masjid melayu lebuh acheh masjid yang diwakafkan oleh saudagar asal aceh di penang malaysia - News | Good News From Indonesia 2025

Masjid Melayu Lebuh Acheh, Masjid yang Diwakafkan oleh Saudagar Asal Aceh di Penang Malaysia

Masjid Melayu Lebuh Acheh, Masjid yang Diwakafkan oleh Saudagar Asal Aceh di Penang Malaysia
images info

Masjid Melayu Lebuh Acheh, Masjid yang Diwakafkan oleh Saudagar Asal Aceh di Penang Malaysia


Di Penang, Malaysia, ada sebuah masjid dengan gaya klasik yang berdiri gagah. Adalah Masjid Melayu Lebuh Acheh, sebuah masjid yang konon sudah berusia lebih dari dua abad.

Masjid ini didirikan didirikan pada 1808 oleh Tengku Syed Hussain al-Aidid, seorang tokoh adat asal Aceh, Indonesia. Dikatakan bahwa ia adalah kerabat salah seorang diraja alias bangsawan Aceh yang termashuyur pada masanya.

Tengku Syed Hussain lahir di Aceh. Namun, sebenarnya ia masih berkerabat dengan Kesultanan Aceh dari Dinasti Ba’alawi dan Dinasti Meukuta Alam.

Ayahnya merupakan keturunan Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir Al-Husaini—keturunan ahlul bait yang berhijrah dari Basrah ke Hadramaut tpada tahun 317 H. Sementara itu, dari pihak ibunya, Syed Hussain memiliki darah dari Dinasti Meukuta Alam.

Masjid Melayu Lebuh Acheh menjadi salah satu wakaf yang diberikan olehnya untuk masyarakat Muslim Melayu di Penang. Syed Hussain diperkirakan berhijrah ke Penang sekitar tahun 1792 untuk menyiarkan agama Islam sekaligus berdagang. Ia bahkan menjadi pengusaha sukses di sana.

baca juga

Masjid Melayu Lebuh Acheh yang Pernah Jadi “Jeddah Kedua”

Terletak di Lebuh Acheh, Georgetown, Pulau Pinang, Malaysia, Masjid Melayu Lebuh Acheh menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Penang. Masjid “tua” itu berfungsi sebagai tenpat ibadah dan pengajian bagi masyarakat Muslim sekitar.

Lokasinya berdekatan dengan pelabuhan, sehingga di zaman dahulu—sekitar akhir abad 19 dan awal abad ke-20—masjid ini dipakai sebagai lokasi berkumpulnya calon jemaah haji asal Malaysia, Indonesia, dan Thailand sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci. Karena peran pentingnya itulah sampai muncul istilah “Jeddah Kedua” pada kawasan Masjid Melayu Lebuh Acheh.

Calon jemaah haji dari Malaysia, Thailand, dan Indonesia akan dikumpulkan di Penang dan diberangkatkan dengan kapal Mansfield & Co., sebuah kapal yang disewa dari perusahaan swasta asal Inggris.

Masjid Melayu Lebuh Acheh dibangun dengan mengacu pada konsep seni bina masyarakat Tionghoa yang terlihat pada desain menaranya. Hal ini dikarenakan tukang-tukang yang mengerjakannya berasal dari kaum Tionghoa.

Di sisi lain, arsitekturnya memadukan gaya Moorish (Mesir Kuno, Tiongkok, dan India) yang klasik. Atapnya berbentuk segi lima, Masjid Melayu Lebuh Acheh juga memiliki sebuah menara yang berbentuk seperti pagoda khas Tiongkok.

Bagian dalam masjid dilengkapi dengan tiang-tiang yang tak terlalu tinggi. Diperkirakan sekitar 500 jemaah dapat ditampung di masjid ini.

Menariknya, di area belakang masjid, ada makam milik Syed Hussain yang wafat di tahun 1820-an. Batu nisannya menggunakan jirat dan tipologi khas Aceh yang berbentuk Gada. Dikatakan bahwa batu nisan itu memang diimpor langsung dari Aceh.

Deretan Peninggalan dan Syed Hussain di Penang

Merangkum dari Portal Masjid yang dikelola oleh Kerajaan Malaysia, Syed Hussain dianggap menjadi salah satu sosok sentral untuk mengembangkan Penang. Tak hanya masjid saja, di Penang, ia turut mendirikan rumah, pertokoan, sampai kantor untuk urusan impor dan ekspor.

Melalui Arkib Negara Malaysia milik Pemerintah Malaysia, Syed Hussain mendirikan sebuah perkampungan masyarakat Islam seluas 66.000 kaki persegi di area yang disebut sebagai Kampung Aceh di George Town, Penang. Kemudian, ia sukses membuat daerah tersebut menjadi salah satu pusat pengkajian ilmu Islam yang paling awal di Penang.

Syed Hussain banyak sekali mewakafkan harta bendanya untuk kepentingan umat. Menyadur dari Badan Wakaf Indonesia (BWI), selain masjid, ia juga mendermakan hartanya untuk memajukan pendidikan anak-anak Melayu di Pulau Pinang, yang kemudian dikenal dengan nama Tuanku Syed Husein’s Home, sejenis asrama bagi pelajar

Ada fasilitas beasiswa yang dikenal dengan Tuanku Syed Husein’s Scholarship yang diberikan bagi orang-orang Melayu yang ingin melanjutkan pendidikan ke Penang Free School—salah satu sekolah tertua dan terbaik di Penang yang sudah ada sejak 1816.

Zaman dahulu, tak banyak orang tua bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah prestisius semacam itu. Padahal, banyak anak-anak pintar dan berbakat yang berasal dari keluarga kurang mampu yang seharusnya dapat menerima serta mengenyam pendidikan yang baik.

Oleh karena itu di tahun 1883, anak Syed Hussain akhirnya mewakafkan harta ayahnya untuk pendidikan anak-anak Melayu. Secara tidak langsung, Syed Hussain turut berkontribusi dalam membantu pemerataan pendidikan masyarakat kurang mampu di masa itu.

Tak berhenti di sana, harta wakafnya juga dipakai untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dana untuk pengobatan melalui Yayasan The Penang Anti-Mendicity Society.

Dana sumbangan Syed Hussein turut digunakan untuk pembangunan asrama bagi siswa Melayu. Dikatakan bahwa asrama itu kini berada di kawasan Ayer Itam, Penang. Bahkan, asrama tersebut sukses mencetak lulusan dan tokoh-tokoh penting di Malaysia.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.