perjalanan ekonomi ri 2025 bertahan di tengah badai global siap melompat bersama brics - News | Good News From Indonesia 2025

Perjalanan Ekonomi RI 2025: Bertahan di Tengah Badai Global, Siap Melompat Bersama BRICS?

Perjalanan Ekonomi RI 2025: Bertahan di Tengah Badai Global, Siap Melompat Bersama BRICS?
images info

Perjalanan Ekonomi RI 2025: Bertahan di Tengah Badai Global, Siap Melompat Bersama BRICS?


Tahun 2025 bukan menjadi periode yang mudah untuk ekonomi. Sejak awal tahun, perekonomian kita sudah dihantam ketidakpastian global yang cukup menyesakkan, mulai dari eskalasi konflik geopolitik hingga kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang sempat membuat pasar goyang.

Namun, di penghujung Desember ini, Indonesia terbukti mampu menjaga napas pertumbuhannya tetap stabil di atas angka psikologis 5 persen.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mencatat bahwa meski dunia sedang melambat, Indonesia justru berhasil memperkuat partisipasinya di panggung internasional.

Salah satu tonggak sejarah yang paling menyita perhatian adalah keputusan Indonesia untuk resmi bergabung dengan BRICS. Langkah ini tidak berdiri sendiri, melainkan dibarengi dengan aksesi OECD serta penguatan di forum-forum besar seperti G20 dan ASEAN.

“Capaian ini merupakan hasil kerja bersama lintas kementerian dan lembaga dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong transformasi ekonomi,” ujar Susiwijono saat merefleksikan catatan akhir tahun di Jakarta, Selasa (30/12/2025).

 

Antara Tekanan Global dan Resiliensi Domestik

Jika kita menilik ke belakang, awal tahun 2025 sebenarnya cukup mendebarkan. Pada kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi sempat melambat di angka 4,87 persen karena melemahnya ekspor dan pergeseran pola konsumsi masyarakat.

Namun, pemulihan berlangsung sangat cepat. Memasuki kuartal kedua, ekonomi melesat ke angka 5,12 persen, dan tetap terjaga di level 5,04 persen pada kuartal ketiga. Ketahanan ini utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari separuh PDB kita, serta lonjakan investasi yang tetap mengalir deras meski di tengah volatilitas pasar keuangan.

Angka-angka pendukung lainnya juga memberikan sinyal positif. Inflasi kita terjaga dengan sangat baik di level 2,72 persen per November, sementara surplus perdagangan periode Januari-Oktober menembus USD 38,88 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dunia "tidak lagi ramah" terhadap perdagangan bebas, produk-produk Indonesia masih punya tempat dan daya saing yang kuat.

Sektor industri pengolahan bahkan tetap menjadi kontributor terbesar dengan pertumbuhan mencapai 5,54 persen, membuktikan bahwa mesin manufaktur kita masih terus menderu.

 

Memperluas Jaring Dagang dan Stimulus Rakyat

Perluasan kerja sama dagang melalui penandatanganan Indonesia-EAEU Free Trade Agreement pada 21 Desember lalu, hingga negosiasi tarif dengan Amerika Serikat yang ditargetkan rampung awal 2026, menjadi salah satu hal penting. Selain itu, transisi energi juga mulai mendapatkan pendanaan nyata melalui komitmen JETP yang meningkat menjadi USD 21,4 miliar.

Di sisi lain, untuk menjaga agar daya beli masyarakat tidak rontok akibat tekanan harga global, ada penggelontoran berbagai stimulus. Mulai dari diskon transportasi, program belanja nasional, hingga penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Subsidi Kesejahteraan kepada hampir 30 juta keluarga.

Susiwijono menyebut bahwa pergantian tahun ini adalah momen strategis untuk refleksi. Artinya, semua capaian positif di 2025 ini harus menjadi modal kuat untuk menghadapi tahun 2026 yang mungkin tantangannya tidak akan lebih ringan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.