angkutan keperintisan akses dan harapan baru warga di sulawesi barat - News | Good News From Indonesia 2025

Angkutan Keperintisan: Akses dan Harapan Baru Warga di Sulawesi Barat

Angkutan Keperintisan: Akses dan Harapan Baru Warga di Sulawesi Barat
images info

Angkutan Keperintisan: Akses dan Harapan Baru Warga di Sulawesi Barat


Kehadiran bus perintis di Sulawesi Barat memecah keterisolasian wilayah serta mendorong pemerataan ekonomi di daerah-daerah terpencil. Hadirnya alat tradisional ini juga jadi wujud kehadiran negara dalam menjamin hak mobilitas warga di wilayah terpencil, yang menjadi landasan bagi pemerataan pembangunan daerah.

Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) terbentuk pada 22 September 2004, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004. Resmi berdiri sebagai provinsi ke-33 di Indonesia dengan ibu kota di Kabupaten Mamuju.

Layanan angkutan bus perintis di Provinsi Sulawesi Barat didukung oleh total 12 armada yang beroperasi pada lima trayek berbeda. Mayoritas layanan, yaitu sebanyak empat trayek, ditujukan untuk menghubungkan berbagai wilayah menuju Kota Mamuju.

“Sementara itu, satu trayek lainnya dikhususkan untuk melayani kawasan transmigrasi di Sulawesi Barat,” jelas Djoko Setijowarno yang merupakan Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata.

Berdasarkan data dari Perum DAMRI Cabang Mamuju tahun 2025, terdapat lima trayek bus perintis yang melayani Sulawesi Barat. Rute-rute tersebut adalah: Mamuju – Tasu – Salubatu – Keppe (120 km), Mamuju – Martajaya (296 km), Terminal Majene – Aralle (165 km), dan Terminal Tipalayo – Pelabuhan Mamuju (199 km). Selain itu, terdapat satu trayek yang dikhususkan melayani kawasan transmigrasi, yaitu Batu Parigi – Mamuju – Lambanan, dengan jarak tempuh 278 km.

“Rute bus perintis Terminal Majene – Aralle kerap menjadi pilihan mahasiswa di Sulawesi Barat. Hal ini didorong oleh keberadaan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) di Kabupaten Majene, yang menjadikan rute tersebut penting untuk mobilitas mereka,” jelasnya.

Kendala di lapangan

Djoko mengungkapkan hampir sama dengan daerah lain, pengoperasian Bus perintis di Sulawesi Barat mengalami sejumlah kendala. Pertama, kerusakan armada yang diakibatkan faktor usia kendaraan di atas 8 – 10 tahun. Tindak lanjutnya, permohonan usulan replacement serta mengawal dan memantau berjalannya usulan dikantor pusat.

“Berikutnya manajemen perawatan sesuai SOP dan peningkatan skill tenaga mekanik,” jelasnya.

Kedua, keterbatasan dan kualitas spare part slow moving di wilayah Mamuju yang menyebabkan downtime perbaikan bus di bengkel sangat lama. Mengatasinya dengan melakukan kerja sama dengan toko suku cadang (spare part) terutama di wilayah Sulawesi Selatan dan memastikan spare part yang digunakan orisinil.

Ketiga, pengadaan BBM bersubsidi (solar) yang harus mengantri di SPBU terutama di wilayah Kota Mamuju. Melakukan Kerjasama dengan SPBU penyalur BBM Solar.

Harapan adanya pengembangan

Djoko menjelaskan untuk meningkatkan konektivitas regional di Sulawesi Barat, disarankan untuk membuka trayek angkutan barang perintis. Meskipun saat ini belum ada kapal tol laut yang singgah langsung, trayek dapat dirintis melalui pelabuhan terdekat, misalnya dari Parepare menuju wilayah-wilayah di Sulawesi Barat.

Selain itu, perluasan layanan juga harus mencakup penambahan trayek bus perintis pengangkut penumpang yang rutenya tidak harus selalu terpusat di Kota Mamuju. Minimal, trayek baru yang diusulkan harus dapat menghubungkan dan melayani ibukota-ibukota kabupaten di Sulawesi Barat.

Sebanyak 45 Kawasan Transmigrasi ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Lima di antaranya berlokasi di Provinsi Sulawesi Barat, meliputi Tobadak di Kabupaten Mamuju Tengah, Sarudu Baras di Kabupaten Pasangkayu, Ulumanda di Kabupaten Majene, Tubbi Taramanu di Kabupaten Polewali Mandar, dan Mambi Mehalaan di Kabupaten Mamasa.

Setiap kabupaten dapat segera mengusulkan trayek bus perintis baru yang menghubungkan langsung kawasan transmigrasi ke ibukota kabupaten masing-masing. Adanya layanan ini sangat signifikan dan membawa manfaat utama dalam meningkatkan konektivitas, ekonomi, dan aspek sosial bagi masyarakat di kawasan tersebut.

Di Sulawesi Barat sudah ada Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Sulawesi Barat yang dapat diajak mendiskusikan pembangunan transportasi perintis baik angkutan orang maupun barang yang beroperasi di Provinsi Sulawesi Barat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.