Banyak pasangan muda merasa tabungan mereka selalu terkuras meskipun penghasilan sudah meningkat. Fenomena "gaji numpang lewat" ini sering kali menjadi pemicu konflik berkepanjangan dalam rumah tangga.
Ternyata, akar masalahnya bukan sekadar nominal angka, melainkan kurangnya transparansi dan strategi yang matang dalam mengelola anggaran harian hingga dana hiburan.
Dalam podcast Mom’s Corner di kanal YouTube Nikita Willy Official, perencana keuangan, Annisa Steviani menekankan bahwa fondasi keuangan keluarga dimulai dari diskusi, bukan angka di aplikasi.
"Langkah pertama itu ngobrol dulu sama pasangan. Siapa yang pegang uang dan siapa yang bayar perintilan rumah seperti listrik atau WiFi," ujar Annisa.
Deteksi 'Bocor Halus' dalam Pengeluaran
Sering kali, anggaran keluarga berantakan bukan karena pengeluaran besar, melainkan adanya 'bocor halus'. Hal ini mencakup pengeluaran kecil yang sering tidak disadari, seperti tip untuk kurir ojek online yang terlalu sering atau kebiasaan belanja bulanan dalam kondisi lapar sehingga semua barang dibeli tanpa rencana.
Menanggapi hal tersebut, Annisa menyarankan Kawan GNFI untuk mencatat pengeluaran selama satu bulan penuh agar mengetahui persis ke mana uang mengalir, sehingga tabungan tidak habis tanpa alasan yang jelas.

Sumber: YouTube Nikita Willy: Moms Corner Eps. 74 bersama Annisa Steviani (Financial Educator).
Dana Jajan: Solusi Anti-Berantem tentang Hobi
Salah satu solusi unik yang ditawarkan Annisa adalah pemisahan "dana jajan" atau uang personal untuk suami dan istri. Hal ini bertujuan agar pasangan tidak saling menghakimi pilihan belanja masing-masing.
Annisa mencontohkan, suami boleh membeli perlengkapan otomotif dan istri boleh mengoleksi kosmetik selama menggunakan dana jajan yang telah disepakati bersama.
"Penting bagi suami belum tentu penting bagi istri, begitu juga sebaliknya. Dengan adanya budget jajan masing-masing, tidak ada lagi kata 'boros' karena semua sudah ada posnya," tambahnya.
Strategi ini terbukti efektif menjaga ego pasangan tetap terpenuhi tanpa mengganggu stabilitas kebutuhan pokok keluarga.
Dana Darurat Sebelum Aset: Urutan yang Sering Terbalik
Kawan GNFI perlu memahami pentingnya urutan prioritas yang benar dalam mengelola aset. Banyak keluarga terjebak keinginan segera mencicil rumah tanpa memiliki bantalan finansial yang kuat. Annisa menyarankan keluarga untuk mengamankan dana darurat terlebih dahulu, idealnya 9 hingga 12 kali pengeluaran bulanan bagi yang sudah berkeluarga.
Dana ini berfungsi sebagai pelindung saat terjadi musibah, seperti kehilangan pekerjaan atau kerusakan rumah tak terduga. Tanpa dana darurat, keluarga rentan terjebak dalam utang konsumtif atau pinjaman online saat menghadapi kondisi mendesak secara tiba-tiba.
Mendidik Anak lewat Konsep Menunda Keinginan
Tak hanya soal orang tua, tips mendidik anak agar bijak mengelola uang juga dibahas secara mendalam. Pelajaran pertama bukan tentang cara menabung, melainkan dengan cara belanja. Hal ini dilakukan agar anak paham bahwa uang adalah alat tukar yang harus digunakan secara bijaksana, bukan sekadar disimpan.
Annisa menekankan pentingnya mengajarkan delay gratification atau kemampuan menunda keinginan sejak dini untuk melatih kontrol emosi.
"Kalau anak ingin mainan, biarkan mereka menunggu momen ulang tahun atau lebaran. Jangan semua langsung dibelikan," jelas Annisa.
Langkah ini melatih kontrol diri anak agar saat dewasa mereka memiliki kendali atas emosi dan keuangannya sendiri, serta lebih menghargai proses untuk mendapatkan sesuatu.
Kesadaran Penuh untuk Masa Depan
Kawan GNFI yang sedang berjuang mengatur keuangan juga diingatkan untuk tidak hanya fokus pada dana pendidikan anak, tetapi juga dana pensiun sendiri. Menurut Annisa, memiliki masa tua yang mandiri secara finansial adalah hadiah terbaik untuk anak-anak agar mereka tidak terbebani secara ekonomi di masa depan sebagai anggota sandwich generation yang terjepit kebutuhan.
Persoalan finansial dalam rumah tangga memang sering kali sensitif, namun kuncinya terletak pada kemauan untuk membangun koneksi yang jujur dan kesadaran penuh (mindful) dalam setiap pengeluaran.
Dengan perencanaan yang matang, keuangan keluarga tidak hanya akan stabil secara angka, tetapi juga menjadi perekat keharmonisan yang memberikan ketenangan batin bagi seluruh anggota keluarga hingga masa tua nanti.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


