acara yang memadukan kreativitas seni rupa dengan pertunjukan budaya tradisional.
Ratusan pelajar tingkat SD dan SMP dari berbagai sekolah di Purwokerto dan sekitarnya hadir mengikuti rangkaian kegiatan yang bertujuan menanamkan kecintaan terhadap seni pewayangan sejak dini.
Acara yang digelar oleh Asia Wangi (Paguyuban Karyawan BCA Pecinta Wayang Indonesia), dan kerjasama dengan PEPADI Banyumas, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, serta didukung oleh PT Bank Central Asia Tbk, ini menghadirkan suasana meriah sejak pagi.
Anak-anak datang berbekal pensil warna, crayon, cat air dan spidol, siap menunjukkan kreativitas mereka dalam Lomba Mewarnai Wayang.
Di meja-meja lomba, tokoh Bawor dan Sarkawi yang merupakan tokoh wayang khas Banyumasan telah disiapkan sebagai media ekspresi.
“Kami ingin anak-anak mengenal tokoh-tokoh wayang sebagai bagian dari identitas budaya kita,” ujar Adhi Yoga Utama, ketua panitia Wayang Day.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi sarana penting untuk menghidupkan minat generasi muda terhadap wayang kulit, sebuah seni tradisi yang semakin jarang dijumpai dalam keseharian anak-anak.
Suasana lomba berlangsung penuh konsentrasi. Para peserta tampak serius menggoreskan warna pada tokoh sesuai kategori mereka, Sarkawi untuk kategori SD dan Bawor untuk kategori SMP. Sementara guru dan orang tua sesekali memberi dukungan dari kejauhan.
Hasil karya mereka dipamerkan di area pendopo, menghadirkan deretan gambar wayang berwarna warni cerah yang mencerminkan imajinasi khas dunia anak.

Tidak berhenti pada lomba, Wayang Day juga menampilkan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh 2 dalang cilik Arsakha Shakeil Tanadinata dan Risang Narendra Dwijiwara, juara 2 FDA (Festival Dalang Anak) tingkat nasional.
Kehadiran mereka menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak yang baru pertama kali melihat dalang seumuran mereka tampil di panggung.
Narendra dan Arsakha, yang tampil mengenakan busana adat Jawa lengkap, memukau penonton dengan kelincahannya memainkan wayang di layar kelir.
Sesekali suaranya berubah mengikuti karakter tokoh, membuat penonton anak-anak tertawa sekaligus kagum.
“Senang bisa tampil di depan teman-teman. Semoga banyak anak yang mau belajar wayang,” ujar Arsakha, dalang cilik yang berusia 6 tahun.
Pertunjukan tersebut semakin hidup dengan alunan gamelan yang dimainkan oleh para pengrawit. Anak-anak yang selesai mengikuti lomba terlihat antusias duduk menyimak, beberapa bahkan maju untuk melihat lebih dekat.
Momen ini terasa menjadi jembatan alami antara rasa penasaran mereka dan dunia pewayangan yang mungkin sebelumnya asing.
Wakil Bupati Kabupaten Banyumas menyampaikan bahwa acara seperti ini menjadi langkah penting dalam pendidikan berbasis budaya lokal.
“Wayang bukan sekadar hiburan, tetapi sarat nilai kepahlawanan, etika, dan filosofi hidup. Diperkenalkan sejak usia dini, seni ini bisa membentuk karakter yang kuat,” jelasnya.
Melalui Wayang Day, pelestarian budaya tidak lagi hanya berbicara tentang menjaga tradisi, tetapi juga bagaimana membuatnya relevan bagi anak-anak masa kini.
Perpaduan lomba kreatif, hingga pertunjukan dalang cilik terbukti mampu mendekatkan seni wayang kepada generasi muda dengan cara yang menyenangkan.
Seiring acara berakhir, anak-anak pulang membawa kebanggaan, bukan hanya karena berpartisipasi dalam lomba, tetapi karena menjadi bagian dari upaya menghidupkan kembali warisan budaya.
Asia Wangi sebagai Paguyuban Pecinta Wayang, melalui Wayang Day menegaskan bahwa pelestarian budaya dapat dimulai dari hal sederhana, memberi ruang bagi anak-anak untuk mengenal, menyentuh, dan menikmati wayang dengan cara mereka sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News