Jembatan Kuta Blang, Kabupaten Bireun, Aceh, yang putus akibat bencana banjir Sumatera 2025. Foto: tinjauan.id
Di negara kita, mitigasi bencana sering dianggap tidak penting dan tidak menjadi prioritas. Kita hanya fokus pada bantuan di saat krisis, bukan sistem sebelum krisis.
“Halah, buat apa bikin kesiapsiagaan sebelum bencana. Hidup mati di tangan Tuhan.” Kalimat ini sering terdengar paling keras justru saat peringatan bencana datang bertubi-tubi. Seolah perencanaan, mengidentifikasi, memitigasi, kesiapsiagaan, pembentukan relawan, hingga penyusunan rencana aksi berbasis risiko untuk mengurangi dampak bencana adalah bentuk ketakutan dan tanda iman yang goyah.
Padahal, sejarah justru berkata sebaliknya. Dalam kisah klasik peradaban, ketika krisis besar akan datang, yang dilakukan bukan pasrah (tawakkal) hanya berserah diri pada Tuhan. Konsep tawakkal dalam Islam harus didahului dengan perbuatan atau upaya pencegahan yang kita kenal dengan ikhtiar atau berusaha maksimal.
Persiapan Sistemik Mitigasi Bencana
Baca Selengkapnya

