Belakangan ini telah terjadi peristiwa yang menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia, yaitu bencana banjir yang melanda Pulau Sumatera pada akhir November 2025. Berdasarkan data terkini yang dilaporkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tanggal 23 Desember 2025, tercatat sebanyak 1.112 orang meninggal dunia akibat bencana tersebut. Hal ini sangatlah menyayat hati para penyintas yang merupakan keluarga atau kerabat korban.
Mulai dari kehilangan keluarga, harta benda, tempat tinggal, serta kurangnya pasokan makanan dan kebutuhan logistik pada saat itu membuat para penyintas sangatlah tersiksa dan meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Dalam kondisi seperti itu, penyintas membutuhkan pendampingan yang mampu membantu mereka agar tetap tenang dan mampu menghadapi kondisi setelah bencana. Oleh karena itu, sangat penting bagi relawan, keluarga, serta kerabat yang tidak terdampak untuk mendampingi dan menerapkan Psychological First Aid (PFA) sebagai bentuk dukungan emosional awal bagi mereka yang terdampak.
Psychological First Aid (PFA) adalah kumpulan kemampuan dasar pertolongan pertama psikologis pada korban bencana ataupun situasi berbahaya lainnya dengan tujuan mengurangi dan mencegah dampak negatifnya setelah bencana. Hal ini disampaikan oleh Everly, Phillips, Kane & Feldman dalam Cahyono (2015).
Dalam bukunya yang berjudul Psychological First Aid: “Sebuah Kesiapsiagaan dari Kita untuk Kita” (2015) Wahyu Cahyono juga menjelaskan bahwa terdapat dua langkah utama di dalam melakukan PFA. Yuk, kita simak bareng!
Langkah Persiapan
Langkah ini adalah proses yang dilakukan oleh relawan sebelum memberikan bantuan kepada para penyintas dengan tujuan membangun hubungan yang baik di antara keduanya. Langkah ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
Mencoba Memahami Situasi
Di dalam proses membangun hubungan yang baik dengan para penyintas, kita sebagai relawan perlu terlebih dahulu untuk mengamati dan memahami situasi yang terjadi di sekitar.
Setelah itu, barulah kita mulai mencari tahu apa yang sangat dibutuhkan korban, misalnya dengan bertanya, “Apakah kamu butuh minum?” atau “Apakah kamu butuh obat-obatan?” dan tanyakan kebutuhan penting lainnya.
Berkenalan dan Memulai Komunikasi
Sebelum memulai komunikasi, sangat penting bagi kita sebagai relawan untuk memperkenalkan diri dengan cara yang sopan dan santun, fungsinya agar penyintas yang diajak bicara dapat mengenali dan mempercayai kita karena mengetahui identitas kita dengan jelas.
Setelah itu, yang perlu kita lakukan adalah meminta izin terlebih dahulu kepada mereka untuk mengajaknya bicara, supaya mereka tidak merasa tertekan dan tetap nyaman dengan kehadiran kita.
Langkah Dasar
Setelah kontak awal terjalin dan para penyintas mulai menunjukkan sikap yang lebih terbuka, maka yang akan kita lakukan adalah lanjut ke langkah inti dari PFA. Langkah ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:
Menciptakan Rasa Aman untuk Penyintas
Setelah banyaknya kejadian atau pengalaman yang membuat para penyintas takut dan trauma, tugas kita sebagai relawan adalah membantu mereka merasa lebih aman. Salah satu caranya adalah dengan mengajak mereka ke tempat yang aman, seperti pos pengungsian atau tempat aman lainnya.
Selain itu, penting bagi kita sebagai relawan untuk meyakinkan penyintas bahwa reaksi seperti sedih, takut, dan kaget adalah hal yang wajar setelah mengalami bencana.
Membantu Penyintas agar Kembali Stabil
Pada tahapan ini, fokus utama kita sebagai relawan adalah membantu penyintas tetap berada pada keadaan sekarang ini agar penyintas dapat berfikir jernih dan tidak tenggelam dengan trauma yang menimpa mereka.
Caranya dapat dilakukan dengan mengajarkan relaksasi nafas—menarik, menahan, dan menghembuskan nafas secara berulang hingga tubuh terasa rileks. Setelah itu, minta penyintas untuk menyebutkan lima benda yang dapat ia lihat dan ia rasakan (sentuh).
Membantu Proses Pemulihan dan Langkah Selanjutnya
Tahap terakhir ini merupakan tahap paling penting di dalam PFA karena di tahap ini kita membantu penyintas untuk kembali bangkit dan mendorong mereka perlahan untuk kembali ke rutinitasnya. Di tahap ini juga relawan biasanya mengarahkan penyintas untuk mengakses layanan-layanan yang mereka butuhkan, misalnya layanan medis, kesehatan mental, sosial, bantuan hukum, dan lainnya.
Setelah mempelajari dan memahami langkah-langkah mengenai PFA, Kawan GNFI dapat mempraktikannya di berbagai situasi yang dibutuhkan, karena PFA dapat dilakukan oleh siapa saja yang sudah mengetahui dan memahami tahapannya. Dengan menerapkan PFA, dampak traumatis yang dialami korban bencana alam ataupun situasi berbahaya lainnya diharapkan dapat berkurang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


