mobil mbg tabrak siswa sd pengecatan ulang lapangan dan upaya memulihkan rasa aman - News | Good News From Indonesia 2025

Mobil MBG Tabrak Siswa SD: Pengecatan Ulang Lapangan dan Upaya Memulihkan Rasa Aman

Mobil MBG Tabrak Siswa SD: Pengecatan Ulang Lapangan dan Upaya Memulihkan Rasa Aman
images info

Mobil MBG Tabrak Siswa SD: Pengecatan Ulang Lapangan dan Upaya Memulihkan Rasa Aman


Kawan GNFI, insiden mobil pengangkut program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menabrak sejumlah siswa di sebuah sekolah dasar beberapa waktu lalu menyita perhatian publik. Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan dampak fisik, tetapi juga memunculkan kekhawatiran akan kondisi psikologis siswa yang mengalami atau menyaksikannya secara langsung.

Lingkungan sekolah yang selama ini dipandang sebagai ruang aman, mendadak berubah menjadi lokasi kejadian yang mengejutkan dan berpotensi membekas secara emosional.

Sebagai respons awal, pihak sekolah melakukan pemulihan lingkungan fisik dengan mengecat ulang lapangan sekolah yang menjadi lokasi insiden. Langkah ini dilakukan untuk menghilangkan sisa visual kejadian dan menciptakan suasana baru yang diharapkan dapat membantu siswa merasa lebih nyaman.

Namun, upaya tersebut juga memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana pemulihan fisik mampu menjawab kebutuhan pemulihan psikologis anak.

Mengapa Anak Rentan Terdampak Secara Psikologis?

Anak-anak berada dalam tahap perkembangan emosional dan kognitif yang belum sepenuhnya matang. Ketika menghadapi kejadian mendadak dan tidak terduga, seperti kecelakaan di lingkungan sekolah, kemampuan mereka untuk memahami serta mengelola peristiwa tersebut masih terbatas. Paparan terhadap suara keras, kepanikan, dan situasi yang mengancam dapat meninggalkan kesan emosional yang kuat.

Dalam psikologi perkembangan, rasa aman merupakan fondasi penting bagi kesejahteraan anak. Ketika rasa aman tersebut terganggu, terutama di ruang yang setiap hari digunakan untuk belajar dan berinteraksi, anak dapat menunjukkan respons emosional tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman menyaksikan atau berada dekat dengan kejadian traumatis dapat memicu stres psikologis, terutama jika tidak diikuti dengan dukungan yang memadai (Aryuni, 2023).

Kemungkinan Dampak Psikologis yang Muncul pada Anak

Anak yang mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa traumatis dapat menunjukkan beragam respons emosional. Respons ini merupakan reaksi alami dan tidak serta-merta dapat dikategorikan sebagai gangguan psikologis. Beberapa kemungkinan dampak psikologis yang dapat muncul antara lain:

  1. Rasa takut dan kewaspadaan berlebih, terutama saat berada di lingkungan sekolah atau lokasi yang mengingatkan pada kejadian tersebut.

  • Kesulitan berkonsentrasi, yang dapat memengaruhi proses belajar dan interaksi di kelas.

  • Perubahan suasana hati, seperti menjadi lebih mudah cemas, murung, atau menarik diri dari lingkungan sosial.

  • Keengganan untuk kembali ke sekolah, sebagai respons emosional terhadap rasa tidak aman.

  • Studi mengenai dampak psikologis pascakejadian traumatis menunjukkan bahwa stres dan kecemasan merupakan respons yang umum dialami individu setelah menghadapi insiden mendadak, terutama jika kejadian tersebut disaksikan secara langsung (Julianti, 2020; Aryuni, 2023). Intensitas dan durasi respons ini dapat berbeda pada setiap anak, tergantung pada dukungan lingkungan yang diterima.

    Respons Sekolah dalam Upaya Memulihkan Rasa Aman

    Langkah pengecatan ulang lapangan sekolah dapat dipahami sebagai bagian dari upaya awal pemulihan.

    Dalam perspektif psikologi lingkungan, perubahan visual dapat membantu mengurangi pemicu ingatan traumatis dan menciptakan kesan ruang yang lebih bersih serta terkendali. Bagi anak-anak, lingkungan fisik yang tampak baru dapat menjadi sinyal bahwa situasi telah kembali aman.

    Meski demikian, pemulihan psikologis idealnya tidak berhenti pada aspek fisik semata. Beberapa upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mendukung pemulihan siswa antara lain:

    1. Menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, melalui kehadiran guru dan pengawasan yang menenangkan siswa.

  • Memberikan ruang ekspresi emosi, dengan membuka kesempatan bagi siswa untuk bercerita tanpa paksaan.

  • Menjalin komunikasi dengan orang tua, agar pemantauan kondisi emosional anak dapat dilakukan secara berkelanjutan.

  • Melibatkan pendampingan psikososial, terutama jika terdapat siswa yang menunjukkan respons emosional berkepanjangan.

  • Pendekatan ini sejalan dengan konsep psychological first aid yang menekankan pentingnya rasa aman, dukungan emosional, serta pemulihan fungsi adaptif individu setelah mengalami peristiwa traumatis (Julianti, 2020).

    Dengan memperhatikan aspek fisik dan psikologis secara seimbang, sekolah dapat kembali menjadi ruang belajar yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak. Upaya pemulihan lingkungan, seperti pengecatan ulang lapangan sekolah, dapat menjadi langkah awal yang positif. Namun, pemulihan yang ideal memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan.

    Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

    Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

    AG
    KG
    Tim Editorarrow

    Terima kasih telah membaca sampai di sini

    🚫 AdBlock Detected!
    Please disable it to support our free content.