cak pendek buka perpustakaan jalanan di taman slamet malang bawa ratusan buku - News | Good News From Indonesia 2025

Cak Pendek Buka Perpustakaan Jalanan di Taman Slamet Malang, Bawa Ratusan Buku

Cak Pendek Buka Perpustakaan Jalanan di Taman Slamet Malang, Bawa Ratusan Buku
images info

Cak Pendek Buka Perpustakaan Jalanan di Taman Slamet Malang, Bawa Ratusan Buku


Siapa yang tidak mengenal Cak Pendek di Taman Slamet, Kota Malang? Ia sering mangkal di sana tiap hari Sabtu. Nama aslinya sih Hariyono, tetapi hampir semua orang sudah mengenalnya dengan nama Cak Pendek. Ia adalah pegiat literasi yang menggelar lapak baca di taman sejak 2017.

baca juga

Awal Gerakan dan Gerobak dari Orang yang Tak Mau Disebut Namanya

Semangat gerakan literasi ini ditularkan berdasarkan kebiasaan yang kerap ia lakoni. Meskipun ia sempat tidak lulus SMP, Cak Pendek adalah seorang pembaca. Ia sangat peduli dengan aktivitas baca.

Cak Pendek gemar menyisihkan gajinya untuk membeli buku saat bekerja di rental komputer pada 2000-an. Buku-buku itu lah yang menjadi modal untuk menggelar perpusatakaan jalanan. 

Selain membeli sendiri, Cak Pendek juga menerima sumbangan berbagai jenis buku dari beberapa relawan. Bahkan, ada salah satu penyumbang yang memberikannya sebuah gerobak.

“Gerobak atau rombong ini sumbangan, orangnya tidak mau disebut namanya,” ujar Cak Pendek.

baca juga

Hal itu membuatnya semakin semangat membuka lapak baca. Ia percaya, buku adalah jendela dunia. Membaca dapat membuka dunia, memberi ilmu pengetahuan, dan melatih berpikir kritis. Kecintaan dan keyakinan itu membuatnya ingin mengajak lebih banyak orang ikut merasakan manfaat yang sama.

“Dari yang semula tidak tahu menjadi tahu,” katanya. 

Gerakan yang ia gagas adalah Sabtu Membaca. Biasanya, ia mangkal di Taman Slamet tiap Sabtu pagi. Sebelumnya, ia sempat berpindah dari taman ke taman. Akan tetapi, saat ini ia memutuskan untuk memusatkan kegiatannya di Taman Slamet, Malang.

“Tahun 2017 saya masih sempat berkeliling ke taman-taman di Kota Malang. Setelah itu saya menetap di Taman Slamet,” ujarnya.

baca juga

Mengapa Harus Sabtu?

Sabtu adalah waktu keluarga. Banyak warga datang ke taman untuk menikmati udara pagi. Cak Pendek melihat peluang itu. Ia bukan hanya membawa buku, tetapi menawarkan alternatif kegiatan keluarga selain bermain, yakni membaca bersama.

“Menghabiskan waktu bersama keluarga tidak harus ke tempat yang jauh dan mahal. Membaca buku bersama juga sangat bermanfaat,” ungkapnya.

Dua minggu sekali, Cak Pendek mengajak anak-anak bermain permainan tradisional. Selain gemar mengajak orang membaca, Cak Pendek juga kerap berkumpul dengan klub pembaca lain dan berdiskusi soal buku.

baca juga

Gerakannya mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Cak Pendek juga mengungkapkan, ada salah satu momen yang ia ingat, ketika seorang pengunjung membawakannya sarapan. Tindakan itu membuat Cak Pendek semakin semangat.

“Rasa dihargai itu membuat saya semakin semangat,” tuturnya.

baca juga

Jenis Buku yang Dibawa Cak Pendek saat Sabtu Membaca

Perpustakaan jalanan Sabtu Membaca yang dikelola Cak Pendek tidak hanya menghadirkan satu atau dua jenis bacaan. Buku-buku yang ia bawa mencakup beragam topik. Ada fiksi, non-fiksi, buku pendidikan, sampai referensi. 

Ragam pilihan ini membuat setiap pengunjung bisa menemukan bacaan yang sesuai minat mereka. Anak-anak bisa mengambil buku cerita, sementara orang dewasa bisa membuka novel, buku sejarah, atau bahan bacaan yang lebih serius.

Keberagaman ini juga menjadikan lapak Sabtu Membaca sebagai ruang yang inklusif. Siapa pun bisa datang, tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, atau tingkat pendidikan. Tidak ada batasan. Tidak ada syarat. Semua orang diterima. 

baca juga

Biasanya mereka mulai berdatangan pada pukul 09.00 WIB. Ada orang dewasa yang membaca novel, anak kecil yang membuka buku cerita, hingga keluarga yang mewarnai bersama. Pengunjung semakin meningkat saat taman tersebut direvitalisasi.

“Pengunjung dari berbagai usia datang. Lapak buku kami memiliki beragam genre,” jelasnya.

Koleksi bukunya juga tidak sembarangan. Kurniawan dalam penelitannya yang dimuat dalam Jurnal Dimensia, mencatat ada sekitar 503 judul yang rutin dibawa Cak Pendek saat melapak. Jumlah itu diperoleh dari penghitungan langsung pada tahun 2024. 

Jenisnya pun sangat luas. Buku sejarah berjumlah 30 judul, di antaranya Kalimantan Tempo Dulu, Sejarah Pendidikan, dan Kuasa Jepang di Jawa. Di bidang politik, ada 32 judul seperti Budaya Politik, Korupsi di Negara Mimpi, hingga Tindakan-tindakan Kecil Perlawanan.

baca juga

Koleksi filsafat terdiri dari 26 judul, misalnya Kritik Atas Akal Budi Praktis, Seks dan Revolusi, dan Filsafat bagi Siapapun. Novel menjadi kategori paling banyak dengan 86 judul, mulai Dunia Sophie, Perahu Kertas, sampai Orang-orang Proyek

Cerpen berjumlah 38 judul, termasuk Cerita-cerita Klasik dari Rusia dan Antologi Cerpen Nobel. Untuk puisi, ada 40 judul seperti Kujilat Manis Empedu, Hujan Bulan Juni, dan Upacara Bulan.

Buku agama mencapai 52 judul, antara lain Tuhan dalam Secangkir Kopi, Samudra Rubaiyat, dan Kearifan Sufi. Di bidang pengembangan diri atau self-improvement terdapat 33 judul seperti Self Distruction dan 200 Pertanyaan yang Menyembuhkan. 

baca juga

Ada pula 31 buku hukum, termasuk Pokok-Pokok Hukum Perdata dan KUHAP. Koleksi ensiklopedia berjumlah 64 judul. National Geography, Tambora, dan Kamus Pintar Wayang masuk di dalamnya.

Biografi juga hadir dengan 36 judul, misalnya Catatan Seorang Demonstran, Hugo Chavez, dan Dalai Lama. Ada pula 19 majalah, seperti Horizon, Gong, dan Imajio. Koleksi populer terdiri dari 26 judul, termasuk Time Is Money, Tato, dan Para Gokil. Buku anak-anak menjadi salah satu koleksi paling diminati dengan 73 judul seperti Dinosaurus, Kung Fu Komang, dan Cerita Rakyat Lamongan.

baca juga

Tantangan dan Perkara Perizinan

Meskipun bersifat bebas, gerakan ini tidak lantas bebas masalah. Musim hujan sering menjadi penghambat. Selain itu, Cak Pendek kerap didatangi petugas yang mempertanyakan izin. Meski begitu, ia tetap melanjutkan kegiatan karena lapak buku itu tidak bersifat komersial.

“Izin didapatkan dari Satpol PP dan DLH dan harus diperbarui setiap bulan,” katanya.

Ia pun sempat kepikiran untuk menghentikan gerakan ini. Akan tetapi, Cak Pendek pada akhirnya teguh pada komitmen awal.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.