pltsa di indonesia sudah sejauh mana pemanfaatannya - News | Good News From Indonesia 2025

PLTSa di Indonesia: Sudah Sejauh Mana Pemanfaatannya?

PLTSa di Indonesia: Sudah Sejauh Mana Pemanfaatannya?
images info

PLTSa di Indonesia: Sudah Sejauh Mana Pemanfaatannya?


Di tengah gunungan sampah perkotaan yang mencapai 69,9 juta ton per tahun, Indonesia kini bergerak menuju solusi cerdas. Berbagai pihak terus berupaya mengubah limbah menjadi energi listrik ramah lingkungan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Teknologi ini tidak hanya mengurangi beban TPA yang kian membengkak, tapi juga menyediakan listrik terbarukan untuk ribuan rumah tangga di tengah krisis energi fosil.​​

Berkat Perpres 109 Tahun 2025, 33 proyek PLTSa resmi masuk Proyek Strategis Nasional (PSN), menjanjikan revolusi hijau di negeri kepulauan ini. Langkah ini sejalan dengan komitmen net zero emission yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Sampah yang menjadi masalah nasional, kini memiliki potensi aset energi masa depan.

Simak uraian berikut untuk mengetahui sudah ssejauh mana pemanfaatan sampah sebagai sumber energi alternatif di negeri ini.

Mekanisme Kerja PLTSa Secara Teknis

PLTSa bekerja melalui proses Waste-to-Energy yang terintegrasi, dimulai dari pemilahan sampah organik dan anorganik untuk mengoptimalkan efisiensi. Sampah kering dibakar di furnace suhu tinggi (800-1.000°C) menghasilkan panas uap yang memutar turbin generator listrik, sementara gas metana dari sampah organik di TPA diubah jadi biogas via digester anaerobik.

Diagram pengoperasian instalasi pembakaran sampah
info gambar

Diagram pengoperasian instalasi pembakaran sampah | Wikimedia Commons: Othilie Llictevout


Sistem scrubber dan filter modern akan menangkap emisi beracun seperti dioksins, untuk memastikan abu residu aman untuk bahan bangunan. Efisiensi konversi yang digunakan hingga 25-30% energi dari sampah.

PLTSa yang Telah Beroperasi

Saat ini, pemanfaatan PLTSa masih dalam tahap awal, dengan hanya dua unit yang telah beroperasi penuh. PLTSa di TPA Benowo, Surabaya, dikelola PT Sumber Organik dengan kapasitas 9 MW, mampu mengolah ribuan ton sampah harian sambil memasok listrik stabil ke jaringan PLN.

Lalu ada PLTSa TPA Putri Cengkok di Bantul, Yogyakarta, yang sudah menyala, mencontohkan bagaimana sampah lokal bertransformasi menjadi energi bersih. Berkapasitas 5 MW dengan tarif US$13,35 sen/kWh, telah stabil memasok listrik ke PLN secara signifikan. Kedua fasilitas ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi Waste-to-Energy bisa berjalan di iklim tropis Indonesia.​

PLN juga mengambil peran sentral dengan menyiapkan 7 lokasi percontohan PLTSa, menargetkan total kapasitas 197,4 MW dan pengolahan 12.000 ton sampah per hari mulai 2026.

Lokasi-lokasi ini tersebar di kota-kota besar seperti Surakarta (5 MW oleh PT Solo Citra Metro Plasma Power) dan Sunter, Jakarta (35 MW oleh PT Jakarta Solusi Lestari), yang sudah mencapai financial close untuk COD 2028. Lalu Proyek Tangerang (1.800 tpd) juga proses lelang, menandai akselerasi ekosistem energi sampah nasional.​

Target dan Tantangan

Visi jangka panjang yang lebih menjanjikan akan dilakukan hingga 2034. Via Perpres 109/2025, Indonesia merencanakan akan membangun PLTSa 452 MW yang tersebar di Jawa, Madura, Bali, Sumatera, hingga Sulawesi, dengan tarif listrik tetap 20 sen/kWh.

Proses PJBL pun kini hanya 10 hari, mempercepat investasi swasta seperti kongsi WIKA-OASA dan Grup Astra. Adapun Yogyakarta menjadi prioritas, dengan operasi 2027, sementara 15 proyek lain masuk RUPTL untuk mendukung net zero emission.​

Meski terlihat ideal dan menjanjikan, PLTSa menghadapi rintangan dalam hal lingkungan, seperti emisi pembakaran serta residu abu berbahaya. Pakar UGM menekankan perlunya teknologi tepat, monitoring ketat sesuai KLHK, dan perubahan perilaku masyarakat dalam pemilahan sampah.

Pemerintah juga harus responsif dengan regulasi ramah lingkungan, memastikan proyek minim risiko sambil maksimalkan manfaat bioenergi dan biomassa.​

baca juga

Dari dua PLTSa operasional hingga rencana 452 MW, pemanfaatan sampah untuk listrik di Indonesia telah melangkah pesat, didorong komitmen PSN dan PLN. Namun, keberhasilan ini semua tak lepas dari kolaborasi semua pihak—pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Pembenahan terus dilakukan untuk wujudkan kota bebas sampah berenergi hijau. Sudah saatnya PLTSa ubah narasi limbah kita, bahwa sampah dapat menjadi energi terbarukan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.