Usianya baru empat tahun tapi ia telah banyak menghasilkan karya. Parashayu Gangga Wisangko adalah seniman cilik asal Madiun. Di usianya yang masih balita, ia menggelar pameran untuk mempertontonkan 100 lukisannya.
Bagaimana mungkin Gangga bisa menghasilkan sebegitu banyaknya karya?
Gangga memang lebih dulu mengenal seni katimbang huruf. Bakat melukis perempuan kelahiran 2021 ini telah tampak sejak umur 1,5 tahun. Ia senang mencoret-coret apa pun yang ada di dekatnya dan orang tua pun memberinya ruang. Apalagi, ibunya juga seorang seniman.
Ya, lingkungan keluarganya menjadi ruang awal yang mendorong kemampuan Gangga tumbuh subur. Ibunya, Anis Marhayu sering mengajak Gangga ke studio. Dari kunjungan-kunjungan itulah Gangga mengenal peralatan seni lukis, seperti cat dan tekstur kanvas.
“Sejak umur 1,5 tahun dia sudah suka coret-coret. Kebetulan saya juga di bidang seni, jadi dia sering ikut saya ke studio,” kata Anis.
“Awalnya dia sering tanya, ini apa, itu apa. Akhirnya saya biarkan saja dia ikut pegang kuas dan menggambar di kanvas,” imbuhnya, dikutip dari Radar Madiun.
Seiring waktu, aktivitas menggambar menjadi kebiasaan pagi bagi Gangga. Ia selalu melukis setelah bangun tidur. Rutinitas ini membuat kemampuan motorik halusnya berkembang cepat.
Untuk menjaga proses belajarnya tetap menyenangkan, Anis lantas memasukkan Gangga ke sebuah sanggar lukis di Madiun. Dari sini, ia mulai lebih mengeksplorasi seni lukis, utamanya jenis-jenis kuas, beragam warna, hingga teknik lukis yang dapat dieksplorasi oleh anak seusianya.
Ratusan Lukisan Abstrak yang Jujur
Hingga akhir 2025, Gangga telah menghasilkan ratusan lukisan. Ia bisa menyelesaikan dua hingga tiga lukisan dalam sehari jika sedang bersemangat.
Menariknya, perempuan ini lebih menyukai aliran lukisan abstrak. Dalam seni, abstrak berarti bentuk visual yang tidak meniru objek nyata, tetapi mengekspresikan ide, emosi, atau imajinasi. Pilihan ini memberi ruang yang luas bagi anak kecil untuk berekspresi tanpa batasan bentuk.
Lukisan Gangga sering menampilkan monster imajinatif dan coretan tanpa bentuk. Salah satu karyanya, “My Family,” menjadi favorit di antara 203 karya dalam Children Art Festival di Yogyakarta.
Pameran Tunggal Gangga
“Sejak ikut sanggar, dia lebih semangat. Karena itu, saya ingin mengapresiasi dengan cara menggelar pameran ini,” jelas Anis.
Pada 9 November 2025, tepat saat tanggal kelahirannya yang ke-4, Gangga membuka pameran tunggal perdana berjudul Jejak Usia, Jejak Warna. Pameran digelar di sebuah rumah di Kota Madiun. Lebih dari 100 karyanya dipajang. Salah satu yang paling mencolok adalah lukisan berukuran 160 x 300 sentimeter yang ia kerjakan selama sebulan.
Acara ini didukung oleh Titikan Madiun School of Art, Anis Marhayu Sudarsono Art Studio, Jaringan Kebudayaan Madiun, dan Negeri Kertas. Budayawan Titus Tri Wibowo pun turut membuka acara tersebut.
“Seni anak adalah bahasa pertama kemanusiaan. Ia tidak tunduk pada teori, tapi pada kejujuran,” katanya.
Seni 3D hingga Jadi Model
Selain melukis, Gangga suka membuat mainan dari kardus. Ia bisa membuat ATM mini lengkap dengan kartu dari berbagai bank, televisi dengan remot, dompet, laptop, hingga telepon genggam. Semua dari kardus dan ia hias sendiri.
Tak ada habisnya kemampuan Gangga. Ia juga beberapa kali tampil dalam fashion show anak. Unggahan media sosial memperlihatkannya berjalan percaya diri di runway.
Pada 18 Agustus 2025, ia tampil untuk pertama kali di panggung dengan outfit merah-putih dan pita merah di kepala. Ia juga pernah menjalani sesi pemotretan sebagai model untuk sebuah produk.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News