Kawan GNFI apakah pernah mempunyai teman sekelas yang selalu ranking 1? Nilainya hampir selalu paling tinggi, tiap ulangan jawabannya benar, dan aktif di kelas. Di satu sisi kita kagum, tetapi di sisi lain kadang terasa ada jarak. Seperti dia “beda level”, terlalu pintar, terlalu rapi, dan terlalu sempurna.
Namun, coba bayangin satu momen ini. Suatu hari, anak ranking 1 itu salah hitung waktu presentasi, jawabannya keliru sedikit di papan tulis, atau salah sebut istilah yang sebenarnya sepele. Kelas langsung heboh kecil, dia tertawa malu, dan entah bagaimana, kita malah merasa dia jadi lebih dekat dan lebih mudah disukai. Mengapa bisa begitu, ya?
Dalam psikologi, fenomena ini disebut The Pratfall Effect, seperti yang dijelaskan oleh Marco Sander di video YouTube berjudul Pratfall Effect Explained. Efek ini menjelaskan mengapa orang yang sangat kompeten justru bisa terlihat lebih menarik setelah melakukan kesalahan kecil.
Anak Ranking 1 dan Kesan “Terlalu Sempurna”
Anak yang selalu ranking 1 biasanya punya citra pintar, disiplin, dan jarang salah. Tanpa disadari, citra ini berpotensi membuat teman-temannya merasa minder atau menjaga jarak. Bukan karena dia sombong, tetapi karena kesempurnaannya terasa sulit didekati. Ada kesan bahwa dia selalu benar dan kita selalu salah.
Ketika seseorang terlihat terlalu sempurna, hubungan sosial jadi kurang seimbang. Kita cenderung membandingkan diri sendiri, dan perbandingan itu sering membuat tidak nyaman.
Kesalahan Kecil yang Mengubah Persepsi
Nah, di sinilah The Pratfall Effect bekerja. Saat anak ranking 1 melakukan kesalahan kecil, misalnya salah jawab satu soal mudah atau keliru saat presentasi, kesalahan itu tidak merusak citra pintarnya. Justru sebaliknya, kesalahan tersebut membuatnya terlihat lebih manusiawi.
Kita jadi sadar bahwa dia juga bisa gugup, lelah, dan salah seperti orang lain. Momen kecil ini menurunkan jarak sosial yang sebelumnya terasa tinggi. Anak ranking 1 tidak lagi terlihat seperti “manusia sempurna”, tetapi teman sekelas biasa yang kebetulan memang pintar.
Mengapa Justru jadi Lebih Disukai?
Menurut konsep The Pratfall Effect, kesalahan kecil pada orang yang kompeten menciptakan rasa kedekatan emosional. Kesempurnaan sering terasa mengintimidasi, sementara ketidaksempurnaan memberi ruang empati. Kita lebih mudah merasa nyaman dengan orang yang tidak selalu tampil flawless.
Itulah sebabnya, setelah momen kesalahan kecil itu, anak ranking 1 sering kali terlihat lebih ramah di mata teman-temannya. Orang jadi lebih berani ngobrol, bercanda, atau minta bantuan tanpa merasa terintimidasi.
Namun, Tidak Berlaku untuk Semua Orang
Penting diingat, efek ini tidak berlaku sama untuk semua siswa. Jika yang melakukan kesalahan adalah siswa yang memang sering kesulitan belajar, kesalahan itu bisa memperkuat kesan negatif. The Pratfall Effect bekerja karena sudah ada persepsi kompeten sejak awal.
Selain itu, kesalahan yang dimaksud juga harus ringan dan wajar. Kalau kesalahannya besar atau berulang, justru bisa mengurangi kepercayaan dan rasa hormat.
Dari The Pratfall Effect, kita bisa belajar bahwa menjadi pintar tidak harus selalu tampil sempurna. Untuk anak ranking 1, menunjukkan sisi manusiawi (entah itu lewat bercanda, mengakui kesalahan kecil, atau tertawa saat salah) bisa membuat hubungan sosial jadi lebih sehat.
Sementara bagi teman-temannya, efek ini mengingatkan bahwa orang yang terlihat “hebat” pun tetap manusia biasa. Di kelas, kedekatan bukan hanya dibangun dari prestasi, tapi juga dari rasa saling memahami dan empati.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


