Zaman yang serba dengan digital seperti saat ini, internet berperan aktif sebagai bahan primer dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dihindari, jika hal-hal sederhana pun sudah bisa dilakukan dengan internet. Seperti belanja, belajar, bermain, dan berbagai kegiatan lainnya juga sudah bisa memanfaatkan kecanggihan dari internet.
Tidak hanya sampai di situ, dari segi permainan pun juga demikian. Banyak dari anak-anak zaman sekarang sudah mulai asing dengan beragam permainan tradisional. Congklak, lompat tali, engklek, bola bekel, dll. mulai jarang dimainkan. Sebaliknya, mereka cenderung lebih mengetahui bahkan juga bermain permainan berbasis online, karena dinilai fleksibel dan lebih kekinian.
Akibatnya, mereka cenderung menghabiskan waktu dengan gawainya, melalaikan tugas rumah, enggan bersosialisasi, dll. Sehingga hal ini cukup menjadi tantangan besar bagaimana seharusnya anak dibatasi dalam penggunaan internet, bukan malah dibiarkan karena sudah memang zamannya. Lantas apakah ada alternatif lain untuk meminimalisasi screen time pada anak?
Achmad Adias Wijaya, seorang pengrajin limbah kayu yang melek terhadap kondisi anak-anak zaman sekarang dimana mereka lebih beraktivitas penuh dengan gawainya. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan yang tidak relevan, tidak mengalahkan semangat Dias dalam menekuni hobi yang kini membawanya menyabet penghargaan Apresiasi Astra 2024 bidang kewirausahaan provinsi Jawa Timur.
“Saya lulusan teknik pertanian, kemudian lulus ke perbankan selama enam tahun, dan sekarang menekuni ini. Memang betul saya lebih ke hobi, saya senang kreativitas seperti mencari hal-hal baru yang belum ada sebelumnya.” ucap Dias yang dikutip dalam akun Youtube ramapatipasuruan dalam acara podcast bersama Ramapati Pasuruan.
Dias mengawali niatnya untuk menjadi pengrajin limbah kayu itu dimulai dari saran temannya yang ada di Bali. Berkomunikasi melalui media sosial, teman itu menyarankan Dias untuk mencari inovasi baru melalui aplikasi Pinterest. Dengan rasa penasarannya, Dias mencoba untuk mengikuti apa kata temannya tersebut.
“Awalnya teman menyarankan saya untuk men-download aplikasi Pinterest. Ya aplikasi itulah yang telah mencuci otak saya. Sepertinya di Pasuruan belum ada yang kaya gitu, yang bikin-bikin produk yang notabenenya simple tapi lucu. Karena di Pasuruan itu lebih banyak mebel terus furniture.”
Dari situlah awal mula keinginan Dias untuk bisa lebih mengeksplorasi tentang hal-hal lucu dengan desain yang sederhana. Maka Dias memanfaatkan aplikasi Pinterest untuk dijadikan sebagai media referensi, sedangkan untuk YouTube untuk media pencari tata cara pembuatan karya dari limbah kayu.
Pada tahun 2023, ArtDiaz Gallery atau nama yang diperuntukkan untuk kumpulan karya-karya dari Dias, ternyata bisa mengantarkan Dias sebagai penerima penghargaan Inovasi Reka Karsa Cipta Tahun 2023 Kategori Masyarakat Umum. Apresiasi itu buah dari kepekaan Dias terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga bisa menghadirkan ide cemerlang bagi Dias untuk menjadikan karya-karya baru.
“Awalnya itu saya membuat mobil-mobilan dari limbah kayu pinus bekas palet. Jadi tetangga sekitar saya, anak-anak kecil zaman sekarang itu kan pada suka main handphone. Akhirnya, saya mencoba membuat mobil-mobilan. Tujuan saya tuh biar anak-anak teralihkan untuk bermain mobil-mobilan, seperti kembali ke zaman dulu gitu.”
Tidak kalah menarik, ArtDiaz Gallery ternyata memiliki nilai tambah yang bisa dijadikan sebagai daya tarik para pelanggan pada permainan anak-anak. Diantaranya, kerajinan ini memanfaatkan limbah kayu yang menerapkan proses daur ulang. Bertema ramah lingkungan, tidak ada istilah menebang pohon-pohon untuk dijadikan kerajinan. Kemudian untuk finishing (proses terakhir), kerajinan-kerajinan ini menggunakan cat akrilik water-based (berbasis air). Jadi air itu digunakan sebagai pelarut atau bahan dasar utama karena cat itu sendiri tidak menggunakan tiner. Memiliki karakteristik yang lebih ramah lingkungan dan rendah bau, sehingga cat itu lebih aman dan ramah digunakan untuk anak-anak.

Sumber: Instagram @artdias_gallery
Berkat kegigihan serta kreativitas dari Dias dengan memanfaatkan limbah sekitar, kini produk-produknya sudah dikenal masyarakat luas di Indonesia. Bukan hanya mobil-mobilan saja, Memadaku (Melukis Mainan dari Kayu), Diorama, gantungan kunci, tempat tisu, jam dinding, lampu meja dan berbagai karya lainnya yang bervariatif dari segi bentuknya bahkan keunikannya. Untuk harga yang dipasarkan oleh ArtDiaz Gallery cukup beragam, mulai Rp.5000 hingga ratusan ribu. Tergantung produknya apa, ukuran seberapa, kerumitan bagaimana, dan bahan utamanya seperti apa.
Pesan inspiratif dari Dias sebagai penutup acara obrolan di Pojok UMKM bersama Ramapati Pasuruan untuk mereka yang sedang merintis atau yang sedang menjalankan UMKM, “Pertama, kalo kita punya ide atau gagasan segera dieksekusi, apa yang ada di kepala itu langsung diusahakan. Karena ide itu sangat rentan, dalam artian ketika kita punya ide terus dikomentari negatif kan langsung drop. Selanjutnya, ketika kita mau usaha maka carilah tren-tren, terobosan-terobosan terbaru yang sebelumnya belum ada kayak gitu kita bikin produk. Yang ketiga, jangan gampang menyerah dan putus asa.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News