tren party jamu perayaan lokal dan keberagaman budaya ala gen z - News | Good News From Indonesia 2025

Tren ‘Party Jamu’ Perayaan Lokal dan Keberagaman Budaya ala Gen Z

Tren ‘Party Jamu’ Perayaan Lokal dan Keberagaman Budaya ala Gen Z
images info

Tren ‘Party Jamu’ Perayaan Lokal dan Keberagaman Budaya ala Gen Z


Kawan GNFI, media sosial di Indonesia kian gempar dengan munculnya tren ‘party jamu’ ala Gen Z, yang populer untuk berbagai kalangan. Kendati demikian, tren ini justru menjadi kabar baik dalam perkembangan budaya kontemporer Indonesia.

Di sini, peran Gen Z juga secara tak langsung membuktikan bahwa generasi ini mampu menggabungkan antara tradisi lama dengan elemen modern hingga menjadi tren positif di kalangannya.

Selama puluhan tahun terakhir, jamu identik dengan minuman rumahan yang dikonsumsi untuk kesehatan. Cara penyajian yang unik serta cara berdagang dengan menggendong jamu ke rumah-rumah menjadi wujud lokalitas dan hanya ditemukan di Indonesia.

Jamu bukanlah produk dari satu daerah, melainkan bentuk dari pengetahuan lokal yang terus menyebar ke seluruh pulau di Indonesia.

Tren ‘party jamu’ ini bukan hanya sekadar cara baru menikmati minuman herbal tradisional, tapi jadi menjadi pernyataan akan budaya tradisional yang kian kuat.

Munculnya tren ini menjadikan jamu yang awalnya menjadi bagian dari warisan leluhur, kini mampu dikenal lebih luas dari ruang pribadi ke ruang publik sekaligus sebagai bentuk perayaan terhadap kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia.

Sejarah Jamu yang Menyebar di Indonesia

Sejarah Jamu yang Menyebar di Indonesia | Foto: Wikimedia Commons
info gambar

Sejarah Jamu yang Menyebar di Indonesia | Foto: Wikimedia Commons


Jamu merupakan bagian dari minuman tradisional yang menjadi warisan leluhur dengan resep yang terus dilestarikan.

Menurut laman BRIN, istilah jamu berasal dari kata ‘jampi’ dan ‘usada’ atau ‘jawa’ dan ‘ngramu’. Pada tahun 60-an hingga 90-an, jamu memiliki stigma negatif di kalangan masyarakat karena generasi tersebut menganggap jamu sebagai sesuatu yang ‘menakutkan bagi anak-anak.’

Istilah ‘bakul jamu’ juga sering kali menjadi konotasi kepada seseorang yang dianggap sering ‘bercerita panjang’ atau ‘membual.’

Namun, seiring berjalannya waktu, stigma negatif tersebut semakin pudar tatkala jamu mulai dikenal dengan stigma positif sebagai resep atau rahasia awet muda bagi para pengonsumsinya.

Selain itu, menurut peneliti utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Yuli Widiyastuti, budaya dalam meracik jamu ternyata telah ada sejak zaman Hindu-Budha (abad 6–7) yang dibuktikan oleh relief candi.

Jejak budaya pengobatan ini juga terlihat dalam beberapa naskah buku yang ditulis pada masa kerajaan Mangkunegaran III, Hamengkubuwono II, dan Pakubuwono V.

Lebih lanjut, catatan mengenai penggunaan kekayaan alam dari tumbuhan obat yang dipercaya sebagai upaya dalam memelihara kesehatan yang juga ada pada masa kolonial.

Hal ini dibuktikan melalui manuscript seperti Historia Naturalist et Medica Indiae, Herbarium Amboinense, Het Javaansche Receptenboek (Buku Resep Pengobatan Jawa), Indische Platen en Haar Geneeskracht, dan De Nuttige Platen van Indonesie.

Sebenarnya, untuk pengobatan tradisional ini, suku-suku di pedalaman Indonesia juga banyak menyimpan resep turun temurun sebagai warisan dari kepercayaan, kearifan, dan ilmu pengetahuan dalam bentuk praktik pengobatan yang belum tertulis dan terus berkembang di lingkungannya.

Hingga saat ini, jamu masih memiliki peminatnya dan terus bertransformasi menjadi bagian dari pengobatan tradisional dalam budaya masyarakat Indonesia sebagai upaya menjaga kesehatannya.

Keunikan dari jamu ini terletak pada cara pengolahannya yang menyesuaikan takaran bahan, suhu, lama penumbukan atau penyeduhan, dan lainnya. Dalam ilmu farmasi, jika tidak sesuai prosedur maka kemungkinan besar kehilangan khasiatnya cukup tinggi.

Hal ini menyebabkan perkembangan tradisi minum jamu sempat mengalami penurunan yang saat itu ada kampanye obat-ramuan bersertifikasi hingga mengubah pola pikir masyarakat untuk konsumsi jamu.

Namun, pada 1940-an, tradisi minum jamu kembali naik setelah dibentuknya Komite Jamu Indonesia, di mana dalam penjualan jamunya disesuaikan dengan teknologi yang terus berkembang baik dalam bentuk pil, tablet, atau bubuk instan yang mudah diseduh.

Meskipun begitu, jamu ini tetap dijaga dan khasiatnya yang telah teruji oleh waktu secara turun temurun sebagai obat tradisional. Sehingga minuman tradisional ini akan selalu terjaga keberlangsungannya sebagai warisan nenek moyang sampai kapan pun.

baca juga

Tren Party Jamu ala Gen Z Membuka Pola Sosial yang Lebih Interaktif

Tren Party Jamu ala Gen Z | Foto: Wikimedia Commons
info gambar

Tren Party Jamu ala Gen Z | Foto: Wikimedia Commons


Tren yang saat ini viral di kalangan Gen Z menjadi bagian dari pola sosial ala Gen Z yang tumbuh dalam lingkungan dengan penuh isu sosial yang menyebar.

Tren party jamu ini kini jadi lifestyle sehat ala Gen Z dan hal ini bukan sekadar gaya-gayaan saja, tapi menjadi cerminan tentang preferensi generasi yang semakin sadar akan risiko dan menjaga diri melalui pilihan sehatnya.

Tren party jamu ini juga mampu menggambarkan potensi lokalitas sebagai simbol identitas yang relevan dengan zaman yang menunjukkan sikap generasi Z untuk tampil berbeda ‘keren’ sekaligus membawa nilai yang lebih membumi.

Selain menjauhkan diri dari alkohol, tren party jamu ini menjadi pengalaman ala Gen Z yang lebih sadar akan konsumsi jamu juga mendukung mindfulness mereka dengan cara yang lebih sederhana dan mendukung kehidupan sehat untuk masa depan.

baca juga

Apalagi lokalitas yang melekatnya, ditambah dengan penjual jamu gendong yang membawa botol ramuan tradisional menjadi pemandangan otentik yang tak lekang waktu dan menjadi pengingat akan warisan nenek moyang yang masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.

Dengan suasana yang menghangatkan, jamu gendong ini menghasilkan sentuhan manusiawi yang tak tergantikan antara hubungan pelanggan dan penjual jamu hingga terasa akrab dan personal.

Ada rasa saling peduli, tanpa formalitas, dan tanpa transaksi yang canggung, menjadikan tren ini menjadi healing sederhana untuk interaksi sosial yang santai dengan concern akan kesehatan jiwa dan raga dari segelas minuman tradisional kaya akan manfaat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.