tenun sekomandi sulbar kain sakral bermakna spiritual hingga jadi fesyen kekinian - News | Good News From Indonesia 2025

Tenun Sekomandi Sulbar: Kain Sakral, Bermakna Spiritual, hingga jadi Fesyen Kekinian

Tenun Sekomandi Sulbar: Kain Sakral, Bermakna Spiritual, hingga jadi Fesyen Kekinian
images info

Tenun Sekomandi Sulbar: Kain Sakral, Bermakna Spiritual, hingga jadi Fesyen Kekinian


Kawan GNFI, sebagai Warisan Budaya Takbenda yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016, tenun Sekomandi menjadi seni prasejarah khas Sulawesi Barat tepatnya di situs Kalumpang.

Tenun Sekomandi memiliki banyak motif khas dan diyakini telah berusia lebih dari 500 tahun hingga menjadi tenun tertua di dunia.

Dalam melestarikan kain tenun Sekomandi ini, masyarakat di Kalumpang – Mamuju Sulawesi Barat masih menjaganya hingga menjadi daya tarik wisata budaya karena sarat akan makna.

Ingin tahu awal mula tenun Sekomandi ini tercipta hingga terus terjaga sampai lebih dari 500 tahun lamanya? Simak selengkapnya, ya, Kawan GNFI untuk #MakinTahuSulbar.

Tenun Sekomandi dan Keunikannya

Kain tenun di Indonesia memiliki ragam bentuk, motif, dan corak yang berbeda. Salah satunya tenun Sekomandi dari Sulawesi Barat dengan motif pertamanya dikenal sebagai ‘Ulu Karua’ yang bermakna 8 ketua adat dan merepresentasikan 8 leluhur pemimpin masyarakat adat di masa depan. Biasa dikenal pula sebagai ‘Ba’ba Deata’ yang bermakna kesatuan dari rumpun keluarga yang kuat.

Nama Sekomandi berasal dari dua kata yakni ‘seko’ yang berarti persaudaraan atau kekeluargaan dan ‘mandi’ yang berarti kuat atau erat.

Keunikan kain tenun Sekomandi ini terdapat dalam setiap corak dan warna benang yang digunakannya dengan memiliki arti spiritual yang melekatnya.

Motif ‘Ulu Karua’ contohnya, sejak zaman nenek moyang, motif ini tercipta saat nenek moyang berburu dengan anjingnya dan masuk ke gua. Terdapat kejadian uniknya yakni ketika anjing itu menggigit bagian tanaman daun bermotif dan motif ‘Ulu Karua’ tercipta dari kejadian ini yang menunjukkan adanya ilham atau inspirasi dari alam.

Tenun Sekomandi, Cara Pembuatan, dan Ragam Motif Khas yang Sakral

Dilansir dari laman Kemenpar, para pengrajin lokal kain tenun Sekomandi dalam proses pembuatannya memiliki latar belakang spiritual dan penenun akan mengalami hal mistis di mana hal ini dianggap sebagai ilham tentang cara memproses tenun Sekomandi.

Meski memerlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dalam proses pembuatannya, motif tenun Sekomandi ini berasal dari kulit kayu atau kapas menjadi benang yang diproses dengan ditumbuk. Lalu, diolah untuk dipintal. Proses pembuatan kain tenun Sekomandi ini dikenal dengan ‘ma’kare’’.

Keunikannya lainnya yakni dari pewarna (mangrara) yang digunakannya. Intinya dengan diberi pewarna alami seperti dari racikan tanaman cabai yang dicampurkan dengan bahan pewarna lain untuk mempercantik kain tenun Sekomandi.

Terdapat juga pewarna alami yang diracik dari akar, daun, dan kulit kayu. Karena inilah, setiap kain tenun Sekomandi yang tercipta akan berwangi khas rempah-rempah dengan dominasi warna coklat merah atau krem dan hitam sebagai warna dasar.

Kemudian masuk proses ma’bida – mengikat benang untuk membentuk motif dan pola kain yang diinginkan. Tahap akhirnya dikenal dengan ma’tannun – proses menenun benang di atas alat tenun tradisional (gedogan).

Dilansir dari tribunsulbar.com, berikut ragam motif kain tenun Sekomandi dan maknanya:

  • Motif Pori Baba Deata (Ulu Karua Barinni), bermakna seorang bangsawan atau pemimpin yang memiliki kekuasaan untuk bertindak bijaksana dalam kesatuan rumpun keluarga.
  • Motif Ulukarua Lepo (Ulu Karua Kasalle), bermakna bangsawan yang dipercaya dalam mengambil keputusan yang baik dan benar untuk kesejahteraan.
  • Motif Lelen Sapu, bermakna tempat berkumpulnya keluarga, ke manapun mereka pergi, ikatan kekeluargaan tidak akan pernah putus sampai tujuh turunan.
  • Motif Dappu, bermakna akan keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan sesuai dengan keyakinannya.
  • Motif Sambo Tanete, bermakna kumpulan dari seluruh motif untuk melindungi hingga menciptakan kesejahteraan dan kedamaian sesama.

Terdapat pula motif lainnya dengan makna spiritual mendalam dan sebagai renungan akan kehidupan dalam menciptakan kesejahteraan dan kepercayaan akan Tuhan yang maha Esa. Selain itu, juga kesatuan dari ikatan kekeluargaan seperti motif Situtu, motif Tossok Balekoan, motif Tonoling, motif Toboalang, motif Kokkong, dan motif Totandug.

baca juga

Tenun Sekomandi jadi Fesyen Kekinian Bertema Kearifan Lokal

Sebagai kain warisan yang berusia lebih dari 500 tahun, kain tenun Sekomandi terus bertransformasi hingga menjadi kain yang digunakan sehari-hari.

Perkembangan zaman yang terus menunjukkan tren fesyen uniknya, menjadikan kain tenun Sekomandi perlu adanya inovasi dan kolaborasi yang dilakukan oleh para pengrajinnya.

Melalui pengelolaan di Rumah Tenun Sekomandi, kini telah berbagai macam produksi yang lebih trendy seperti dibuat untuk baju, tas, selempang, kain penutup, jaket bomber, bahkan dibuat kain gorden dengan harga yang tinggi.

Melalui kain tenun Sekomandi, inovasi dan kolaborasi dapat tercipta. Contohnya dengan adanya program pendampingan dan pelatihan untuk pelaku ekonomi kreatif.

Tenun Sekomandi tak hanya menjadi kerajinan semata. Terdapat hal spiritual di dalamnya dan menjadi cerminan akan kearifan lokal khas Sulawesi Barat yang patut dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Dengan demikian, akan menjadi bagian budaya dari leluhur di Kalumpang-Mamuju.

Menarik sekali, ya, Kawan GNFI!

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.