Masalah sampah masih menjadi tantangan serius di banyak desa, termasuk di wilayah dataran tinggi Kabupaten Karo. Keterbatasan fasilitas pengelolaan sampah membuat sebagian besar desa mengandalkan pola buang dan bakar terbuka yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan.
Menjawab persoalan tersebut, mahasiswa Kelompok KR-02 KKN Terpadu USU 2025 menghadirkan inovasi eco rubbish burn, sebuah insinerator sederhana berbasis edukasi lingkungan di Desa Suka Meriah.
Program ini menjadi bagian dari tema besar KKNT USU 2025, Membangun Desa dengan Talenta, dengan fokus penguatan desa hijau dan desa ekonomi bangkit. Melalui pendekatan partisipatif, mahasiswa tidak hanya membangun alat, tetapi juga menanamkan kesadaran baru kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang lebih aman dan berkelanjutan.
Eco rubbish burn dirancang sebagai alat pembakaran sampah skala rumah tangga dan komunal dengan prinsip pembakaran tertutup, sehingga dapat mengurangi asap berlebih dan dampak pencemaran lingkungan.
Alat ini memanfaatkan material sederhana yang mudah ditemukan di desa, sehingga dapat direplikasi oleh warga secara mandiri tanpa ketergantungan pada teknologi mahal.
Adapun program kerja ini berkerja sama dengan ahli untuk pembuatan desain awal dan dibantu ahli bubut/las lokal di desa Suka Meriah.

Eco Rubbish Burn Sederhana oleh Kelompok 02 KKNT USU 2025
Ketua Kelompok KR-02 menjelaskan bahwa program ini lahir dari hasil observasi lapangan dan sensus penduduk yang dilakukan selama masa KKN.
Sebagian besar warga Desa Suka Meriah masih mengelola sampah dengan cara konvensional, sementara volume sampah rumah tangga terus meningkat seiring aktivitas ekonomi dan pertumbuhan penduduk.
“Eco rubbish burn kami rancang bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai medium edukasi. Kami ingin masyarakat memahami bahwa pengelolaan sampah adalah bagian dari tata kelola desa yang baik dan berkelanjutan,” ujar Ananda Turnip selaku anggota Kelompok 02 KKNT USU 2025.
Sebagai desa dengan mayoritas mata pencaharian di sektor pertanian, isu lingkungan memiliki keterkaitan langsung dengan keberlanjutan ekonomi warga.
Sampah yang tidak terkelola berpotensi mencemari lahan pertanian dan sumber air, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kesehatan masyarakat.
Karena itu, program ini juga selaras dengan visi Desa Suka Meriah untuk membangun desa yang bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
Sosialisasi eco rubbish burn dilakukan secara terbuka di hadapan warga dan perangkat desa, bersamaan dengan agenda malam perpisahan KKNT USU 2025. Dalam forum tersebut, mahasiswa memaparkan cara kerja alat, jenis sampah yang dapat dikelola, serta prinsip dasar pemilahan sampah.
Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi yang muncul selama kegiatan berlangsung.
Kepala desa dan perangkat Desa Suka Meriah menyambut baik program tersebut. Menurut mereka, kehadiran insinerator sederhana ini dapat menjadi langkah awal bagi desa untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih terstruktur.
Selain itu, program ini dinilai relevan dengan kebutuhan desa yang belum memiliki fasilitas tempat pembuangan akhir.
Program eco rubbish burn juga mendapat pengakuan lebih luas karena terpilih sebagai salah satu program perwakilan KKNT USU 2025.
Program ini dipresentasikan secara resmi dalam acara pemulangan KKNT USU 2025 di Aula Kantor Bupati Karo, di hadapan jajaran pemerintah daerah, termasuk Wakil Bupati Karo Komando Tarigan, SP.
Dalam pemaparan tersebut, mahasiswa menjelaskan latar belakang program, proses perancangan, hingga dampak yang diharapkan bagi desa. Wakil Bupati Karo memberikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa yang mampu membaca persoalan desa dan menawarkan solusi sederhana namun aplikatif.
“Program seperti ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya hadir untuk menjalankan kewajiban akademik, tetapi juga membawa gagasan yang berdampak langsung bagi masyarakat,” ujar Komando Tarigan, SP dalam sambutannya.
Bagi mahasiswa Kelompok 02 KKNT USU 2025, program ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara ilmu pengetahuan, kepedulian sosial, dan partisipasi masyarakat dapat melahirkan perubahan nyata di tingkat desa.
Lebih dari sekadar alat, eco rubbish burn diharapkan menjadi simbol kesadaran baru tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai fondasi pembangunan desa jangka panjang.
Ke depan, mahasiswa mendorong agar pemerintah desa dapat mengembangkan program lanjutan, seperti pemilahan sampah organik dan anorganik, serta pengolahan sampah bernilai ekonomi.
Dengan demikian, Desa Suka Meriah tidak hanya menjadi desa yang bersih dan hijau, tetapi juga mampu menggerakkan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


