Kasus perundungan di Kabupaten Magetan terus menunjukkan tren kenaikan dalam 2 tahun terakhir. Berdasarkan data yang dihimpun Forum Anak Magetan, laporan kasus bullying yang sebelumnya berada di angka sekitar 40 pada tahun 2024 meningkat menjadi lebih dari 50 kasus pada 2025. Kenaikan ini tentu memunculkan kekhawatiran mengenai keamanan dan kenyamanan siswa selama berada di lingkungan sekolah.
Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang bertugas di Kecamatan Plaosan menyelenggarakan program sosialisasi anti-bullying di tingkat sekolah dasar (SD). Inisiatif ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai perilaku bullying dan cara menghindarinya.
Edukasi Anti-Bullying di Dua Sekolah

Foto bersama mahasiswa KKN-T UNESA, guru, dan siswa SD Negeri Plaosan 4 seusai kegiatan sosialisasi anti-bullying di halaman sekolah. | Foto: Dokumentasi Pribadi
Program sosialisasi dilakukan di dua sekolah, yakni SD Negeri Plaosan 4 dan SD Negeri Plaosan 5. Kegiatan pertama terselenggara pada Rabu (17/9/2025) di SD Negeri Plaosan 4, kemudian dilanjutkan pada Kamis (23/10/2025) di SD Negeri Plaosan 5. Kedua kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program kerja KKN-T UNESA yang berfokus pada pembentukan karakter positif, penguatan literasi sosial, serta pencegahan kekerasan pada anak.
Dalam sesi penyuluhan, mahasiswa menyampaikan penjelasan mengenai apa itu bullying dan jenis-jenisnya mulai dari verbal, fisik, sosial, hingga cyberbullying serta dampaknya bagi korban maupun lingkungan sekolah.
Penyampaian dilakukan secara interaktif sehingga siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga turut berpartisipasi melalui sesi tanya jawab dan diskusi ringan. Mahasiswa menggunakan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa agar mereka lebih mudah memahami gambaran perilaku perundungan dan bagaimana cara mengidentifikasinya.
Beberapa siswa tampak antusias untuk berbagi pengalaman tentang situasi yang berkaitan dengan tindakan mengejek, mengucilkan, atau perlakuan tidak menyenangkan lainnya yang pernah mereka lihat.
Ice Breaking: Bernyanyi, Walking Ball, dan Pesan Anti-Bullying

Mahasiswa KKN-T UNESA memimpin sesi ice breaking dengan bernyanyi bersama siswa SD Negeri Plaosan 4 untuk mencairkan suasana setelah penyampaian materi anti-bullying. | Foto: Dokumentasi Pribadi
Agar suasana pembelajaran tidak monoton, para mahasiswa menyertakan beberapa sesi ice breaking. Kegiatan dimulai dengan bernyanyi bersama untuk membangun suasana ceria dan mencairkan suasana. Setelah itu, dilanjutkan dengan permainan walking ball, yang menjadi favorit siswa.
Dalam permainan ini, mahasiswa memutarkan musik sambil memberikan bola yang terus berpindah tangan antar siswa. Ketika musik berhenti, siswa yang memegang bola diminta menjawab pertanyaan seputar bullying. Pertanyaan dirancang sederhana tetapi bermakna, misalnya mengenai apa yang seharusnya dilakukan ketika melihat teman dirundung atau bagaimana menjaga sikap baik terhadap sesama.
Selain permainan, siswa juga diajak menulis pesan anti-bullying di kertas warna. Pesan yang dituliskan siswa berisi ajakan untuk saling menghormati, tidak mengejek, dan mendukung teman. Kertas-kertas pesan tersebut kemudian ditempel di papan tulis sebagai simbol komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.
Dihadiri Lurah Plaosan: Penguatan Sinergi Pencegahan Bullying

Lurah Plaosan menyampaikan sambutan dalam kegiatan sosialisasi anti-bullying yang digelar oleh mahasiswa KKN-T UNESA di SD Negeri Plaosan 5, Magetan. | Foto: Dokumentasi Pribadi
Sosialisasi di SD Negeri Plaosan 5 turut dihadiri oleh Lurah Plaosan sebagai bentuk dukungan pemerintah kelurahan terhadap upaya pencegahan kekerasan pada anak. Kehadiran perangkat kelurahan menunjukkan bahwa isu perundungan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga membutuhkan kerja sama seluruh pihak, termasuk pemerintah lokal dan masyarakat.
Ketua KKN-T UNESA Plaosan berharap kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun budaya saling menghargai antarsiswa.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi awal terbentuknya lingkungan sekolah yang aman dan ramah anak. Dengan dukungan berbagai pihak, kami optimistis suasana belajar yang bebas perundungan dapat terwujud,” ujar Ketua KKN-T UNESA Plaosan.
Menuju Lingkungan Sekolah yang Lebih Aman dan Inklusif
Kegiatan sosialisasi ini bukan hanya sekadar edukasi, tetapi juga mengajak seluruh elemen sekolah untuk lebih responsif dalam menghadapi perundungan. Upaya seperti ini penting dilakukan untuk melindungi anak-anak sekaligus memastikan mereka dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut.
Melalui gerakan bersama antara sekolah, mahasiswa, pemerintah kelurahan, dan seluruh Kawan GNFI yang peduli pada pendidikan, harapannya budaya anti-bullying dapat semakin kuat dan berkelanjutan di Kecamatan Plaosan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News