Indonesia memperkuat posisi strategisnya dalam solusi berbasis alam melalui agenda Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. Program ini dirancang agar sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya mampu menyerap karbon lebih banyak daripada yang dilepaskan, dengan target ambisius penurunan emisi bersih sebesar –140 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2030.
Agus Justianto, Project Director FOLU NC-1, menjelaskan bahwa target ini adalah fondasi utama menuju Net Zero Emission 2060. Mengingat Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, peran ekosistem hutan, gambut, dan mangrove menjadi sangat krusial bagi sistem penyangga iklim global.
Sekitar 60 persen target penurunan emisi Indonesia bertumpu pada sektor FOLU. Hingga akhir 2025, program rehabilitasi telah memulihkan lebih dari 17.000 hektar lahan dengan penanaman 7,2 juta bibit. Restorasi ini memperbaiki tata air gambut, melindungi pesisir, dan menurunkan risiko kebakaran hutan.
"Hutan tidak lagi dipandang semata sebagai sumber kayu, tetapi sebagai penyerap karbon alami paling efektif, penyedia jasa lingkungan, dan penopang kehidupan jutaan masyarakat," tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/12/2025).
Implementasi program ini juga didukung secara internasional melalui skema Result Based Contribution dari Pemerintah Norwegia. Selain dampak ekologis, pendekatan ini melibatkan lebih dari 400 kelompok masyarakat di 30 provinsi melalui kegiatan agroforestri dan perhutanan sosial, yang memberikan dampak ekonomi langsung bagi lebih dari 100.000 warga.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


