Indonesia kembali meraih banyak sekali penghargaan dalam SEA Games 2025 di Thailand. Penghargaan yang diraih ini tak luput dari perjuangan para atlet yang sudah bekerja keras untuk mempersiapkan dirinya dalam SEA Games 2025 ini.
Tidak lupa di balik persiapan fisik dan teknis yang intensif, ada satu aspek yang sering kali menjadi penentu kemenangan para atlet yaitu mentalitas juara. Apa sebenarnya yang membedakan atlet yang hanya sekadar ikut serta dengan atlet yang mampu tampil konsisten dan meraih medali emas? Jawabannya mungkin lebih dalam dari yang kita bayangkan terletak pada ketangguhan mental, atau dalam istilah psikologi olahraga, mental toughness.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Sports Sciences, ketangguhan mental bukanlah sesuatu yang bawaan sejak lahir. Ia dibangun melalui proses panjang, yang melibatkan banyak faktor: dukungan sosial, pengalaman kompetisi, kepemimpinan pelatih, hingga kemampuan mengelola tekanan. Inilah yang perlu dipersiapkan sejak dini oleh atlet Indonesia jika ingin mendominasi Sea Games 2025.
Apa Itu Mental Toughness?
Menurut studi oleh Jones et al. (2002), ketangguhan mental adalah “keunggulan psikologis alami atau yang dikembangkan, yang memungkinkan atlet mengatasi tuntutan dan tekanan dalam level tertinggi olahraga dengan lebih baik daripada lawannya.” Dalam bahasa yang lebih sederhana: mental tangguh adalah kemampuan untuk tetap fokus, percaya diri, terkendali, dan gigih di bawah tekanan.
Contoh konkretnya bisa kita lihat pada atlet-atlet seperti Lalu Zohri atau Gregoria Mariska. Di balik senyum dan stamina fisik, ada kemampuan mengelola kecemasan, bangkit dari kekalahan, dan mempertahankan konsentrasi meski sorotan kamera dan harapan jutaan orang tertuju pada mereka.
Tiga Tahap Membangun Mental Juara
Dalam membangun mentalitas juara tentunya tidak secara langsung, ada tahapan yang akan dilewati oleh para atlet. Penelitian tersebut membagi pengembangan ketangguhan mental ke dalam tiga fase karier atlet:
1. Tahun Awal (Usia Dini)
Pada usia ini dibentuklah yang namanya fondasi mental. Fondasi mental dibangun dari berbagai faktor, yaitu:
- Dukungan keluarga yang proporsional, bukan memaksa
- Pengamatan dan pembelajaran dari atlet senior yang penuh percaya diri
- Menikmati proses latihan, bukan sekadar mengejar kemenangan
- Penguasaan keterampilan dasar yang memunculkan keyakinan “aku bisa”.
2. Tahun Menengah (Remaja hingga Junior)
Di usia ini atlet sudah mulai menghadapi yang namanya tekanan kompetisi yang sesungguhnya. Di fase ini, mereka belajar berbagai hal, diantaranya:
- Bangkit dari kegagalan dan cedera
- Mengelola kecemasan sebelum bertanding
- Berkompetisi sehat dengan rival untuk memacu motivasi
- Mengandalkan dukungan pelatih, psikolog olahraga, dan teman sebaya.
3. Tahun Lanjut (Elit)
Di tahap ini atlet sudah matang dan hanya perlu di poles untuk berkompetisi di level tingkat tinggi seperti Sea Games. Hal yang perlu atlet asah ada berbagai hal, diantaranya:
- Persiapan mental sistematis: visualisasi, self-talk, rutinitas pra-pertandingan
- Kemampuan fokus penuh meski ada distraksi di dalam/luar lapangan
- Pengalaman bertanding yang matang, sehingga tekanan justru jadi pemacu.
Bagaimana Mempersiapkan Atlet Indonesia Menuju Sea Games 2025?
1. Intervensi Psikologis Sejak Dini
Psikolog olahraga harus terlibat sejak atlet masih muda, tidak hanya ketika mereka sudah jadi juara. Membangun pola pikir tangguh harus dimulai dari tahap pembinaan usia dini.
2. Pelatih sebagai “Mental Coach”
Pelatih tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga menjadi pembangun karakter. Kepemimpinan yang inspiratif dan suportif terbukti meningkatkan keyakinan diri atlet.
3. Dukungan Sosial yang Solid
Atlet perlu dikelilingi oleh tim pendukung yang bisa diandalkan: keluarga, pelatih, psikolog, bahkan sesama atlet. Mereka adalah penyangga mental di saat-saat kritis.
4. Simulasi Tekanan
Latihan tidak cukup hanya fisik dan taktik. Atlet perlu dibiasakan dengan situasi tekanan tinggi melalui simulasi kompetisi, misalnya dengan penonton, timer, atau skenario “must-win”.
5. Pembelajaran dari Pengalaman
Kegagalan bukan akhir. Atlet perlu diajarkan untuk merefleksikan setiap penampilan, mengambil hikmah, dan kembali bangkit dengan semangat yang lebih besar.
Inspirasi dari Atlet Dunia
Banyak atlet kelas dunia seperti Michael Phelps atau Novak Djokovic dikenal tidak hanya karena bakat alam, tetapi karena kedisiplinan mental yang luar biasa. Mereka memiliki rutinitas mental yang ketat, dukungan tim yang solid, dan kemampuan untuk “hidup” dalam tekanan.
Atlet Indonesia punya potensi yang tidak kalah. Dengan persiapan mental yang sistematis, dukungan ekosistem olahraga yang holistik, dan kepercayaan diri yang dibangun sejak dini, sangat mungkin bagi kontingen Indonesia tidak hanya berlaga, tetapi dominan di Sea Games 2025.
Penutup
Juara tidak hanya dibuat di lapangan atau kolam renang. Juara dibentuk di pikiran, melalui proses panjang yang penuh kesadaran, dukungan, dan ketekunan. Sea Games 2025 bisa menjadi momen di mana Indonesia tidak hanya meraih emas, tetapi juga menunjukkan pada dunia bahwa kami unggul tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental.
Mari dukung atlet Indonesia dengan doa, apresiasi, dan pemahaman bahwa di balik setiap medali, ada perjalanan mental yang panjang dan penuh perjuangan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


