ASEAN resmi menyambut keluarga baru mereka dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang digelar di Malaysia pada 26 Oktober 2025. Timor Leste resmi menjadi negara ke-11 ASEAN setelah menanti selama 14 tahun lamanya.
Momen ini menandai babak baru politik luar negeri Bumi Loro Sae. Negara termuda ASEAN itu menghadapi lika-liku yang amat panjang sebelum akhirnya diterima.
Perjalanan Panjang Timor Leste Menuju ASEAN
Timor Leste resmi mengajukan permohonan untuk menjadi anggota ASEAN sejak 2011. Lalu, mengapa proses aksesi Timor Leste memakan waktu yang begitu lama?
Kawan, ada banyak syarat yang harus dipenuhi Timor Leste sebelum diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN. Berdasarkan Piagam ASEAN, ketentuannya adalah berada di kawasan Asia Tenggara, diakui kedaulatannya oleh seluruh negara anggota, setuju untuk terikat oleh Piagam ASEAN, dan bersedia melaksanakan kewajiban keanggotaan.
Kewajiban keanggotaan tersebut di antaranya, memiliki kedutaan besar di setiap negara anggota, mengikuti seluruh konferensi, baik tangkat tinggi (KTT) maupun tingkat menteri. Selanjutnya adalah terikat pada semua perjanjian, deklarasi, serta kesepakatan yang diakui dalam organisasi.
Beberapa syarat sudah dipenuhi Timor Leste. Negara mungil ini juga berupaya membuka kedutaan besarnya di seluruh negara anggota ASEAN pada 2015.
Timor Leste juga diminta untuk berpartisipasi dalam tiga pilar utama organisasi, yaitu politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Namun, nyatanya masih ada negara ASEAN yang menolak masuknya Timor Leste dalam organisasi itu.
Salah satu negara yang sangat vokal menentang adalah Singapura. Bukan tanpa alasan, Singapura menganggap ekonomi negara itu belum berkembang, sehingga khawatir akan membebani organisasi.
Timor Leste memang menghadapi banyak sekali tantangan internal. Setelah merdeka, negara itu dihadapkan dengan realita ketimpangan ekonomi yang parah. Belum lagi ketergantungan Timor Leste pada minyak dan minimnya diversifikasi di sektor lainnya.
Produk Domestik Bruto-nya (PBD) juga rendah. Sangat jauh jika dibandingkan negara anggota lainnya, seperti Indonesia, Singapura, dan Malayasia.
Sumber daya manusianya pun terbatas. Indeks pembangunan manusia di sana terhitung sangat rendah.
Meskipun demikian, Timor Leste terus mendapatkan dukungan dari Filipina. Negara ini menjadi pihak yang sangat konsisten mendukung aksesi Timor Leste ke ASEAN sejak lama.
‘Mimpi’ panjang Timor Leste seakan mendapat jawaban saat seluruh pemimpin ASEAN sepakat untuk menerima negara itu secara prinsip pada tahun 2022. Saat itu, Timor Leste resmi diberikan status pengamat atau observer dalam berbagai pertemuan ASEAN.
Tak berhenti di sana, menyadur dari asean.org. ASEAN juga meluncurkan Roadmap for Timor-Leste’s Full Membership pada 2023 saat Indonesia menjabat sebagai ketua. Peta jalan ini berfungsi sebagai panduan persiapan bagi Timor Leste untuk memenuhi kriteria keanggotaan, termasuk aksesi pada instrumen hukum ASEAN dan partisipasi dalam organisasi.
Setelah terseok-seok dalam kurun waktu yang sangat lama, Timor Leste sudah dapat bernapas lega setelah mendapatkan lampu hijau atas keanggotaannya di ASEAN pada KTT ASEAN 2025 di Malaysia.
Masuknya Timor Leste ke ASEAN diharapkan bisa membantu negara tersebut untuk tumbuh. Timor Leste juga berharap keanggotannya di organisasi yang dibentuk pada 1967 itu dapat memperkuat suaranya di dunia internasional.
Dukungan Indonesia untuk Timor Leste di ASEAN
Ikatan Indonesia dan Timor Leste sudah saling bertaut sejak lama. Ditambah lagi, Timor Leste sempat menjadi bagian dari Republik Indonesia selama beberapa tahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk memerdekaan diri.
Dalam ASEAN, Indonesia menunjukkan dukungannya agar ‘saudara’ lamanya itu dapat segera diterima menjadi anggota. Pada 2022, Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, pernah meminta bantuan pada Presiden Jokowi agar Indonesia membantu negaranya untuk mempercepat aksesi.
Setahun setelahnya, Indonesia sukses mendorong terwujudnya peta jalan keanggotaan Timor Leste. Kemudian, pemerintah menindaklanjutinya dengan mengundang pejabat-pejabat Timor Leste ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan demi menghadapi mekanisme ASEAN.
Melalui ANTARA, dukungan Indonesia tidak berhenti di sana. Tahun 2024, Indonesia kembali memberikan pelatihan pada pejabat Timor Leste dalam melakukan negosiasi perdagangan. Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Retno Marsudi, turut mengajak sembilan negara lainnya untuk terbuka menerima Timor Leste, membuktikan bahwa ASEAN adalah organisasi yang inklusif.
Masuknya Timor Leste dalam keluarga ASEAN diharapkan dapat memperdalam signifikansi hubungan Indonesia dan anggota lainnya dengan negara tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News