Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia semakin sering dihadapkan pada peringatan keras dari alam: cuaca ekstrem, banjir bandang, dan laut yang kian dipenuhi sampah plastik. Isu perubahan iklim tidak lagi sekadar wacana global; ia nyata di depan mata kita. Di tengah tantangan itu, muncul generasi muda yang memilih bertindak, bukan sekadar mengeluh. Salah satunya adalah Norbet U. K. Laki Pali, pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menyalakan api kesadaran lewat gerakan “Aksi Bersih NTT”.

Gerakan ini bukan sekadar kegiatan memungut sampah, melainkan bentuk nyata dari kepedulian terhadap bumi. Norbet memahami bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari menjaga kehidupan. Dengan semangat gotong royong dan kecintaan terhadap tanah kelahirannya, ia menggagas gerakan yang kini telah menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di wilayah Timur Indonesia.
Dari Kegelisahan Menjadi Gerakan
Norbet memulai perjalanannya dari hal yang sangat sederhana, melihat kenyataan bahwa pantai-pantai indah di NTT mulai dipenuhi sampah plastik. Kupang, Rote, hingga Lembata, yang dulu terkenal karena pasir putih dan laut birunya, kini harus berhadapan dengan tumpukan plastik yang terbawa arus.
“Setiap kali aku melihat anak-anak bermain di pantai yang penuh sampah, hatiku seperti ditusuk,” ujar Norbet dalam salah satu wawancara. Dari perasaan tidak tega itulah, lahir tekad untuk melakukan sesuatu. Ia kemudian menginisiasi Aksi Bersih NTT, sebuah kegiatan kolektif yang melibatkan masyarakat, komunitas, dan pelajar untuk membersihkan area publik dan pesisir.
Gerakan ini pertama kali dilakukan di Pantai Pasir Panjang, Kupang, dan berhasil mengumpulkan lebih dari seratus relawan. Tak hanya membersihkan sampah, mereka juga melakukan edukasi lingkungan, mengajarkan cara memilah sampah, dan mendaur ulang plastik menjadi barang bermanfaat.
Membangun Kesadaran Lewat Edukasi
Bagi Norbet, aksi bersih hanyalah pintu masuk. Tujuan utamanya adalah mengubah pola pikir masyarakat terhadap sampah dan lingkungan. Ia menyadari bahwa perubahan tidak akan terjadi jika tidak dibarengi dengan edukasi yang konsisten.
Melalui kolaborasi dengan sekolah dan universitas di NTT, Norbet sering diundang sebagai pembicara dalam seminar dan pelatihan lingkungan. Ia berbicara bukan dengan data statistik, melainkan dengan cerita-cerita tentang laut yang sekarat, nelayan yang kehilangan tangkapan karena mikroplastik, dan anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tak lagi bersih.
“Kalau mereka paham bahwa bumi ini rumah kita bersama, mereka tidak akan tega mengotorinya,” tegas Norbet.
Selain kegiatan tatap muka, Norbet juga aktif mengedukasi masyarakat melalui media sosial. Ia menggunakan Instagram dan TikTok untuk menyebarkan pesan-pesan positif dengan visual menarik dan bahasa yang ringan, agar lebih mudah diterima oleh generasi muda.
Semangat Kolektif dan Gotong Royong

Gerakan Aksi Bersih NTT semakin besar ketika Norbet berhasil menggandeng komunitas lain seperti World Cleanup Day NTT dan organisasi lingkungan lokal. Dalam salah satu kegiatan besar memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, ratusan orang turun langsung membersihkan area pantai dan taman kota.
Para peserta datang dari berbagai latar belakang, pelajar, mahasiswa, ASN, hingga warga sekitar. Mereka membawa peralatan kebersihan masing-masing dan menutup kegiatan dengan sesi refleksi bersama. Norbet selalu menekankan bahwa aksi bersih bukanlah ajang seremonial, tetapi komitmen jangka panjang untuk menjaga bumi.
“Apa yang kita lakukan hari ini mungkin kecil, tapi jika dilakukan bersama, dampaknya akan besar,” ujarnya di hadapan peserta aksi bersih di Kupang.
Kegiatan tersebut juga diisi dengan lomba kreatif seperti pembuatan eco-brick dan daur ulang kreatif, di mana peserta diajak membuat karya seni dari sampah plastik. Cara ini terbukti efektif untuk menanamkan kesadaran tanpa harus menggurui.
Tantangan: Mengubah Mindset Masyarakat
Seperti banyak gerakan sosial lainnya, perjuangan Norbet tidak selalu mudah. Tantangan terbesar adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Masih banyak yang beranggapan bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab pemerintah atau petugas kebersihan, bukan tugas individu.
Norbet mengakui bahwa perubahan perilaku membutuhkan waktu. Namun, ia tidak menyerah. Melalui kampanye rutin dan kegiatan lapangan, ia perlahan membangun komunitas yang solid. Ia juga mendorong keterlibatan anak muda desa, karena menurutnya, keberlanjutan gerakan tergantung pada generasi penerus.
Selain itu, keterbatasan dana dan fasilitas sering menjadi hambatan. Meski begitu, Norbet tetap kreatif dalam mencari solusi—mengadakan donasi terbuka, bekerja sama dengan UMKM lokal, dan memanfaatkan limbah daur ulang sebagai sumber pendanaan mandiri.
Dampak Nyata di Lapangan
Kini, Aksi Bersih NTT telah menjangkau beberapa wilayah pesisir lain seperti Pantai Lasiana, Desa Oesapa, dan Pulau Semau. Dalam setiap kegiatan, volume sampah yang terkumpul bisa mencapai ratusan kilogram, sebagian besar berupa plastik sekali pakai, botol minuman, dan sisa jaring nelayan.
Namun, lebih dari sekadar angka, dampak terbesar gerakan ini adalah tumbuhnya kesadaran kolektif. Masyarakat mulai terbiasa membawa tempat minum sendiri, mengurangi penggunaan kantong plastik, dan menanam pohon di sekitar rumah. Beberapa sekolah bahkan menjadikan kegiatan bersih lingkungan sebagai agenda mingguan.
Gerakan ini juga mendapat perhatian dari media lokal dan lembaga pemerintah. Beberapa dinas lingkungan hidup di NTT mulai melibatkan Norbet dalam program pelestarian pesisir dan edukasi publik. Dukungan tersebut menjadi bukti bahwa upaya kecil bisa memicu perubahan besar.
Harapan dari Timur
Norbet U. K. Laki Pali percaya bahwa menjaga bumi bukan hanya tentang menyelamatkan alam, tetapi juga menyelamatkan masa depan manusia. Ia bermimpi agar Aksi Bersih NTT dapat berkembang menjadi gerakan nasional, dengan semangat kolaboratif dari berbagai daerah.
“Kalau setiap orang menyapu halaman rumahnya sendiri, maka seluruh negeri akan bersih,” katanya sambil tersenyum. Baginya, aksi sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan atau membawa kantong kain saat berbelanja adalah langkah revolusioner jika dilakukan bersama-sama.
Kini, Norbet terus melangkah dengan semangat yang sama—menyebarkan inspirasi, menumbuhkan kepedulian, dan menjaga harapan. Ia membuktikan bahwa dari Timur Indonesia, lahir cahaya kecil yang mampu menerangi jalan perubahan bagi bumi yang lebih hijau dan lestari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News