mengapa minuman manis bikin ketagihan ilmu pangan punya jawabannyalebih - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Minuman Manis Membuat Ketagihan? Ilmu Pangan Punya Jawabannya

Mengapa Minuman Manis Membuat Ketagihan? Ilmu Pangan Punya Jawabannya
images info

Mengapa Minuman Manis Membuat Ketagihan? Ilmu Pangan Punya Jawabannya


Pernahkah Kawan GNFI bermaksud “cuma beli minuman manis sedikit”, tetapi akhirnya habis satu gelas besar? Fenomena ini bukan hanya soal selera, melainkan bagian dari cara tubuh kita bereaksi terhadap rasa manis.

Dalam ilmu pangan, sensasi manis tidak hanya muncul karena gula, tetapi juga karena bagaimana lidah, otak, dan bahkan emosi kita saling memengaruhi.

Tak heran jika es teh manis, kopi susu gula aren, hingga berbagai minuman boba terasa begitu memikat dan sulit dilepaskan dari keseharian banyak orang.

Sejak manusia lahir, preferensi terhadap rasa manis sudah terbentuk secara alami. Air susu ibu memiliki rasa manis lembut yang menjadi pengalaman pertama seorang bayi terhadap rasa. Karena itu, tubuh mengenali manis sebagai sumber energi cepat yang aman.

baca juga

Saat gula larut dalam minuman dan mengenai reseptor manis di lidah, sinyal rasa nikmat langsung dikirim ke otak. Reaksi ini terjadi cepat dan kuat, itulah mengapa minuman manis terasa memuaskan dalam waktu singkat.

Penggunaan bahan seperti madu, gula aren, sirup karamel, atau brown sugar juga menambah aroma khas yang memperkaya pengalaman sensoris. Kombinasi rasa dan aroma inilah yang sering membuat minuman sederhana terasa “lebih mewah” dari komposisinya.

Dari sudut pandang teknologi pangan, formulasi minuman kekinian memang dirancang agar memberikan sensasi rasa yang seimbang dan menyenangkan. Gula berfungsi bukan hanya sebagai pemanis, tetapi juga sebagai flavor enhancer—penguat rasa.

Gula membantu menyatukan rasa kopi, teh, susu, atau topping sehingga tekstur dan rasa minuman lebih lembut dan mudah diterima lidah. Minuman es juga memperhalus rasa manis karena suhu dingin mengurangi sensitivitas lidah terhadap rasa tertentu.

Akibatnya, konsumen cenderung membeli minuman manis dengan kadar gula lebih tinggi, tanpa menyadarinya.

Di tengah tren minuman populer, brand-brand minuman juga memanfaatkan prinsip sensoris untuk menciptakan pengalaman tertentu bagi konsumen. Misalnya, penggunaan susu dengan kandungan lemak lebih tinggi, tambahan topping seperti boba atau jelly, serta tingkat kemanisan yang dapat disesuaikan.

Semua elemen ini saling bekerja sama untuk menciptakan rasa yang dianggap “ideal” oleh sebagian besar konsumen. Itulah mengapa minuman manis dengan komposisi berbeda-beda tetap memiliki satu ciri yang sama: membuat kita ingin kembali menikmatinya.

baca juga

Selain soal rasa, ada juga faktor biologis yang membuat minuman manis terasa begitu “menghibur”. Saat gula masuk ke tubuh, otak melepaskan dopamin—zat kimia yang membuat kita merasa senang dan puas.

Respons ini mirip dengan perasaan lega setelah melakukan aktivitas yang menyenangkan. Meski tidak sampai menciptakan kecanduan seperti zat adiktif, pelepasan dopamin ini cukup kuat untuk membentuk kebiasaan.

Banyak orang mencari minuman manis ketika sedang stres, lelah, atau merasa kurang energi. Tanpa disadari, minuman manis menjadi “reward kecil” yang cepat memberi rasa nyaman.

Kebiasaan ini diperkuat oleh lingkungan dan gaya hidup masa kini. Minuman manis mudah ditemukan, harga terjangkau, dan pilihan rasanya sangat beragam. Iklan dan media sosial juga memperkuat persepsi bahwa minuman manis adalah bagian dari gaya hidup modern.

Tidak jarang pula konsumen membeli minuman karena ikut tren, bukan karena benar-benar membutuhkan. Pada akhirnya, minuman manis menjadi bagian dari rutinitas harian—mulai dari teman kerja, teman nongkrong, hingga “teman healing”.

Meski begitu, menikmati minuman manis tidak harus dihindari sepenuhnya. Kuncinya adalah mengatur porsi dan frekuensinya. Mengurangi tingkat kemanisan sedikit demi sedikit dapat membantu lidah beradaptasi tanpa terasa memaksa.

Memilih ukuran gelas yang lebih kecil atau mengganti sebagian gula dengan buah segar bisa menjadi alternatif mudah.

Membiasakan diri minum air putih setelah minuman manis juga membantu tubuh tetap terhidrasi dan mengurangi keinginan untuk menambah minuman lain.

Memahami bagaimana tubuh merespons gula dapat membantu kita menikmati minuman favorit secara lebih bijak. Rasa manis memang menyenangkan, memberi energi, dan menghadirkan kenyamanan singkat, tetapi konsumsi berlebihan dapat berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.

baca juga

Dengan kesadaran yang lebih baik, kita bisa tetap menikmati es teh, kopi gula aren, dan boba tanpa harus mengorbankan kesehatan.

Pada akhirnya, minuman manis bukan sekadar soal rasa. Ia adalah hasil perpaduan antara ilmu pangan, biologi tubuh, dan kebiasaan sehari-hari. Mengetahui alasan di balik ketertarikan kita pada minuman manis justru membuat kita lebih mampu mengontrol konsumsi, tanpa kehilangan momen menikmati rasa yang kita suka.

Karena seperti banyak hal dalam hidup, yang penting bukan menghindarinya, tetapi menikmatinya dengan bijak.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.