Sering merasa menyesal setelah membuat keputusan? Mungkin bukan logikamu yang salah, tapi emosi mu. Kenapa? Karena kita sering dihadapkan pada kondisi yang memerlukan keputusan secara cepat. Akibatnya, kita mungkin mengambil keputusan yang tidak seharusnya diambil. Kenyataannya banyak keputusan justru terpengaruh oleh tekanan.
Tekanan dari sekitar entah itu dari pekerjaan, keluarga, atau kehidupan sosial sering kali memengaruhi cara kita menilai suatu hal. Meskipun kita ingin mempertimbangkan dengan baik, emosi yang muncul dari tuntutan atau harapan orang lain dapat mengganggu penilaian kita. Pada akhirnya, kita sering kali membuat pilihan untuk mengurangi tekanan sementara, bukan demi kepentingan jangka panjang kita sendiri.
Dalam kehidupan yang berjalan serba cepat, kita cenderung untuk merespons daripada merenungkan. Perasaan yang tiba-tiba muncul seperti kecemasan, rasa bersalah, atau dorongan untuk segera bertindak mengarahkan kita untuk membuat pilihan tanpa memberi kesempatan untuk memahami perasaan yang sebenarnya. Sebagai hasilnya, keputusan umumnya diambil bukan dari kesadaran yang jelas, melainkan dari kebiasaan emosional yang tidak selalu membawa manfaat.
Fenomena ini semakin relate di ruang lingkup Generasi Z dan mahasiswa yang hidup di tengah cepatnya informasi, tekanan akademik, serta pengaruh dari dunia digital yang memberikan tekanan membuat kondisi emosional menjadi lebih sensitif.
Tanpa kemampuan untuk mengendalikan emosi dan mengenali emosi, keputusan yang diambil seringkali tidak dipikir panjang dan berujung pada penyesalan. Kemampuan mengelola emosi ini bukan lagi sekadar kelebihan pribadi, tetapi kebutuhan penting di era modern yang serba cepat.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana emotional intelligence atau kecerdasan emosional berperan dalam membantu kita mengambil keputusan menurut (Wirawan Putra Laoli et al., 2025)
Kecerdasan Emosional Memperlihatkan Integritas Individu
Kecerdasan emosional seseorang yang tinggi menunjukkan bagaimana ucapan dan tindakannya selaras. Kecerdasan emosional memperlihatkan seperti apa integritas seorang dalam menyesuaikan antara tindakan dan perkataannya (Aliyani dalam Wirawan Putra Laoli, 2025).
Contohnya, ada seorang pemimpin yang marah, tetapi karena kecerdasan emosionalnya tinggi ia tetap berbicara dengan tenang dan mengambil keputusan tanpa emosi ke orang lain, Dengan memiliki sikap integritas, seseorang akan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum mengungkapkan pendapat, sehingga perilaku dan tindakannya akan sesuai dengan apa yang diucapkan.
Pola Pikir yang Strategis
Tingkat emotional intelligence yang tinggi dalam diri seseorang akan membantunya dalam mengelola dan menggunakan emosinya di berbagai kondisi, serta peka terhadap perasaan dan tindakan orang lain. Pola pikir yang strategis dalam diri seseorang tidak hanya meliputi cara menyelesaikan masalah secara langsung, tetapi juga untuk persiapan jangka panjang yang menjadi penentu keberhasilan di masa mendatang.
Contohnya, seorang mahasiswa yang memutuskan untuk belajar semalaman tanpa tidur akan membuat performa belajarnya tidak maksimal. Dengan tingkat emotinal intteligence yang tinggi, ia akan mampu menenangkan emosinya dan membuat strategi belajar yang realistis.
Pengambilan Keputusan yang Efektif
Efektivitas pengambilan kesimpulan seseorang bergantung pada bagaimana ia menggunakan kemampuan yang sudah dimilikinya. Emotional intelligence seseorang membantu keputusan yang dibuat tidak hanyak benar, tetapi juga menghasilkan keputusan yang bijak. Banyaknya informasi dan wawasan tentang masalah yang dihadapi pada setiap orang juga berkontribusi dalam menghasilkan ide dan gagasan untuk menghasilkan solusi.
Pada akhirnya, kita tidak dapat terlepas dari yang namanya emosi. Setiap pilihan yang kita buat, besar atau kecil, selalu dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan secara emosional. Namun, emotional intelligence mengajarkan bagaimana emosi bukanlah lawan yang harus ditangani, tetapi tanda yang harus dipahami
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


