petani paham teknologi nurdahlia lairing hubungkan petani enrekang dengan sekolah lapang digital - News | Good News From Indonesia 2025

Petani Paham Teknologi! Nurdahlia Lairing Hubungkan Petani Enrekang dengan Sekolah Lapang Digital

Petani Paham Teknologi! Nurdahlia Lairing Hubungkan Petani Enrekang dengan Sekolah Lapang Digital
images info

Petani Paham Teknologi! Nurdahlia Lairing Hubungkan Petani Enrekang dengan Sekolah Lapang Digital


Di Enrekang, kelompok tani diberikan tablet. Alat itu menjadi cara baru bagi petani untuk belajar bertani lewat teknologi. Dalam hal ini, Nurdahlia Lairing, perempuan dari Cece, Desa Sumillan menjadi aktor utama yang memfasilitasi petani dengan teknologi.

Perubahan iklim kian dirasakan para petani di Enrekang, Sulawesi Selatan. Musim tanam tidak lagi mudah diprediksi. Belum lagi hama yang kerap datang dan sulit diatasi. Pada kondisi itu, Nurdahlia Lairing, dosen Manajemen Bisnis Internasional, Universitas Muhammadiyah Enrekang berinisiatif menawarkan Digital Farmer Field School (DFFS) atau sekolah lapang digital.

baca juga

DFFS hadir karena petani membutuhkan akses pengetahuan yang lebih cepat. Selama ini, sekolah lapang dilakukan di sawah secara langsung bersama penyuluh. Akan tetapi, jumlah penyuluh tidak sebanding dengan banyaknya kelompok tani di Enrekang. Topografi yang menantang pun membuat kunjungan penyuluh tidak bisa dilakukan sesering yang dibutuhkan. 

Di sinilah teknologi dimanfaatkan sebagai sarana agar petani bisa tetap terhubung dengan informasi yang mereka perlukan setiap saat.

Lia Lairing, peneliti dan koordinator nasional DFFS, menjelaskan bahwa program ini bukan hanya aplikasi yang berisi materi. Baginya, DFFS adalah ruang belajar sosial yang dibentuk dari masyarakat dan untuk masyarakat. 

baca juga

Pengembangan Sistem Sejak 2018

Sejak 2018, riset mengenai kebutuhan petani dilakukan dengan melibatkan berbagai lembaga di Enrekang. Riset tersebut melibatkan Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, hingga BPBD, serta para penyuluh dan kelompok tani dari berbagai desa. Pendekatan ini memastikan bahwa materi yang disiapkan relevan dengan masalah yang benar-benar dihadapi petani di lapangan.

Dalam prosesnya, banyak pihak turut mendukung, termasuk Universitas Muhammadiyah Enrekang (UNIMEN) dan Universitas Hasanuddin. Tidak hanya itu, mitra internasional seperti Van Hall Larenstein University of Applied Sciences dan Wageningen University and Research dari Belanda ikut terlibat memberikan pendampingan akademik. 

“Riset ini juga didukung oleh Universitas Muhammadiyah Enrekang (UNIMEN), Universitas Hasanuddin, serta mitra internasional yakni Van Hall Larenstein University of Applied Sciences dan Wageningen University and Research dari Belanda,” kata Lia yang juga merupakan Dosen Program Studi Agroteknologi UNIMEN.

baca juga

Kolaborasi ini semakin kuat ketika pelatihan DFFS dijalankan melalui dukungan beasiswa StuNed dari Pemerintah Belanda. Pembukaan pelatihan bahkan dihadiri secara daring oleh Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl, serta Prof. Loes Witteveen, pakar komunikasi pembangunan dari Belanda.

Dalam kuliah umumnya di Enrekang pada 27 Juli 2025, Prof. Loes menegaskan betapa mendesaknya adaptasi terhadap perubahan iklim. Ia mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pertanian hari ini sudah terlalu kompleks untuk ditunda. Menurutnya, setiap bidang ilmu harus turut serta memasukkan isu lingkungan dalam pembelajaran, karena perbaikan bumi membutuhkan kerja lintas disiplin.

“Tantangan yang kita hadapi makin kompleks karena perubahan iklim. Kita perlu bertindak sekarang—bukan besok—demi anak cucu kita. Saya juga mengajak semua dosen, dari jurusan apa pun, untuk memasukkan isu lingkungan ke dalam materi kuliah mereka. Semua bidang ilmu bisa ikut memperbaiki bumi ini,” ujar Prof. Loes Witteveen, pakar komunikasi pembangunan dari Belanda dalam kuliah umum internasional di Universitas Muhammadiyah Enrekang pada Minggu (27/7/2025) lalu.

baca juga

Uji Coba Bersama Petani

Setelah dirancang, DFFS kemudian diuji coba langsung bersama petani. Mereka belajar menggunakan tablet yang dibagikan secara kelompok. Materi mengenai hama, pemupukan, pengelolaan tanah, budidaya, hingga pertanian ramah lingkungan disajikan dalam bahasa yang ringan agar mudah dipahami. 

Melalui aplikasi, petani bisa mengirimkan pertanyaan kapan saja, bahkan mengunggah foto kondisi tanaman untuk mendapatkan analisis cepat dari penyuluh. Interaksi ini membuat komunikasi lebih lancar dan tidak tergantung pada pertemuan tatap muka.

Dalam uji coba tersebut, petani tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga mitra yang memberikan masukan untuk penyempurnaan materi. Setiap pendapat yang mereka ungkapkan dijadikan sebagai bahan perbaikan agar DFFS benar-benar sesuai dengan kebutuhan orang-orang di desa. 

Lia berharap manfaat program ini dapat terlihat langsung di kebun, bukan hanya di ruang pelatihan. Ia juga menegaskan pentingnya memastikan teknologi benar-benar membantu petani, bukan membebani mereka.

baca juga

Penghargaan yang Diraih Nurdahlia Lairing

Pada 2023, Nurdahlia Lairing mendapatkan penghargaan IAMCR–FAO Rural Communication Services Research Award dalam konferensi IAMCR di Lyon, Prancis. 

Ia meraih penghargaan ini setelah mempresentasikan penelitian tentang Digital Farmer Field School (DFFS), sebuah platform pembelajaran berbasis Android untuk petani dan penyuluh yang bertujuan meningkatkan akses informasi pertanian dan komunikasi di daerah pedesaan. Karyanya dipilih sebagai salah satu kontribusi terkemuka di antara riset-riset global yang menyoroti Rural Communication Services (RCS). 

Profil Nurdahlia bersama penghargaan itu kemudian dipublikasikan dalam daftar ilmuwan berpengaruh The Asian Scientist 100 yang menampilkan peneliti-peneliti terkemuka di Asia.

baca juga

Penghargaan itu diberikan untuk mengapresiasi langkah Nurdahlia yang mengembangkan platform pembelajaran berbasis Android sehingga memungkinkan petani bertukar informasi terbaru tentang praktik pertanian berkelanjutan. 

Bagi lembaga internasional seperti FAO, karya semacam ini dianggap memberikan dampak nyata. Nurdahlia dinilai mampu membantu petani pedesaan mendapatkan akses pengetahuan yang sebelumnya sangat terbatas, sekaligus memperkuat ketahanan mereka dalam menghadapi perubahan iklim dan masalah pangan global. Itulah sebabnya kontribusi Nurdahlia mendapatkan perhatian di tingkat internasional dan membawanya masuk ke daftar ilmuwan Asia yang berpengaruh pada 2023.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.