Pada Rabu, 20 November 2025, tim UNNES GIAT 13 memperkenalkan produk sabun herbal berbahan dasar labu siam dengan nama Labumen. Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES ini dihadiri oleh perangkat desa dan masyarakat.
Inovasi ini dipresentasikan di Balai Desa Bumen, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang sebagai hasil kegiatan mahasiswa selama pelaksanaan KKN. Tujuannya untuk memberikan alternatif pengolahan hasil pertanian lokal.
Produk Labumen dikembangkan sebagai solusi pengolahan hasil panen labu siam yang berlimpah di Desa Bumen. Selama ini, sebagian besar labu siam dijual dalam bentuk mentah dengan harga rendah sehingga belum memberikan keuntungan maksimal bagi petani.
Melalui inovasi sabun herbal ini, tim UNNES GIAT 13 berharap mampu meningkatkan nilai tambah hasil tani desa serta membuka peluang usaha baru bagi warga.
Zahra Putri Pertiwi, mahasiswa UNNES GIAT 13 yang menjadi inisiator pembuatan sabun, menjelaskan bahwa pemilihan labu siam didasarkan pada ketersediaan bahan baku yang mudah diperoleh, murah, dan dekat dengan aktivitas pertanian warga.
“Labu siam sangat melimpah di sini dan mudah diolah. Harapannya, inovasi ini bisa membuka jalan bagi masyarakat untuk memiliki peluang usaha baru yang bahannya tersedia setiap hari,” ujarnya.
Selain menciptakan produk sabun, tim juga merancang identitas merek lengkap berupa logo, packaging, nama Labumen, serta tampilan visual yang siap dipasarkan.
Pendekatan branding ini dilakukan agar produk tidak hanya sekadar inovasi KKN, tetapi juga memiliki daya tarik pasar apabila warga ingin mengembangkan usaha secara berkelanjutan.
Pendampingan terkait orientasi pemasaran sederhana juga disampaikan kepada masyarakat agar mereka mulai memahami peluang promosi produk lokal.
Untuk memperkuat keberlanjutan program, tim UNNES GIAT 13 membekali warga dengan panduan lengkap berupa buku modul dan video tutorial.
Panduan tersebut memuat langkah-langkah detail mulai dari cara memilih labu siam yang muda dan berkualitas, pemilihan bahan tambahan yang aman digunakan, proses pembuatan sabun, teknik pengeringan yang tepat, hingga berbagai tips agar hasil sabun tetap stabil dan layak jual.
Penyediaan panduan ini dilakukan untuk memastikan proses produksi dapat dipelajari secara mandiri oleh masyarakat tanpa harus mengandalkan pendampingan langsung dari mahasiswa.
Dengan adanya modul dan video tersebut, warga memiliki referensi praktis apabila suatu saat ingin mengembangkan produksi Labumen sebagai usaha rumahan.
Kepala Desa Bumen, Muh. Sobri, menyampaikan apresiasinya terhadap inovasi mahasiswa UNNES GIAT 13 Desa Bumen.
“Program ini sangat luar biasa. Warga jadi punya pengetahuan baru tentang pembuatan sabun, syukur bisa membantu kebutuhan mandi sehari-hari. Harapannya, minimal ada yang bisa mengembangkan ini menjadi usaha. Jika ada warga yang ingin memulai, pemerintah desa siap mendukung, terutama dalam promosi,” jelasnya.
Inovasi Labumen menjadi salah satu program unggulan UNNES GIAT 13 selama menjalankan KKN di Desa Bumen. Selain memberikan manfaat langsung, program ini juga memperkenalkan cara pandang baru bahwa potensi desa tidak hanya terletak pada hasil pertanian mentah, tetapi juga pada kemampuan mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi.
Pendekatan ini diharapkan mampu mendorong semangat kewirausahaan warga serta memperkuat ketahanan ekonomi desa.
Dengan semangat “Bersama UNNES GIAT, membangun Indonesia dari Desa,” program ini menunjukkan komitmen bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat mampu menghasilkan inovasi yang berdampak dan berkelanjutan bagi desa.
Melalui kerja sama tersebut, Labumen diharapkan menjadi awal dari lahirnya produk-produk lokal lain yang dapat mengangkat identitas serta potensi Desa Bumen di masa mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News